Berita

Ilustrasi penanganan corona/Net

Publika

Pandemi, Big Data Dalam Kuasa Panoptik

RABU, 01 APRIL 2020 | 13:48 WIB | OLEH: YUDHI HERTANTO

BERTRANSFORMASI. Seluruh dunia mengalami perubahan. Pandemi mengubah struktur dan lanskap bentuk interaksi sosial, dalam berbagai sektor. Tidak ada pilihan lain, selain beradaptasi.

Aktivitas perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan terhenti. Kerumunan dihindari, dianjurkan untuk melakukan berdiam diri, dan memulai seluruh kegiatan berbasis rumah.

Pada situasi pandemi, sektor kesehatan menjadi fokus prioritas. Perangkat pendukungnya, tentu saja teknologi informasi. Formatnya melalui masyarakat berjejaring, terhubung dengan konektivitas internet.

Belajar, bekerja dan beribadah di rumah menjadi slogan baru. Tidak diketahui sampai kapan akan terjadi. Kita tentu berharap pandemi segera usai. Tetapi wajah relasi sosial diakselerasi.

Ruang kelas berubah menjadi ruang maya, sementara berbagai rapat terdigitalisasi. Tidak semua bisa berubah, pola transisi terjadi. Pandemi meletakkan dasar perubahan bagi masyarakat digital.

Dipaksa Berubah

Perlu pengukuran efektivitas atas kegiatan fisik, yang tergantikan dalam perubahan menuju online. Banyak hal yang menjadi catatan. Celah terbesarnya adalah akses internet. Relaksasi atas biaya akses internet, patut dipertimbangkan.

Dalam situasi yang membatasi lingkup interaksi langsung, pandemi menjadi ajang uji coba ketersambungan seluruh wilayah. Benarkah "infrastruktur langit" kita telah siap mendukung?

Konsumsi data internet akan melonjak. Lalu lintas data dan informasi akan bertambah ramai. Publik harus dilayani. Pemerintah pun harus mempergunakan dengan baik situasi ini.

Mekanisme digital melayani -Dilan harus implementatif, selaras dengan kebutuhan publik. Pernikahan online, pengadilan online, disamping ojek online dan rapat online adalah terobosan.

Seluruh aktivitas yang sebelumnya dilakukan di ruang fisik, kini termuat dalam fasilitas ruang maya, jagat digital. Pergerakan arus data ini, menjadi penting untuk dikelola pemerintah.

Membaca Big Data

Pada banyak kasus, di berbagai wilayah yang berhadapan dengan Pandemi Covid-19 sangat terbantu menggunakan kemampuan analisis big data. Operator seluler perlu berkontribusi aktif.

Kementerian informatika memperluas proses edukasi, memanfaatkan koneksi seluler. Menganalisis pergerakan pengguna mobile phone. Peluncuran aplikasi dan portal baik, tetapi belum cukup.

Peran integrasi serta konsolidasi satu data kependudukan, terbilang menjadi signifikan dalam situasi ini. Momentum perbaikan ke depan. Bisa dimulai pelacakan atas register nomor seluler.

Big data menyajikan perilaku, dan kontrol perilaku menjadi hal penting saat ini. Kita berhadapan dengan dilema etik, atas penggunaan data privat. Dalam situasi kedaruratan terdapat abnormalitas.

Padanan big data adalah artificial intelligence, menguatkan basis dukungan kecerdasan buatan, untuk melakukan pengaturan. Sentralisasi data ini, memberikan posisi pijakan yang kuat bagi kekuasaan, untuk merumuskan intervensi kebijakan.

Kolaborasi sektor teknologi harus dipercepat, pergunakan teknologi informasi, untuk meluaskan informasi, sekaligus mengumpulkan informasi penting dari kebiasaan-kebiasaan publik. Rekayasa sosial dalam bidang kesehatan, berbasis teknologi dibutuhkan.

Kuasa Panoptik

Manusia, menurut Yuval Noah Harari, Homo Deus, 2016, di masa depan sangat terkait dengan aspek technoscience dan bioscience. Disrupsi teknologi akan menjadi kekuatan baru manusia. Futuristik.

Penggunaan teknologi yang mengawasi seluruh penduduk, membawa kita pada konsep penjara Panoptik, yang diterangkan Michael Foucault. Kondisi, hyperconnected, membuat kekuasaan melekat pada individu.

Pada penjara abad pertengahan, arsitektur panoptik dengan menara pengawas di tengah, yang dilengkapi lampu sorot ke sekeliling bangunan penjara, menjadi representasi kuasa pengawasan. Terasa diamati.

Kita kemudian masuk ke dalam ilustrasi sebagaimana George Orwell dalam novel 1984. Kementerian kebenaran, akan melakukan pengaturan serta pengawasan atas gerak-gerik individu. Tidak bebas.

Pada situasi pandemi, kita tentu melepaskan konsekuensi tersebut. Karena hukum yang utama dalam kedaruratan pandemi kali ini, adalah kehidupan kemanusiaan.

Di situasi genting saat ini, kehilangan satu nyawa merupakan tragedi. Untuk itu, fungsi teknologi big data harus ditujukan bagi dukungan penuh menjaga eksistensi manusia dan kemanusiaan. Segera.

Yudhi Hertanto
Penulis sedang menempuh Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya