Berita

Wakil Presiden AS, Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden RI Joko Widodo saat tiba untuk menghadiri jamuan makan siang di Naval Observatory, 28 Oktober 2015/Net

Publika

Joe Biden, Terkuburnya Bandar Minyak Dan Batubara

SABTU, 07 NOVEMBER 2020 | 15:27 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MESKI belum resmi menang, kandidat Presiden AA Joe Biden menyatakan akan masuk lagi ke perjanjian perubahan iklim Paris COP 21 segara setelah dilantik.

Sebelumnya, Donald Trump telah menyatakan keluar dari perjanjian ini.

COP 21 adalah serangan yang sangat mematikan bagi minyak dan batubara. Dengan demikian ini akan membawa USA memimpin kembali agenda transisi energi dan transisi keuangan pasca Petro Dolar.

Dengan demikian minyak dan gas (migas) hanya akan mengandalkan pasar China. Demikian juga batubara.

Sementara harga kedua komoditas ini sekarang terpuruk. Maka tak ada harapan lagi bagi keduanya untuk bangkit.

Tidak ada jaminan China akan terus ngotot mengkonsumsi minyak dan batubara sebagai fondasi energi mereka. Dalam hal ini China akan mengambil pijakan yang sama dengan USA, mengingat masalah lingkungan adalah masalah universal. Masalah penyelamatan umat manusia.

Lalu apa masalahnya bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo? Ini adalah hantaman tepat di ulu hati. Kedua komodoti ini adalah sumber uang utama pemerintahan ini. Jika harga kedua komoditi ini jatuh, maka kering kerontanglah kantong pemerintah.

Sementara pemerintah telah menandatangani COP 21, dan telah meratifikasi menjadi UU. Artinya Presiden wajib melaksanakan komitmen perubahan iklim ini, sebab kalau tidak, maka Presiden telah melanggar UU. Namun kewajiban ini telah diabaikan begitu saja sejak ditandatangani.

Demikian pula Presiden Jokowi telah berangkat dari proyek energi kotor dalam membiayai kekuasaanya. Produksi batubara telah ditingkatkan hingga 700 juta ton setahun. Dua kali lipat dibandingkan sebelum penandatangan perjanjian Paris.

Tidak Hanya itu, Presiden merancang mega proyek 35 ribu megawatt untuk menggerakkan ekonomi. Proyek pembangkit listrik yang didominasi oleh PLTU batubara yang semakin menjauhkan Presiden dari komitmen pada perjanjian Paris. Ditambah lagi mega proyek energi kotor tersebut sekarang telah menyeret PLN dalam kubangan kerugian keuangan.

Akibatnya, tantangan Presiden dalam tahun mendatang akan sangat berat. LSM lingkungan akan makin mendapatkan amunisi dalam menyerang kebijakan pemerintah.

Bukan hanya karena ini adalah agenda internasional yang akan disokong oleh Joe Biden, Partai Demokrat, namun juga karena dampak ekploitasi energi kotor di dalam negeri telah merusak lingkungan dan banyak memakan korban masyarakat.

Keuangan BUMN Jokowi di bidang energi yakni Pertamina dan PLN akan makin berat. Bank-bank telah mengurangi secara signifikan pembiayaan energi fosil.

Sampai tahun 2025 bank-bank besar internasional mungkin akan menghentikan sama sekali dan menuju transisi energi. Pembangkit pembangkit PLTU batubara dan disel akan segera gulung tikar dalam waktu dekat.

Secara ekonomi keadaan ekonomi Indonesia akan menghadapi beban berat. Ekspor Indonesia akan terhambat pajak karbon 250 dolar per ton yang sekarang segera jalan di seluruh negara maju.

Indonesia akan makin sukit ekspor raw material terutama yang terdaftar sebagai hasil ekstraksi yang merusak lingkungan. Demikian juga barang-barang hasil industri yang masuk pasar Eropa dan USA akan berhadapan dengan Carbon tax atau pajak karbon. Sumber keuangan pemerintah dari green bond tak mungkin bisa diimpikan.

Pintu keluar Presiden Jokowi cuma satu, memutus ketergantungan ekonomi pada energi kotor. Caranya dengan memisahkan sama sekali kekuasaannya dari pengaruh para oligarki tambang batubara dan juga minyak. Hal ini akan menjadi pintu masuk bagi Presiden Jokowi mengambil sumber daya keuangan dari seluruh dunia dalam agenda dunia yakni Transisi Energi.

Penulis adalah peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Telkom Permudah UMKM Pasarkan Produk Lewat Platform Ini

Senin, 10 Februari 2025 | 03:14

Isu PIK 2 Bikin Ormas Terlarang Keluar Sarang

Senin, 10 Februari 2025 | 02:45

Penyelundupan BBL Senilai Rp9 Miliar Berhasil Digagalkan di Bandara Juanda

Senin, 10 Februari 2025 | 02:15

Pemblokiran Anggaran IKN Langkah Revolusioner Prabowo Demi Rakyat

Senin, 10 Februari 2025 | 01:59

Sikap Adian Napitupulu Tidak Cerminkan Kader Partai Wong Cilik

Senin, 10 Februari 2025 | 01:33

Menanti Napas Baru Kemandirian OMS di Indonesia

Senin, 10 Februari 2025 | 01:15

Telkom Peroleh Peringkat ‘A’ Capai 17 Tujuan SDGs

Senin, 10 Februari 2025 | 01:00

Hindari Hoax, Prabowo Minta Insan Pers Pegang Teguh Pancasila

Senin, 10 Februari 2025 | 00:48

Setop Anggaran IKN, Prabowo Tunjukkan Taji ke Jokowi

Senin, 10 Februari 2025 | 00:24

IMM Dorong Jurnalisme Berkualitas di Tengah Jeratan Independensi Pers

Senin, 10 Februari 2025 | 00:01

Selengkapnya