Berita

Pemberontakan warga Palestina di Yerusalem/Reuters

Dunia

Israel Siap Aneksasi Tepi Barat, Ancaman Intifada Ketiga Di Depan Mata

MINGGU, 05 JULI 2020 | 19:43 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Rencana Israel untuk menganeksasi sebagian wilayah Tepi Barat, Palestina bisa menjadi preseden yang buruk bagi masa depan perdamaian Palestina.

Bahkan tidak menutup kemungkinan bawhwa aneksasi itu akan memicu pemberontakan habis-habisan dari warga Palestina, yang dikenal dengan istilah intifada.

Untuk diketahui, dalam konteks konflik Israel-Palestina, intifada merupakan gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina dari Israel.


"Ketika segala sesuatunya bergejolak dan menjadi intifada sepenuhnya, kita akan melihat kombinasi kekuatan antara Gaza dan Tepi Barat," kata penasihat senior Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yakni Nabil Shaath, kepada France24 belum lama ini da dikabarkan ulang Russia Today (Sabtu, 5/7).

Dia bahkan menilai bahwa jika sampai terjadi "intifada ketiga", Palestina akan menerima dukungan luas dari dunia Arab.

Sebagai informasi, sepanjang sejarah Israel-Palestina, telah terjadi dua kali intifada. Intifada pertama dimulai tahun 1987 dan berakhir tahun 1993 dengan Persetujuan Damai Oslo.

Sementara intifada kedua atau dikenal juga sebagai intifada Al-Aqsa terjadi pada tahun 2000, ketika Perdana Menteri Israel pada saat itu, Ariel Sharon dan rombongan sekitar 1.000 pasukan bersenjata memasuki lingkungan Masjid Al-Aqsa. Intifadah ini berakhir pada 8 Februari 2005 setelah kedua pihak setuju berdamai.

Kini, di tengah ketegangan yang semakin meningkat di Tepi Barat dengan aneksasi yang dilakukan oleh Israel, membuat acaman "intifada ketiga" ada di depan mata.

Indikasi menuju hal tersebut bahkan sudah bermunculan. Pekan lalu, dua faksi di Palestina, yakni Hamas dan Fatah, berjanji untuk melakukan kampanye bersama melawan rencana aneksasi Israel.

Sebelumnya, Abbas juga menarik diri dari perjanjian keamanan dengan Israel atas perampasan tanah yang akan datang. Hal itu menghilangkan hambatan hukum yang menghalangi mereka yang mau mengambil bagian dalam perlawanan anti-Israel.

Rencana aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat oleh Israel semula akan dijalankan mulai 1 Juli lalu. Namun target itu meleset karena Israel tidak dapat "mengamankan" sanksi formal untuk perampasan tanahnya dari Washington.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya