Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

100 Perusahaan Top Dunia Dituding Sebarkan Disinformasi Soal Iklim Lewat Iklan YouTube

JUMAT, 17 JANUARI 2020 | 07:24 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Sejumlah perusahaan terbesar di dunia dituding mendanai penyebaran informasi iklim yang salah dengan cara beriklan di YouTube.

Begitu kata kelompok aktivis Avaaz, merujuk pada penelitian yang mereka lakukan. Dalam penelitian tersebut, kelompok ini menemukan bahwa lebih dari 100 merek di dunia memiliki iklan yang berjalan di YouTube yang mengarah pada situs yang secara aktif mempromosikan informasi iklim yang salah.

"Ini bukan tentang kebebasan berbicara, ini tentang iklan gratis yang diberikan YouTube kepada video yang sebenarnya tidak akurat yang berisiko membingungkan orang tentang salah satu krisis terbesar di zaman kita," kata juru kampanye senior dari Avaaz, Julie Deruy.


"YouTube tidak boleh menampilkan, menyarankan, mempromosikan, mengiklankan, atau mengarahkan pengguna ke informasi yang salah," tambahnya, seperti dimuat The Guardian (Kamis, 16/1).

Penelitian itu dilakukan oleh Avaaz dengan cara memeriksa video di YouTube yang didorong ke pengguna ketika mereka mencari kata kunci "pemanasan global", "perubahan iklim", atau "manipulasi iklim". Fokus utama memreka utamanya adalah pada algoritma rekomendasi YouTube.
 
Hasilnya, ditemukan bahwa 16 dari 100 video teratas pada kata kunci "pemanasan global" berisi informasi yang salah. Sedangkan delapan video teratas dari kata kunci "perubahan iklim" dan 21 video teratas dari kata kunci "manipulasi iklim" mengandung informasi yang salah.

"YouTube sebelumnya telah mengambil langkah selamat datang untuk melindungi penggunanya dari teori anti-vaksin dan konspirasi," begitu kutipan dari laporan hasil penelitian Avaaz tersebut.

"Tetapi tidak bertindak dengan kekuatan yang sama terhadap informasi yang salah informasi dan disinformasi yang lebih luas, termasuk informasi iklim yang salah," sambungnya.

Kelompok itu meminta YouTube untuk menerapkan kebijakan baru untuk mencegah penyebaran informasi iklim yang lebih buruk pada platformnya.

Namun pihak YouTube justru mempertanyakan penelitian tersebut. Dalam sebuah pernyataan, YouTube mengatakan laporan Avaaz memiliki masalah transparansi sendiri.

"Kami tidak dapat berbicara dengan metodologi atau hasil Avaaz, dan sistem rekomendasi kami tidak dirancang untuk menyaring atau menurunkan video atau saluran berdasarkan perspektif tertentu," begitu keterangan yang dirilis pihak YouTube.
\ "YouTube memiliki kebijakan iklan ketat yang mengatur tempat iklan diizinkan muncul dan kami memberikan alat pengiklan untuk memilih keluar dari konten yang tidak selaras dengan merek mereka. Kami juga telah berinvestasi secara signifikan dalam mengurangi rekomendasi konten garis batas dan informasi yang berbahaya, dan meningkatkan suara otoritatif di YouTube," tambah keterangan yang sama.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya