Berita

Dahlan Iskan/Ist

Dahlan Iskan

Dari Parit Ke Xinjiang

RABU, 23 OKTOBER 2019 | 05:05 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

DARI keramaian London saya langsung ke kesunyian Gurun Gobi.
 
Di Xinjiang.
 
Wilayah paling barat Tiongkok. Yang luasnya hampir sepertiga negara.
 

 
Berjam-jam saya mengarungi Gurun Gobi. Berhari-hari. Dari gurun ke gurun dan ke gurun lagi.

Apalagi ternyata saya tidak perlu keliling parit di London. Perdana Menteri Boris Johnson kelihatannya pilih telan ludah: nego dengan Uni Eropa. Daripada mati di selokan --seperti janjinya: janji politisi.
 
Dari London saya terbang ke Beijing. Via Valen --ups, via Amsterdam.
 
Sebenarnya tidak harus lewat Beijing. Agar tidak balik ke arah barat lagi. Bisa lewat Kazakstan. Atau Iran. Atau Pakistan. Ada penerbangan dari negara-negara itu langsung ke Provinsi Xinjiang --ke Kota Urumqi, ibu kotanya.
 
Tapi dari segi fleksibilitas lebih terjamin terbang via Beijing.
 
Dan lagi saya ingin naik pesawat A380. Ternyata perusahaan penerbangan milik Provinsi Guangdong sudah punya A380. Jurusan Amsterdam-Beijing-Guangzhou.

Saya ingin membandingkan dengan A380 milik Dubai --Emirate Airlines. Yang sering saya tumpangi.
 
Ternyata beda jauh sekali. Emirate terasa lebih wah --mewahnya.
 
Bagaimana dengan A380-nya Singapore Airlines? Saya tidak tahu. Saya sudah lupa ada nama itu. Yang zaman dulu begitu saya puja.
 
Tapi di Beijing saya tidak bisa berkutik. Pesawat saya mendarat tepat sehari sebelum HUT Kemerdekaan ke-70 Tiongkok.
 
Hotel saya di kawasan Wang Fujing. Tidak jauh dari Tian An Men dan Forbiden City. Jalan-jalan di sekitar hotel ditutup.
 
Saya juga sudah telat --kalau ingin mengurus administrasi untuk hadir di acara besar itu.
 
Semua toko tutup. Mal tutup.
 
Ya sudah. Di kamar saja. Dua hari. Sudah sebulan tidak punya waktu membaca.
 
Di hari kedua saya bisa keluar kamar. Tapi juga tidak bisa ke mana-mana. Penuh manusia. Tian An Men ditutup. Forbiden City juga. Bukan tidak boleh masuk, tapi sudah tidak muat. Tidak lagi bisa masuk. Saking sudah penuhnya manusia. Mereka liburan ke ibu kota. Dari seluruh penjuru negeri 1,3 miliar manusia.
 
Saya ke mal saja. Di sebelah hotel. Untuk makan di lantai 5 atau 6. Yang restoran jenis apa saja ada di dua lantai itu.
 
Ada restoran Grandma Kitchen (外婆家). Yang luasnya cukup untuk menyimpan satu juta lipstiknya Saskia Gotik. Pun restoran itu penuh. Bukan hanya dalamnya. Juga tempat antrean di luarnya.
 
Pindah ke restoran Muslim Dong Laishun (东来顺). Sama saja --tidak muatnya.
 
Terlalu banyak manusia di Beijing --tapi saya belum pernah melihat sebanyak itu.
 
Dari keramaian London ketemu keramaian Beijing.
 
Hari ketiga saya merdeka --mendarat di Xinjiang.
 
Sejak dua jam sebelum mendarat pun --dari penerbangan 3,5 jam-- sudah sangat lengang: tidak terlihat apa-apa. Kecuali gunung batu dan Gurun Gobi.
 
Sejak melintas di atas dua provinsi sebelum Xinjiang pun --Ningxia dan Gansu-- tanahnya sudah gobi.

Kelak saya akan bercerita: apa beda gurun pasir dan Gurun Gobi.
 
Di Xinjiang saya keliling ke sudut-sudut provinsi itu. Sampai dekat perbatasan Mongolia. Perbatasan Rusia. Perbatasan Tajikistan. Perbatasan Kazakhstan. Dan perbatasan Afghanistan.

Provinsi otonomi Xinjiang --yang mayoritas Islam-- berbatasan dengan begitu banyak negara.
 
Dulu saya pernah ke Xinjiang. Tapi hanya di ibu kota provinsinya. Kini saya 10 hari di satu provinsi ini saja. Menjelajah 10 kotanya. Dan puluhan desanya.
 
Untung BoJo --Boris Johnson-- menjauh dari selokan. Saya bisa menjauh ke Xinjiang.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya