Mantan jurubicara Presiden Abdurahman Wahid, Adhie Massardie mengingatkan bahwa tugas pokok TNI sebagai tulang punggung pertahanan negara dari ancaman fisik dari luar negeri, buka justru mengurusi pertarungan ideologi yang terjadi di kalangan masyarkat yang mengganggu Kamtibmas.
Adhie berpendapat, TNI sebaiknya fokus pada tugas pokoknya mengantisipasi ancaman fisik dari luar negeri saja.
Dijelaskan Koordinaroe Gerakan Indonesia Bersih itu, jika TNI ikut mengurus soal-soal ideologi dan politik bisa menimbulkan masalah.
Sepakat dengan Gus Dur, Adhie berpandangan bahwa jika TNI terlibat dalam politik bisa menimbulkan perpecahan internal dan berujung pada konflik bersenjata.
“Kalau perwira aktif memegang jabatan politik bisa jadi masalah. Beda kalau ia sudah jadi purnawirawan,†ujar Adhie dalam program Tanya Jawab Cak Ulung yang diselenggarakan
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (1/10).
Ia mengingatkan, pada masa Orde Baru para perwira TNI ikut berpolitik, pernah ada konflik politik antara LB Moerdani dengan Soedarmono yang berujung pada kerusuhan massa.
“Konflik itu memicu demonstrasi, disusul peristiwa malaria. Itulah bahayanya,†tuturnya.
Adhie meyakini menjauhkan TNI dari ranah politik akan membuat situasi politik tanah air lebih stabil sehingga membawa banyak kebaikan bagi bangsa Indonesia yang heterogen. “Jika kehidupan politiknya stabil dan situasi sosial aman maka pembangunan ekonomi akan berjalan lancar,†pungkasnya.