"Sangat prihatin dengan serangkaian penangkapan, pelecehan, dan intimidasi yang dilakukan (terhadap) anggota oposisi politik Kamboja baru-baru ini dan upaya untuk menggagalkan kembalinya warga Kamboja ke Kamboja yang mencari partisipasi damai dalam proses politik," ujar Jurubicara Kedutaan Besar AS di Kamboja, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (8/11).
Selain AS, sebelumnya Amnesty International telah mengecam kerja sama Malaysia dan Thailand untuk menangkap aktivis oposisi Kamboja. Malaysia bahkan menahan wakil presiden partai oposisi, Mu Sochua di bandara bersama dengan dua oposisi lainnya.
Setidaknya, 48 aktivis oposisi Kamboja telah ditangkap sejak pemimpin oposisi Sam Rainsy mengumumkan rencana untuk kembali pada Sabtu (9/11), tepat ketika Hari Kemerdekaan Kamboja, untuk menggalang dukungan melawan Perdana Menteri Hun Sen.
Selain Sam Rainsy, sebelumnya, pemerintah Kamboja juga pernah melakukan hal yang sama terhadap pemimpin oposisi Partai Penyelamatan Nasional Kamboja, Kem Sokha.
Dia menjadi tahanan rumah setelah didakwa dengan tuduhan makar pada 2017, tuduhan yang juga sepertinya akan disematkan pada Sam Rainsy.
Populer
Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46
Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05
Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35
Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54
Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05
Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02
Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29
UPDATE
Senin, 20 Mei 2024 | 00:06
Minggu, 19 Mei 2024 | 23:47
Minggu, 19 Mei 2024 | 23:25
Minggu, 19 Mei 2024 | 23:07
Minggu, 19 Mei 2024 | 22:56
Minggu, 19 Mei 2024 | 22:42
Minggu, 19 Mei 2024 | 21:57
Minggu, 19 Mei 2024 | 21:39
Minggu, 19 Mei 2024 | 21:33
Minggu, 19 Mei 2024 | 21:17