Berita

Dahlan Iskan/Ist

Dahlan Iskan

Nangis Tes

KAMIS, 11 JUNI 2020 | 05:08 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

ADA daerah yang sampai kewalahan. Sampai minta bantuan mobil tes Covid-19 dari Gugus Tugas Nasional. Pun setelah mobil didapat, rebutan yang terjadi.

Tapi ada daerah yang justru khawatir kekurangan sampel yang perlu dites.

Daerah itu pernah menjadi nomor 7 nasional terbanyak penderita Covid-19 nya: Sumatera Barat.


Kabar baru mengenai besarnya kapasitas tes di Sumbar itu sampai ke telinga pusat.

”Sampai Jenderal Doni Monardo menghubungi kami. Apakah kami bisa membantu daerah lain,” ujar Dokter Andani Eka Putra. Ia adalah Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang.

Dokter Andani itulah yang menemukan metode pool test yang hebat ini.

Sejak penemuan itu diterapkan di lab. Universitas Andalas, kemampuan laboratorium di Unand meningkat drastis. Dari hanya 200 sampel sehari menjadi 1.570 per hari.

Berkat penemuan itu, di Sumbar, sudah lebih 26.748 orang orang yang dites. Kalau dibanding dengan jumlah penduduknya sudah mencapai 0,5 persen. Jauh di atas angka nasional.

Sumbar juga sudah bisa melakukan tes untuk klaster yang dianggap rawan. Misalnya Pasar Raya Padang. Di situlah penderita pertama Covid-19 ditemukan di Padang.

Seisi pasar itu kini dalam proses dites semua. Akan mencapai 8.000 orang.

Untuk kapasitas baru lab di Unand itu hanya pekerjaan lima hari.

Demikian juga semua OTP dan PDP bisa dites dengan cepat. Semuanya. Pun bukan hanya dengan rapid test. Tapi tes yang sebenarnya.

”Misi semua lab seharusnya adalah memutus rantai penularan. Bukan hanya ikut mengatasi penderita,” kata Dokter Andani.

Rantai terdekat penularan itu adalah OTP dan PDP. Yakni termasuk orang yang positif tapi tanpa gejala Covid-19.

Berkat metode Andani itu sampel dari Padang sendiri kini sudah menipis. Gubernur Sumbar Prof. Erwan Prayitno pun menyasar ke kabupaten-kabupaten di luar Padang.

Metode baru seperti apa sih yang dilakukan dr. Andani? Bagaimana praktik yang dilakukan di lab pimpinan dr. Andani itu? Sampai kapasitasnya bisa naik begitu drastis?

Dokter Andani melakukan ini: tiap lima sampel dijadikan satu. Lalu dites. Kalau hasilnya negatif berarti lima sampel cukup dites sekali. Barulah kalau hasilnya positif dicari botol yang mana yang positif itu.

”Biaya tes juga menjadi turun drastis. Bisa turun 70 persen,” ujar Dokter Andani.

Di lab Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu bekerja 55 orang. Kebanyakan mahasiswa kedokteran tahap akhir di sana.

Peningkatan kapasitas tes itu tidak memerlukan tambahan peralatan apa pun. Semuanya sama. Hanya metodenya saja yang berbeda.

Berarti lab yang lain bisa meniru?

”Bisa sekali,” tegasnya dokter Andani.

”Boleh?”

”Boleh sekali. Ini kan untuk kepentingan nasional,” jawabnya.

Untuk bisa mengerjakan itu, katanya, yang diperlukan hanya militansi dan jiwa mengabdi. Dua-duanya memang ada di dokter Andani. Ia adalah aktivis mahasiswa. Ketika sudah jadi dokter ia tetap aktivis. Sikap militan adalah jiwa seorang aktivis.

Ia juga pengabdi. Pasien yang datang ke tempat praktiknya boleh tidak membayar. Karena itu praktik dokternya ramai sekali. Sampai larut malam.

Ia juga menolak diberi penghargaan sebagai dosen teladan. Ia merasa belum banyak yang ia perbuat.

Tapi dengan penemuannya ini rasanya ia sangat layak untuk mendapat penghargaan. Soal ia tidak mau menerima biarlah itu menjadi sikap mulianya.

Dokter Andani kini juga sudah menyelesaikan karya tulisnya. Terkait dengan terobosan yang ia temukan itu. Dalam bahasa Inggris. Sudah siap dikirim ke jurnal internasional.

Jadi apakah permintaan ketua Gugus Tugas Nasional tadi bisa dipenuhi?

”Kami siap membantu daerah lain. Silakan kirim sampel ke Padang,” katanya.

Berapa lama tes itu memberikan hasil?

”Paling lama 24 jam,” katanya.

Silakanlah.

Saya agak telat menulis ini. Padahal Dokter Andani sudah memberi tahu saya setelah lebaran lalu.

Maka sayalah yang salah kalau sampai ada kepala daerah yang marah-marah --plus nangis-nangis-- karena rebutan mobil tes.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya