Berita

Sebanyak sekitar 2.500 orang melakukan aksi protes di ibukota Bangkok, Thailand, pada Sabtu, 18 Juli 2020/Net

Dunia

Thailand Bergejolak, Protes Meletus Tuntut Pemerintah Mundur

MINGGU, 19 JULI 2020 | 07:51 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Thailand kembali bergejolak. Protes meletus untuk menuntut pengunduran diri pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. Bukan hanya pemerintah, para demonstran juga mengkritik kerajaan.  
Tanpa mengindahkan larangan pertemuan publik, sekitar 2.500 demonstran yang dipimpin oleh mahasiswa berkumpul di dekat Monumen Demokrasi Bangkok pada Sabtu malam (18/7). Itu menjadi demonstrasi jalanan terbesar sejak kudeta militer 2004.

Di sana, para demonsran mengajukan tiga tuntutan, yaitu pembubaran parlemen, diakhirinya pelecehan terhadap kritik pemerintah, dan amandemen konstritusi tertulis militer yang menurut para kritikus menjadi alasan kemenangan partai Prayut dalam pemilihan tahun lalu.

Prayut adalah mantan kepala militer yang menggulingkan pemerintahan terpilih enam tahun lalu.

Prayut adalah mantan kepala militer yang menggulingkan pemerintahan terpilih enam tahun lalu.

"Bagaimana kita bisa baik-baik saja dengan kurangnya demokrasi seperti ini?" tanya aktivis mahasiswa, Tattep Ruangprapaikit seperti dikutip Reuters.

Menurut keterangan penyelenggara dan wartawan, protes pada awalnya hanya diikuti kelompok-kelompok mahasiswa. Namun pada malam hari ratusan orang ikut bergabung.

Sementara itu, polisi bersiaga di sekitar monumen. Monumen juga ditutup dengan tanda bertuliskan "Tidak bisa masuk tanpa izin. Pemeliharaan sedang berlangsung".

Demonstrasi bubar sekitar tengah malam, namun pihak penyelenggara mengatakan akan kembali ke jalan dalam dua pekan jika tuntutan mereka tidak terpenuhi.

Dalam beberapa bulan terakhir, kritikan terhadap Prayuth telah meningkat. Sejak pemilu tahun lalu, sebuah pengadilan membubarkan partai oposisi terbesar kedua di Thailand agar koalisi memiliki kontrol yang lebih kuat di parlemen.

Selain pemerintah, para demonstran juga mengkritik monarki Thailand secara implisit mengingat adanya hukum yang melarang kritik terhadap raja.

Thailand secara resmi adalah monarki konstitusional, tetapi menghina raja dapat dihukum hingga 15 tahun penjara, dan banyak konservatif memandang monarki sebagai sesuatu yang sakral.

"Ini negara kita, tapi rumah siapa di Jerman," ujar salah satu pemimpin protes merujuk pada tanah milik Raja Vajiralongkorn yang memiliki tanah di Jerman. Ia juga menghabiskan banyak waktunya di sana.

Dalam protes tersebut juga muncul spanduk bertuliskan "Partai Rakyat Tidak Mati", merujuk pada partai politik yang mengakhiri pemerintahan kerajaan mutlak pada 1932.

Pekan lalu, pemerintahan Prayuth pecah setelah beberapa anggota kabinet mengundurkan diri karena perselisihan internal.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya