Berita

Choon Phong bersama pramugari Singapore Airlines/Net

Dahlan Iskan

Small Is Not Beautiful

SENIN, 14 SEPTEMBER 2020 | 05:21 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

JABATAN CEO kini identik dengan kepusingan. Tak terkecuali CEO perusahaan yang dulu begitu tinggi gengsinya: Singapore Airlines.

Disway hari ini hanya saya isi dengan terjemahan langsung surat seorang CEO yang lagi pusing. Mungkin sudah banyak CEO di Indonesia lebih pusing. Mereka mungkin juga sudah membuat surat serupa. Tapi saya tidak menyangka CEO perusahaan sehebat Singapore Airlines sampai harus menulis surat ke seluruh karyawannya seperti ini.

Kalau kebetulan Anda punya CEO yang juga mengirimi surat kepada Anda, bandingkan bunyinya, gayanya dan isi pesannya. Anda akan bisa menilai gaya kepemimpinan seperti apa CEO Anda itu:

***

Kolega-kolega tersayang,

Ketika perlawanan atas Covid-19 dimulai awal tahun ini, tidak ada di antara kita yang bisa memprediksi pengaruh buruknya pada industri penerbangan secara keseluruhan.

Delapan bulan kemudian jumlah perusahaan penerbangan yang kolaps terus meningkat.

Belum juga jelas siapa yang masih akan benar-benar mampu untuk melewati krisis ini.

Setiap perusahaan penerbangan, perusahaan bandara sampai industri pembuat pesawat, dan pemasoknya masing-masing mencari langkah untuk memotong biaya –termasuk mencari cara untuk mengurangi jumlah karyawan dan staf– untuk menyiapkan masa depan yang tidak pasti.

Sejak awal Singapore Airlines Group memprioritaskan untuk mengamankan sebanyak mungkin lapangan kerja.

Kita termasuk yang pertama-tama mencari dana untuk mengamankan kebutuhan keuangan. Sampai hari ini kita sudah mencari dana sebesar 11 miliar dolar (sekitar Rp 120 triliun, red) melalui penjualan saham baru, pengamanan dana, dan jaringan kredit lainnya. Kita masih terus menggali kemungkinan sumber dana yang lain lagi.

Grup kita sudah mengurangi biaya modal dan biaya operasional sejak awal Covid-19 dengan cara menunda proyek yang tidak mendesak, bekerja sama dengan pemasok dan partner untuk mengurangi biaya, menunda pembayaran, dan menyesuaikan jadwal penerimaan pesawat baru.

Kita juga sudah mengusahakan untuk memotong gaji karyawan dan pensiun suka rela tanpa dibayar.

Ini adalah waktu yang sangat berat dan kita sangat menghargai pada semua kolega yang sudah mau ikut sengsara. Kita juga sangat berterima kasih kepada pemerintah Singapura yang telah terus menambah dukungannya kepada Singapore Airlines.

Meski begitu, masa depan tetap saja masih sangat menantang. Pandemi ini masih belum juga bisa dikendalikan. Beberapa negara justru mengalami pandemi gelombang kedua dan ketiga. Kita masih belum punya vaksin. Penjagaan perbatasan antar negara masih diberlakukan dengan sangat ketat. Dan lagi pemerintah juga masih terus berusaha untuk jangan sampai terjadi kasus-kasus Covid-19 yang datang dari luar negeri.

Perkembangan ekonomi dunia masih anemia, suram. Hanya sedikit ada tanda-tanda menggeliatnya sektor pelesir dan perjalanan internasional.

Kita mengalami sebuah bencana besar, terjadinya penurunan jumlah penumpang sampai 99,5 persen di empat bulan pertama tahun ini. Sampai hari ini Singapore Airlines hanya mengoperasikan pesawat 8 persen dari jumlah pesawatnya, dibanding masa sebelum Covid-19. Perkiraan kita tidak akan sampai 50 persen kalau dihitung satu tahun fiskal ini.

Sementara ini, perkiraan keadaan mengatakan situasi perjalanan udara justru semakin buruk. Dan diperkirakan perbaikan di bidang perjalanan udara belum akan pulih sampai tahun 2024.

Secara relatif, dibanding dengan umumnya perusahaan penerbangan di dunia, posisi Singapore Airlines Group justru lebih rentan. Itu karena kita tidak memiliki pasar domestik, yang bagi banyak negara lain itu bisa jadi pengungkit untuk memulihkan keadaan.

Harapan bahwa jalan menuju pemulihan begitu panjang dan berat serta tidak menentu itu membuat kita sampai pada keputusan yang menyakitkan untuk mengurangi karyawan lewat cara yang tidak sukarela lagi.

Kita perlu mengurangi sekitar 4.300 posisi di semua perusahaan Singapore Airlines, Silk Air, dan Scoot di Singapura dan di luar negeri. Kita juga membekukan penerimaan karyawan baru mulai 2020 ini. Kita juga tidak mengisi kekosongan yang ditinggalkan mereka yang pensiun atau mengundurkan diri.

Kita juga telah dengan senang hati menawarkan skema pensiun dini yang pertama dalam sejarah kita bagi staf dan pilot. Termasuk pelepasan sukarela bagi awak kabin bagi yang mengundurkan diri dengan alasan pribadi.

Secara keseluruhan semua usaha itu telah mengurangi 1.900 posisi di grup. Hasilnya, lapangan kerja yang sudah berkurang di grup mencapai 2.400.

Kami sudah diskusi dengan serikat pekerja. Kami akan bekerja sama yang erat dengan mereka untuk memfinalkan masalah itu secepat mungkin. Itu untuk mengurangi ketidakmenentuan dan stress di kalangan karyawan.

Melepaskan orang-orang yang sangat berharga dan penuh dedikasi itu adalah keputusan yang paling berat dan paling menyiksa yang pernah saya buat selama 30 tahun di Singapore Airlines.

Kepada kolega kita yang kena dampak diharapkan bisa mengerti bahwa ini bukan karena cerminan kemampuan dan prestasi Anda. Ini karena lumpuhnya bisnis travel akibat pandemi. Percayalah kami akan memproses semua itu dengan fair dan penuh rasa penghargaan. Kami melakukannya sebaik mungkin sesuai dengan penerimaan yang Anda perlukan di waktu penuh cobaan ini.

Beberapa minggu ke depan adalah waktu yang terberat dalam sejarah Singapore Airlines Group. Yakni ketika teman-teman kita meninggalkan perusahaan ini.

Marilah kita tetap menjaga hubungan antar kita, saling kontak di saat kita berada di waktu yang sulit ini.

With regards,

Choon Phong

***

Jelaslah negara besar ternyata memiliki sisi keunggulan tersendiri. Amerika, Tiongkok, India dan Indonesia adalah negara besar dengan pasar domestik yang menggiurkan.

Setelah ini, barangkali Singapore Airlines akan agresif mengakuisisi perusahaan-perusahaan penerbangan domestik di negara-negara besar.

Telkom Singapura tetap jaya karena memiliki anak-anak perusahaan di negara lain, termasuk Telkomsel yang menjadi raja di Indonesia.

Kini teori small is beautiful perlu didiskusikan lagi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya