Berita

Gus Dur dan Gus Sholah

Publika

Gus Sholah Dan Duka Bagi NU

MINGGU, 02 FEBRUARI 2020 | 23:47 WIB

INNA lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Malam ini, saya membaca di laman Facebook banyak ucapan belasungkawa dan takziyah atas wafatnya Kiai Salahuddin Wahid atau dikenal sebagai Gus Sholah. Menderasnya ucapan belasungkawa ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh Gus Sholah, dan betapa wafatnya sosok ini dirasakan sebagai kehilangan dan kesedihan oleh banyak orang.

Saya ingin mengingatkan beberapa hal penting tentang Gus Sholah -- sekadar untuk "reminder" saja.

Pertama, wafatnya Gus Sholah adalah duka yang mendalam bagi NU, karena beliau adalah cucu Mbah Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau wafat pada saat NU, jam'iyyah yang didirikan oleh kakeknya itu, sedang merayakan Harlah-nya yang ke-94.

Kedua, Gus Sholah adalah sosok yang saat ini menjadi pengasuh dan "menunggui" warisan besar Mbah Hasyim selain NU, yaitu pesantren Tebuireng. Pesantren Tebuireng adalah "kiblat"-nya pondok-pondok di lingkungan NU. Di sanalah banyak kiai Jawa belajar untuk menimba ilmu dari Maha Guru para kiai, yaitu Mbah Hasyim Asy'ari yang digelari sebagai Hadlratusy Syaikh -- satu-satunya kiai di NU yang menyandang gelar ini. Banyak tokoh Betawi yang "nyantri" di Tebuireng, baik pada zaman Mbah Hasyim atau sesudahnya.

Di pondok inilah, menurut kisah yang saya terima, Kiai Abdullah Salam (dan beberapa kiai lain) dari Kajen, Pati, pernah "mondok". Kiai Abdullah adalah kiai pertama yang di-sowani Gus Dur setelah menjadi presiden.

Ketiga, wafatnya Gus Sholah langsung mengingatkan saya pada peristiwa sedih yang pernah menimpa ayahandanya, yaitu Kiai Wahid Hasyim. Kiai Wahid (Menteri Agama RI kedua setelah Kiai Masykur) wafat karena kecelakaan lalu-lintas di Cimahi, Bandung, dalam perjalanan untuk menghadiri acara NU di Sumedang, pada hari Ahad, 19 April 1953.

Kok ndilalah kersane Allah, Gus Sholah juga wafat pada hari Ahad. Kiai Wahid meninggal dalam usia yang masih sangat muda, 39 tahun. Gus Sholah wafat dalam usia 77 tahun.

Keempat, Gus Sholah adalah menantu Kiai Saifuddin Zuhri, ayahanda dari mantan Menag Lukman Saifuddin. Kiai Saifuddin juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Bung Karno dulu. Bagi kami anak-anak muda NU generasi 70-an dan 80-an, Kiai Saifuddin selalu kami kenang melalui bukunya yang sudah klasik, "Guruku Orang-Orang Pesantren." Gus Sholah menikah dengan Ibunyai Farida, puteri Kiai Saifuddin Zuhri.

Kelima, Gus Sholah, seperti kita tahu, adalah adik kandung Gus Dur. Di antara keenam putera Kiai Wahid Hasyim, tampaknya dua nama lah yang "cemlorot" dan muncul sebagai sosok yang bisa kita sebut sebagai tokoh bangsa, tokoh nasional, dengan pengaruh yang lintas golongan, kelompok, dan agama -- yaitu Gus Dur dan Gus Sholah. Tentu saja corak dan model ketokohan dua sosok ini berbeda; tetapi dua-duanya adalah TOKOH BANGSA.

Di mata saya (dan saya tak kuasa menahan air mata saat menulis ini), baik Gus Dur dan Gus Sholah adalah hadiah Mbah Hasyim untuk negeri ini. Ya, HADIAH MBAH HASYIM.

Dua cucu beliau ini telah menyumbangkan banyak hal untuk negeri ini. Kedua cucu beliau ini, dengan caranya masing-masing, telah "menyirami" dan merawat dua tanaman yang dulu disemai oleh Mbah Hasyim. Dua tanaman itu adalah NU dan Indonesia.

Sebelum wafat, Gus Sholah masih sempat menorehkan kontribusi penting: mengupayakan terbentangnya "jembatan komunikasi" antara dua ormas Islam terbesar di Indonesia: NU dan Muhammadiyah. Upaya ini beliau lakukan melalui kerja sama antara Pesantren Tebuireng yang diasuhnya dan Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga PP Muhammadiyah untuk menggarap film "Jejak Langkah Dua Ulama". Film ini berkisah tentang pendiri NU dan Muhammadiyah: Mbah Hasyim Asy'ari dan Kiai Ahmad Dahlan. Film ini, kalau tak salah, diluncurkan malam ini, Ahad, (2/2/2020).

Selamat jalan, Gus Sholah. Selamat bergabung di alam barzakh dengan Mbah Hasyim, Kiai Wahid, Ibunyai Sholehah, Ibunyai Aisyah dan Gus Dur. Kami, warga nahdliyyin, akan selalu mengenang panjenengan dalam doa-doa kami, dalam tahlil kami.

Ulil Abshar Abdalla
Penulis adalah cendekiawan Muslim. Naskah dimuat pertama kali di halaman Facebook penulis.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya