Berita

Aksi protes di Thailand pada Sabtu, 19 September 2020/Net

Dunia

Puluhan Ribu Warga Thailand Lancarkan Aksi Protes: Negara Milik Rakyat, Bukan Monarki

MINGGU, 20 SEPTEMBER 2020 | 06:12 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Akhir pekan Thailand digempur dengan protes besar-besaran yang melibatkan puluhan ribu orang. Mereka menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan reformasi monarki.

Dari perkiraan wartawan Reuters, setidaknya ada 30 ribu orang yang turun ke jalan pada Sabtu (19/9).

Namun pihak penyelenggaran menyebut ada lebih dari 50 ribu orang dan polisi mengklaim 18 ribu orang. Meski begitu, protes itu tetap menjadi yang terbesar sejak Prayuth mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014.

"Kecuali jika monarki berada di bawah konstitusi, kami tidak akan pernah mencapai demokrasi sejati," ujar pemimpin protes sekaligus pengacara hak asasi manusia, Arnon Nampa kepada kerumunan di depan Grand Palace, Bangkok.

Dalam seruannya, Arnon dan para pengunjuk rasa mendesak agar anggaran kerajaan dipotong dan perubahan konstitusi yang menempatkan raja di bawahnya.

Arnon mengatakan, aksi akan dilanjutkan pada Minggu (20/9), di mana para pengunjuk rasa akan berkumpul di Gedung Pemerintahan sembari menempatkan plakat peringatan kurningan sembari menggemakan kata-kata para pemimpin pada 1932 untuk mengakhiri monarki absolut.

"Negara milik rakyat, bukan monarki," begitu seruan yang digemakan para pengunjuk rasa.

“Saya di sini untuk memperjuangkan masa depan anak dan cucu saya. Saya berharap pada saat saya mati, mereka akan bebas," kata Tasawan Suebthai, 68 tahun, mengenakan baju merah dengan jimat di lehernya yang dia harap bisa menangkal peluru.

Menanggapi protes, otoritas Thailand mengatakan, mereka mengkritik monarki tidak dapat diterima telah melanggar hukum lese majeste dan dapat dipenjara.

Tetapi sejauh ini, protes dilakukan secara damai, walaupun ada lebih dari selusin pemimpin aksi ditangkap dan dibebaskan dengan jaminan tanpa melibatkan hukum tersebut.

"Orang dapat memprotes tetapi mereka harus melakukannya dengan damai dan sesuai hukum," terang jurubicara pemerintah Anucha Burapachaisri.

Aksi protes di Thailand sudah mulai terjadi sejak pertengahan Juli. Sejak saat itu, mereka mengkritik Raja Maha Vajiralongkorn yang menghabiskan sebagian besar waktunya di Eropa sejak naik takhta pada 2016.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya