Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Reengineering Politik Dan Stagnasi Pertumbuhan Ekonomi

MINGGU, 09 FEBRUARI 2020 | 09:08 WIB

REENGINEERING politik dalam bentuk pemilihan secara langsung sejak tahun 2004 dan terakhir secara serentak tahun 2019 belum menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Belum menjadi faktor penentu perubahan kesejahteraan umum secara spektakuler.

Ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini rasio, masih sebesar 0,380 per September 2019, yang lebih tinggi dibandingkan periode pemerintahan Orde Baru.

Kinerja kepemimpinan nasional dan daerah di bidang politik pun belum mampu menggerakkan perekonomian secara signifikan. Fenomena tersebut ditunjukkan oleh kinerja pertumbuhan ekonomi nasional terjebak dalam kondisi stagnasi sebesar 5,02 persen pada tahun 2019, dari harapan manuver “gimmick” perencanaan kebutuhan tumbuh meroket ke angka 7 persen per tahun.


Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menyumbang permintaan agregat terbesar sebesar 56,62 persen dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,04 persen, sedangkan industri pengolahan yang menyumbang penawaran agregat sebesar 19,70 persen tumbuh 3,80 persen.

Yang dikerjakan oleh pemerintah adalah reengineering perekonomian menggunakan instrumentasi pembangunan infrastruktur besar-besaran berbasiskan utang luar negeri, ternyata belum dapat dijadikan pencapaian tujuan jangka pendek sebagai penggerak perekonomian.

Pembangunan infrastruktur tersebut berguna sebagai katalisator untuk memberlanjutkan kepemimpinan nasional, namun manfaat secara menyeluruh pada masyarakat banyak dalam negeri untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi pada sektor pengeluaran konsumsi masyarakat ataupun industri pengolahan tidak terlihat dalam jangka pendek.

Dampak jangka pendek reorientasi pembangunan buah dari reengineering politik terhadap bidang perekonomian adalah defisit transaksi berjalan naik, utang luar negeri naik, defisit pembiayaan pemerintah naik, tarif tol naik, subsidi turun, dan bantuan sosial turun.

Komoditas penggerak industri pengolahan dan penyumbang ekspor nonmigas Indonesia yang besar adalah minyak sawit dan produk logam dasar ternyata relatif mengalami stagnasi. Pertumbuhan ekonomi Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, China, dan Australia sedang turun, sekalipun pertumbuhan ekonomi Jepang dan Perancis meningkat pada triwulan IV tahun 2019 dibandingkan triwulan IV tahun 2018.

Kondisi perekonomian negara mitra dagang yang sedang menurun tersebut mendorong kinerja perekonomian industri pengolahan dalam negeri yang berorientasi ekspor tidak sebaik yang diharapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia naik meroket.

Pemerintah tidak mampu mengubah kondisi tarikan permintaan pasar dari negara-negara mitra tujuan ekspor Indonesia untuk naik. Juga tidak mampu untuk menyerap lebih besar impor bahan baku dan bahan penolong dari negara-negara mitra asal impor Indonesia untuk dijadikan sebagai produk antara lebih banyak.

Pertumbuhan impor barang dan jasa Indonesia justru turun sebesar minus 7,69 persen tahun 2019. Kondisi perekonomian yang seperti ini menguatkan posisi Indonesia semakin sebagai follower dari negara mitra dagang.

Sugiyono Madelan

Pengajar Universitas Mercu Buana dan peneliti Indef

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya