Berita

Presiden Joko Widodo saat mengungkapkan kekesalannya beberapa waktu lalu terkait penyerapan anggaran Covid-19 yang belum maksimal/Repro

Politik

Jokowi Cuma Jadi Guyonan Publik Kalau Marah-marah Tapi Tidak Berani Reshuffle

RABU, 09 SEPTEMBER 2020 | 17:09 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Ancaman reshuffle yang sempat disampaikan Presiden Joko Widodo di akhir Juni lalu hingga kini belum tampak direalisasi. Padahal, sejumlah menteri kerap disorot publik karena kinerjanya yang dinilai buruk.

Menurut Director Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, gejala kurang kondusif di internal kabinet sudah terlihat jelas di periode kedua Presiden Joko Widodo ini. Bahkan beberapa menteri baru-baru ini kembali berpolemik.

Sebut saja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang memberi restu pemberian staf ahli bagi direksi yang jelas-jelas berlawanan dengan Surat Edaran (SE) menteri terdahulu, yakni Dahlan Iskan. Belum lagi Menteri Agama Fachrul Razi yang membuat publik bereaksi terkait sertifikasi ulama.

Kondisi ini, kata Igor, sejatinya sudah cukup bagi presiden merealisasikan kemarahannya beberapa waktu lalu untuk merombak kabinet bila ingin pemerintahannnya berjalan baik. Selain itu, reshuffle juga perlu dilakukan agar kepala negara benar-benar mendapat atensi dari para bawahannya.

"Lebih baik presiden segera lakukan reshuffle daripada marah-marah lagi. Jangan cuma membubarkan lembaga negara ecek-ecek, tetapi nantu ujungnya marah-marah lagi," kata Igor Dirgantara kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/9).

Hal ini merujuk pada keputusan presiden beberapa waktu lalu yang lebih memilih membubarkan 18 tim kerja, badan, dan komite resmi. Pembubaran tersebut tercantum dalam Pasal 19 Perpres 82/2020 tentang Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang ditandatangani pada 20 Juli 2020.

Presiden, jelasnya, punya hak prerogratif yang tak hanya melekat pada presiden, melainkan juga menyangkut kewibawaannya dalam sistem politik presidensial.

"Jika tidak ada reshuffle, mendingan enggak perlu marah karena bisa jadi bahan guyonan di publik. Dalam perspektif budaya Jawa, seorang  pemimpin yang sering mempertontonkan emosi kemarahan di depan umum bisa dimaknai telah menunjukkan kelemahannya sendiri," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya