Berita

Menteri BUMN Erick Thohir/Net

Muhammad Najib

Menegakkan Tonggak Kedua Islamisasi Perbankan Di Indonesia

RABU, 14 OKTOBER 2020 | 20:12 WIB

ERICK Thohir dalam kapasitasnya sebagai Mentri BUMN, telah mengambil keputusan besar dengan mengintegrasikan tiga bank Syariah BUMN: Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah, menjadi BRI Syariah (BRIS).

Keputusan cerdas ini merupakan tonggak sejarah ke-2 terhadap proses Islamisasi sistem perbankan di Indonesia.

Tonggak sejarah pertama ditancapkan oleh Orde Baru ketika Presiden Soeharto mengijinkan berdirinya bank syariah yang kemudian diikuti oleh lahirnya Bank Muamalat.

Berdirinya Bank Muamalat merupakan buah dari perjuangan panjang Ummat Islam Indonesia untuk mendapatkan pelayanan sistem perbankan yang lebih Islami sejak Era Masyumi yang mendapatkan kesempatan untuk mengelola negara.

Saat itu paling tidak ummat Islam terbagi menjadi tiga kelompok dalam menyikapi praktik perbankan konvensional. Kelompok pertama, mereka yang menganggap sistem perbankan konvensional sebagai bentuk riba' di era modern, selain tidak ada menjamin bahwa uang yang disimpan tidak digunakan untuk memproduksi barang haram.

Kelompok kedua, mereka yang menganggap mubah, sehingga boleh dilakukan atau ditinggalkan sesuai dengan keyakinan personal.

Kelompok ketiga, mereka yang menganggap halal selama sistem alternatif perbankan yang lebih Islami belum ditemukan. Jadi secara fiqih kelompok terakhir ini memberikan status darurat terhadap sistem perbankan konvensional.

Akibat dari sikap di atas, pada praktiknya separoh ummat Islam memilih menyimpan uangnya di bawah kasur, demi menjaga kebersihan harta mereka secara syar'i.  Mereka yang enggan berurusan dengan bank konvensional inilah yang kemudian menjadi pasar bank syariah.

Di samping memberikan rasa aman dari kekhawatiran terhadap praktik yang dilarang agama, ternyata dalam perkembangannya bank syariah mampu menghasilkan berbagai produk yang lebih adil antara pemilik uang dan peminjam uang. Para pengusaha kecil dan menengah juga mendapatkan kemudahan saat memerlukan modal usaha. Lebih dari itu, bank syariah ternyata lebih kokoh dalam menghadapi berbagai bentuk goncangan ekonomi.

Semua ini membuat perbankan syariah berkembang pesat, bukan hanya di negara-negara Muslim, akan tetapi juga di sejumlah negara non-Muslim.

Menurut Prof. Khursid Ahmad, hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, termasuk di Eropa, Australia, Amerika, selain di negara-negara Muslim.

Dengan mergernya tiga bank syariah milik BUMN ini diperkirakan memiliki aset sebesar Rp 207 triliun, maka BRIS masuk dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia, yang tentu akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Selain itu BRIS diharapkan bukan saja akan mampu menggerakkan usaha kecil dan menengah, dan memberdayakan banyak lahan tidur yang belum tergarap, juga diharapkan akan mampu melahirkan berbagai produk baru berbasis syariah yang memberikan manfaat luas, baik bagi Ummat Islam maupun masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dengan kata lain, hal ini menjadi bentuk nyata Islam Rahmatanlilalamin di bidang ekonomi.

Meskipun telah memberikan manfaat nyata bagi Ummat Islam, praktik perbankan syariah di Indonesia masih mendapatkan sejumlah kritik. Diantara kritik yang perlu mendapatkan perhatian bagi pengelola BRIS adalah ungkapan yang menyatakan bahwa praktik perbankan syariah tidak ubahnya perbankan konvensional yang diberikan jubah Islam.

Mungkin maksudnya adalah masih adanya sejumlah bank syariah yang sebenarnya melakukan praktik simpan-pinjam sebagaimana yang dilakukan bank konvensional, akan tetapi diberkan kemasan atau berbagai istilah dalam Bahasa Arab sehingga terkesan Islami.

Lepas dari berbagai kekurangan yang ada, kehadirannya perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan, sehingga sistem perbankan ini terus berkembang dan mampu memberikan berbagai bentuk pelayanan, terkait dengan upaya membangun sistem ekonomi yang lebih Islami di Indonesia.

Jika ijtihad ekonomi yang dilakukan Erick Thohir ini sukses, maka ia akan dicatat dengan tinta emas dalam perjalanan sejarah ekonomi ummat Islam Indonesia, sebagai bagian dari amal jariyah yang pahalanya setara dengan para ulama yang melakukan ijtihad di bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, atau fiqih.

Pengamat Politik Islam dan Demokrasi

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya