Berita

Ota Benga saat berada di dalam kandang orangutan di Kebun Binatang Bronx/CNN

Dunia

114 Tahun Berlalu, Kebun Binatang Di New York Minta Maaf Pernah Kurung Pria Afrika Bersama Orangutan

JUMAT, 31 JULI 2020 | 21:40 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Pada tahun 1906, Kebun Binatang Bronx di New York, Amerika Serikat, mengurung seorang pria asal Afrika Tengah bernama Ota Benga di kandang orangutan.

Ota Benga berada di kandang itu, dan hidup bersama orangutan peliharaan kebun binatang tersebut selama satu minggu. Selama itu pula lah, Ota Benga menjadi tontotan bagi ribuan pengunjung yang datang ke Kebun Binatang Bronx.

Kini, setelah 114 tahun berlalu, organisasi yang mengelola kebun binatang tersebut, yakni Wildlife Conservation Society (WCS), mengeluarkan permintaan maaf resmi atas kejadian tidak terpuji di masa lalu itu.


"Kami sangat menyesal bahwa banyak orang dan generasi telah dirugikan oleh tindakan ini atau oleh kegagalan kami sebelumnya untuk secara terbuka mengutuk dan mencela mereka," tulis Presiden dan CEO WCS Cristian Samper dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyadari bahwa rasisme terbuka dan sistemik tetap ada, dan institusi kami harus memainkan peran yang lebih besar untuk menghadapinya," sambungnya.

Ota Benga sendiri merupakan warga suku Mbuti di Republik Demokratik Kongo saat ini. Suku Mbuti terkenal hidup di hutan hujan tropis Ituri.

Dia "dipajang" di rumah orangutan di kebun binatang tersebut selama beberapa hari dalam satu minggu hingga 8 September 1906. Ota Benga kemudian dibebaskan setelah menteri kulit hitam setempat mengungkapkan kemarahan mereka dan menuntut kebebasannya.

Sementara itu, menurut penulis yang mengabadikan kisah tragis Ota Benga ke dalam buku berjudul "Spectacle: The Astonishing Life of Ota Benga", yakni Pamela Newkirk, Ota Benga mengalami kondisi yang tidak manusiawi selama dikurung di kandang orangutan.

Dia sering ditonton ratusan orang sekaligus ketika terperangkap di dalam kurungan besi dengan orangutan.

Bukan hanya itu, kata Newkik, Ota Benga juga hanya memiliki waktu singkat di luar kandang.

Setelah seminggu berada di dalam kurungan, Ota Benga mulai melawan dan mengancam para pekerja kebun binatang.

Ketika akhirnya dia dibebaskan, Pendeta James Gordon membawanya ke panti asuhan yang dia kelola di Weeksville, Brooklyn. Selang 10 tahun kemudian, Ota Benga ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri.

Dalam pernyataan yang sama, seperti dikabarkan CNN, WCS juga mengecam rasisme dan filosofi berbasis eugenika yang dikembangkan oleh dua pendirinya, Madison Grant dan Henry Fairfield Osborn.

Sebagai bentuk kesungguhan atas permintaan maaf tersebut, WCS berjanji untuk menjadi lebih transparan. Organisasi tersebut membuat semua catatan dan arsip terkait dengan Ota Benga agar bisa diakses oleh publik.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya