Berita

Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla/Net

Politik

JK Usul Dibikin Rambu Kritik, Gde Siriana: Kalau Petani Bisa Beli Susu, Lama-lama Kritik Hilang

RABU, 17 FEBRUARI 2021 | 05:21 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Ada tidaknya kritikan masyarakat tergantung dari kinerja pemerintahan yang masih berjalan.

Bila kinerja pemerintah memuaskan, maka kritikan dari rakyat pun bisa dihitung. Sebaliknya, bila kinerja pemerintah tidak pro kepada rakyat, maka bukan tidak mungkin gelombang kritik akan terus terjadi.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana Yusuf menanggapi usulan mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Gde mengaku tak sepakat dengan pemikiran JK yang mengusulkan adanya rambu-rambu dalam mengkritik pemerintah.


"Daripada terjebak bahas rambu-rambu kritik, mending perbaiki saja kinerja dan kebijakan pemerintah yang pro rakyat. Akar masalahnya kan di situ," kata Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (17/2)

"Kalau masyarakat tenang, tidak diadu sesama masyarakat lain, yang pengusaha bisa dagang bener, yang buruh tani bisa beli susu dan sekolahin anak, pejabat dan pengusaha yang kongkalikong korupsi enggak ada, dengan sendirinya kritik berkurang," sambungnya.

Ia mengurai, pada dasarnya bentuk kritik dipengaruhi oleh latar belakang masyarakat itu sendiri, seperti suku, golongan, pendidikan atau pengalaman.

"Kritik emak-emak tentu bisa beda bentuknya dengan mahasiswa. Juga kritik buruh bisa beda dengan kelompok profesional," lanjutnya.

Selain itu, keras tidaknya kritikan dari masyarakat akan tergantung pada sikap pemerintah dalam merespons kritik. Oleh karenanya, ia menyarankan kepada pemerintah untuk menyikapi kritikan publik dengan lapang dada.

"Kritik itu cermin realitas di masyarakat, berjalan alamaiah. Jika realitasnya baik, tentu yang kritik makin sedikit. Sebaliknya, kebijakan pemerintah makin enggak jelas atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, ya kritik akan makin banyak," tandasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya