Berita

Pasukan keamanan Bolivia/Reuters

Dunia

PBB Khawatir Kekerasan Di Bolivia Akan Lepas Kendali

MINGGU, 17 NOVEMBER 2019 | 07:08 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Kekerasan yang terjadi di Bolivia bisa bergulir menjadi tidak terkendali pasca pertikaian baru-baru ini antara pasukan keamanan dan petani koka yang loyal kepada Presiden Evo Morales yang digulingkan. Kekerasan itu sendiri telah menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.

Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet memperingatkan bahwa meningkatnya kekerasan di Bolivia dapat merusak proses demokrasi.

"Saya khawatir bahwa situasi di Bolivia bisa lepas kendali jika pihak berwenang tidak menanganinya, dengan penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia," kata Bachelet dalam sebuah pernyataan (Sabtu, 16/11).

Diketahui bahwa Morales mengundurkan diri di bawah tekanan polisi dan militer Bolivia Minggu pekan lalu di tengah gelombang protes atas hasil pemilihan presiden 20 Oktober lalu yang kembali memunculkan Morales sebagai pemenang.

Dua hari setelah pengunduran dirinya, Morales pun melarikan diri ke Meksiko di mana dia menerima suaka. Sejak saat itu dia menyebut langkah yang dilakukannya adalah hasil dari kudeta dari sayap kanan. Dia mengecam meningkatnya tuduhan penindasan oleh pasukan keamanan di bawah presiden sementara dan mantan anggota parlemen konservatif Jeanine Anez.

"Para pemimpin kudeta membantai orang-orang pribumi dan rendah hati karena meminta demokrasi," kata Morales di Twitter menyusul laporan meningkatnya kematian.

Sementara Anez menyalahkan Morales karena memicu kekerasan dari luar negeri. Dia mengatakan pemerintahnya ingin mengadakan pemilihan dan bertemu dengan oposisi untuk menghentikan protes.

Ombudsman Cochabamba Nelson Cox mengatakan catatan rumah sakit di wilayah pertanian koka menunjukkan bahwa sebagian besar kematian dan cedera yang terjadi disebabkan oleh luka tembak.

"Kami sedang bekerja dengan kantor ombudsman nasional untuk melakukan otopsi dan mencari keadilan bagi para korban ini," kata Cox kepada Reuters.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya