Berita

Presiden Soekarno/Net

Nusantara

Supersemar, Sudah Terlalu Lama Masuk Dalam Daftar Pencarian Arsip

RABU, 11 MARET 2020 | 09:07 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ada peristiwa yang tidak diketahui publik beberapa hari sebelum terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret.

Bukan rahasia lagi, sampai sekarang Supersemar masih menjadi misteri. Dalam pidato Presiden Soekarno yang akrab disapa Bung Karno pada 17 Agustus 1966  ia menyebutkan surat tersebut bukan merupakan transfer kekuasaan. Namun, faktanya surat itu dijadikan Suharto untuk mengambil alih kursi kepresidenan.

Suasana Istana Jakarta ketika itu sangat tidak kondusif. Demo berkepanjangan  ditambah adanya pasukan tidak dikenal di depan istana, membuat Bung Karno  memutuskan untuk meninggalkan Jakarta. Ia terbang dengan  helikopter dan menenangkan diri di Istana Bogor.


Asvi Warman Adam, peneliti utama LIPI dan ahli sejarah Indonesia, mengemukakan, dua orang pengusaha yang dekat dengan Bung Karno diminta oleh Jendral Alamsyah, atas persetujuan Soeharto, untuk datang ke Istana Bogor menemui Bung Karno.

kedua pengusaha itu meminta kepada Bung Karno untuk menyerahkan pemerintahan sehari-hari kepada Soeharto, sedangkan presiden tetap ditempati oleh Soekarno. Diketahui saat itu kondisi Soekarno sedang tertekan akibat demo yang berkepanjangan.

"Ada Hal yang tidak diketahui umum yang pada masa orde baru, yang diajarkan di sekolah itu adalah bahwa pada tanggal 11 Maret itu ada demonstrasi besar-besaran di depan istana dan kita tahu bahwa belakangan itu ada pengakuan Kemal Idris yang berdemo itu bukan hanya mahasiswa tetapi juga ada pasukan Kostrad yang dipimpin oleh Kemal Idris," ujar Asvi dalam siaran pagi radio Elshinta, Rabu (11/3).

"Jadi bukan hanya mahasiswa tetapi juga ada tentara yang ikut berdemo di istana," lanjut Asvi.

Dua hari sebelumnya, yaitu 9 Maret 1966, dua orang pengusaha yang dekat dengan Bung Karno yaitu A.M Dasaad dan Hasjim Ning diminta oleh Jendral Alamsyah, atas persetujuan Soeharto,  untuk datang ke istana bogor.

"Mereka meminta kepada Presiden Soekarno itu untuk menyerahkan pemerintahan sehari-hari kepada Suharto, sedangkan posisi Presiden itu tetap Soekarno, gitu," jelas Asvi.

Apa yang disampaikan Hasjim Ning dan Dasaad membuat orang nomor satu RI itu marah.

"Di dalam memoar Hasjim Ning, Soekarno sempat melemparkan asbak kepada Hasjim Ning dan mengatakan; kamu sudah pro Suharto, kata Bung Karno. Dan usulan itu pun ditolak," ujar Asvi.

Dari peristiwa itu yang penting dicatat bahwa sebelas Maret itu merupakan rangkaian dari peristiwa sembilan Maret, jelas Asvi.

Karena permintaan dua pengusaha ini ditolak, maka dilakukan lagi upaya yang lebih 'keras' yaitu demo yang didukung tentara.

"Jadi, dari situ kita melihat upaya yang sistematis dari Suharto dan kelompoknya untuk mengambil alih kekuasan," ujar Asvi.

Pristiwa yang terjadi pada 9 Maret 1966 tidak banyak terungkap. Mengapa?  Kembali Asmiwirman Adam menjelaskan.

"Karena pertama itu tidak dianggap penting, kemudian kalau orang tahu ada peristiwa sembilan Maret ya mungkin 'wah ini ada kaitannya dengan pemindahan kekuasaan'. Karena di dalam buku sejarah yang diajarkan di sekolah yaitu bahwa karena Bung Karno pergi ke Bogor lalu ketiga jenderal itu datang ke sana untuk menemani Bung Karno yang katanya kesepian. Padahal kan di situ ada istrinya, kenapa kesepian? Jadi itu kan alasan di dalam buku sejarah, gitu," ungkap Asvi.

Asvi menilai, rangkaian 9 Maret adalah proses dalam rangka mengambil alih kekuasaan.

Asmi juga  menuturkan sampai sekarang dokumen asli mengenai surat perintah 11 Maret 1966 belum ditemukan. Bahkan lembaga arsip nasional sudah mengeluarkan DPA atau Daftar Pencarian Arsip Supersemar.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya