Berita

Thanksgiving Donald Trump/Net

Dahlan Iskan

Pengampunan Kalkun

SABTU, 28 NOVEMBER 2020 | 05:16 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

HARI raya kalkun kali ini begitu banyak diwarnai persoalan politik. Maka meja-meja makan pun dipenuhi pembicaraan politik. Tidak lagi seperti tahun-tahun lalu: banyak memperdebatkan soal pertandingan sepak bola.

Di hari raya ini, ada kabar sangat baik dari Presiden Donald Trump.

"Saya pasti meninggalkan gedung ini, asal... " ujar Trump di pidato hari raya kemarin WIB, ".... Joe Biden sudah dinyatakan terpilih secara resmi."

Berarti salah semua spekulasi para pengamat selama ini. Ternyata Trump itu penganut azas legalitas. Bahwa ia belum mengakui kemenangan Biden itu karena secara hukum memang Biden belum menang. Baru media dan perhitungan di atas kertas yang mengatakan Biden menang.

Berdasar logika itu, Biden memang baru bisa disebut sebagai "presiden terpilih" pada tanggal 14 Desember. Mungkin sore atau malam hari. Yakni ketika para pemegang "kursi" electoral vote berkumpul untuk memilih presiden.

Maka sebenarnya, secara hukum, Presiden Amerika itu tidak dipilih langsung oleh rakyat. Tapi dipilih oleh para pemegang "kursi" electoral vote.

Seperti Anda sudah tahu, Amerika itu dibagi ke dalam 538 daerah pemilihan. Yang di sana disebut electoral vote. Maka barang siapa memenangkan 270 dapil berarti ia menang.

Biden telah memenangkan 306 dapil. Trump hanya memenangkan 232 dapil. Dapil-dapil itulah yang akan berkumpul tanggal 14 Desember. Mereka, 538 dapil itu, memilih presiden Amerika Serikat. Dalam sejarah Amerika belum pernah terjadi dapil yang dimenangkan A memilih capres B.

Maka sebenarnya tanggal 14 Desember nanti itu hanya formalitas hukum. Dan Trump memegang formalitas itu. Maka ia tidak setuju Biden dinyatakan sebagai presiden terpilih sekarang. Pemilihan presiden belum dilakukan. Yang terjadi tanggal 3 November lalu itu adalah pemungutan suara.

Bahkan Trump sampai mengecam Biden. Yakni ketika Biden mulai menyusun kabinet. Bagaimana bisa belum terpilih sudah mengumumkan siapa anggota kabinetnya.

Yah, suka-suka Trump mau ngapain saja. Apalagi, berdasar logikanya tadi, ia tetap masih presiden Amerika yang efektif sampai tanggal 20 Januari depan. Ia masih bisa melakukan apa saja sebagai presiden sampai tanggal itu. Masa jabatan 4 tahun, baginya, adalah sampai tanggal itu.

Memang Trump masih terus "ngomel" soal kekalahannya itu. "Inilah pemilu yang penuh kecurangan," katanya berkali-kali. Sampai yang mendengarkan pun bosan. Apalagi yang menulis. Entahlah yang membaca.

Saya menyebut kata-kata Trump itu sebagai "ngomel" karena hanya diucapkan di mulut saja. Memang pernah benar-benar ada langkah hukum tapi satu per satu gugatan itu ia tarik. Tidak punya bukti yang disebut kecurangan itu.

Di tengah omelannya itu Trump tetap mendapat hadiah yang berharga. Yakni dari hakim agung yang ia ajukan belum lama ini: Amy Coney Barrett.

Berkat Barrett, hasil pemungutan suara di Mahkamah Agung itu menjadi 5-4. Yakni ketika Kamis lalu memutuskan perkara gugatan Gereja Katolik dan Yahudi Orthodox atas Gubernur New York yang Demokrat.

Itu menyangkut urusan Covid-19. Untuk menghadapi Covid-19, sang Gubernur telah melakukan pembatasan jemaat gereja dan sinagoge. Tentu juga masjid dan rumah ibadah. Agama apa saja.

Maka dengan putusan terbaru Mahkamah Agung tersebut tidak boleh lagi ada pembatasan seperti itu. Di New York.

Sedang di negara bagian California dan beberapa lagi tetap ada pembatasan. Itu karena Mahkamah Agung  memutuskan sebaliknya. Mahkamah Agungnya masih sama. Hanya saja, waktu itu, Barrett belum menjadi hakim agung.

Topik ini menjadi pembicaraan hot selama hari raya kalkun kemarin: agama vs keselamatan umat manusia. Tapi persoalan hak individu melebihi aturan pemerintah memang dijunjung tinggi di konstitusi Amerika. Apalagi hak beragama dan menjalankan ajaran agama. Dan lagi Mahkamah Agung adalah penjaga konstitusi. Tidak ada Mahkamah Konstitusi di sana.

Maka meski ada pandemi hari raya kalkun tetap meriah –setidaknya di media sosial.

Hari raya kalkun ini (Thanksgiving Day) adalah hari raya paling meriah di Amerika. Melebihi Natal dan Tahun Baru. Meriahnya mirip Imlek di Tiongkok. Liburan besar. Kumpul keluarga. Makan-makan. Happy-happy.

Sajian utamanya adalah daging kalkun panggang. Di semua rumah tangga.

Jutaan kalkun (turkey) dipotong untuk hari raya ini. Tradisi ini sudah sangat lama. Ratusan tahun. Untuk bersenang-senang. Atas selesainya masa panen gandum. Setelah ini, sebelum ada mobil dulu, orang akan lebih banyak di rumah selama musim salju.

Saya baru sekali ikut merayakan Thanksgiving Day. Yakni ketika pertama kali ke Amerika. Atas undangan pemerintah Amerika. Salah satu acaranya: merasakan ikut hari raya di desa di New Jersey. Di salah satu rumah penduduk di desa itu. Ramai sekali.

Tentu itulah kali pertama makan daging kalkun. Sudah lupa rasanya. Mirip ayam.

Begitu banyak kalkun menjalani "hukuman mati" untuk hari raya ini. Tapi harus ada satu kalkun yang mendapat pengampunan. Langsung dari seorang Presiden Amerika.

Maka beberapa hari sebelum hari raya, selalu ada seekor kalkun yang dikirim ke Gedung Putih. Yang memilih adalah asosiasi peternak kalkun. Biasanya yang terpilih itu kalkun jantan yang gagah dan sehat. Yang umurnya sudah 3,5 bulan. Yang beratnya sudah sekitar 7 kg.

Setiap presiden memberi nama kalkun itu. Agar dalam surat pengampunan bisa disebut siapa namanya.

Presiden Reagan memberinya nama Woody dan seterusnya. Delapan nama. Presiden Clinton pilih nama Harry dan sebangsanya. Juga delapan nama. Presiden Obama memilih nama seperti Courage, Apple, Abe, dan sebagainya. Delapan nama.

Trump hanya perlu memberi pengampunan pada 4 nama kalkun.

Tentu tidak ada masalah. Sebentar lagi Trump akan memberikan pengampunan kepada teman-teman dan keluarganya. Agar, kalau mereka punya kesalahan, tidak diperkarakan di pemerintahan setelahnya.

Tentu mereka yang akan mendapat pengampunan presiden itu tidak akan bernasib seperti para kalkun. Menurut laporan media di Amerika kalkun-kalkun yang mendapat pengampunan itu rata-rata berumur pendek. Mereka mati tidak sampai satu tahun setelahnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya