Berita

Wanita Iran saat menonton pertandingan sepak bola?Net

Dahlan Iskan

Blue Girl

SELASA, 15 OKTOBER 2019 | 05:23 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

KINI jadi kenyataan, wanita Iran benar-benar boleh nonton sepak bola hadir langsung di stadion.
 
Itu terjadi Selasa minggu lalu. Saat tim nasional Iran menjadi tuan rumah. Melawan tim yang sangat lemah Kamboja. Dalam babak penyisihan Piala Dunia 2022. Yang finalnya akan dilangsungkan untuk pertama kali saat musim dingin di Qatar.
 
Serunya bukan main. Mereka berjingkrak. Juga mengibar-kibarkan bendera nasional. Berteriak dan bersorak.
 

 
Sudah 40 tahun wanita di Iran dilarang nonton sepak bola. Sejak terjadi revolusi Islam Iran tahun 1979. Sejak Iran menjadi negara Islam. Menggantikan kekuasaan diktator Shah Reza Pahlevi.
 
Sepak bola agak dikhususkan di Iran. Para wanita di sana sebenarnya boleh nonton voli atau tenis. Atau olahraga apa pun. Asal bukan sepak bola. Masyarakat Iran agak sentitif dengan barang bundar yang disepak-sepak.
 
Itu bisa mengingatkan mereka akan sejarah paling pahit yang menimpa panutan mereka: Imam Hussein. Adik kandung Imam Hassan. Hassan dan Hussein adalah cucu Nabi Muhammad. Hassan dan Hussein adalah anak Ali, menantu Nabi.
 
Nabi begitu sayang pada Hussein, cucunya itu. Sampai-sampai pernah Nabi bersalat sambil menggendong Hussein.
 
Malaikat juga pernah menunda sebentar untuk menemui Nabi. Hanya untuk menunggu agar Nabi selesai dulu bermain dengan Hussein.
 
Begitu banyak orang Islam memberi nama anak mereka Hussein atau Hassan, bahkan yang bukan Syiah sekalipun.
 
Sampailah Hussein dewasa. Bapaknya dibunuh lawan politik dan kakaknya juga terbunuh.
 
Tapi yang paling mengharukan adalah terbunuhnya Hussein sendiri. Waktu itu Hussein dikucilkan lawan politik yang lagi berkuasa di Mekkah dan Madinah.
 
Tapi pengikut Hussein sangat besar. Di akar rumput. Hussein dianggap membahayakan kedudukan pemimpin Islam saat itu. Keturunan Ali, harus dipunahkan.
 
Hussein masih punya harapan untuk menjadi pemimpin. Tapi tidak di Makkah. Tidak di Madinah. Melainkan di Iraq.
 
Memang banyak sekali pengikut Hussein di Iraq dan Iran, yang waktu itu masih menjadi satu negara.
 
Hussein pun menerima selembar surat. Isinya: pindahlah ke Iraq. "Kami di sini sangat merindukan Hussein," begitu kira-kira bunyi surat itu.
 
Hussein menyanggupi. Dia pun meninggalkan Makkah. Dalam satu kafilah onta. Jalan darat, berminggu-minggu. Melewati padang pasir antara Makkah-Iraq.
 
Ibunda Hussein, putri Nabi, ikut dalam rombongan itu. Dalam perjalanan itulah Hussein terus diintai pasukan penguasa. Diikuti dari jauh, untuk dibunuh.
 
Hussein selalu selamat. Setiap terjadi usaha pembunuhan selalu bisa dihindari. Meski harus sampai lari terbirit. Sampai ketinggalan sandalnya. Akhirnya Hussein sampai tujuan.
 
Yakni sebuah wilayah yang tertera dalam surat undangan. Di situ, menurut surat yang dia terima dulu, Hussein akan disambut meriah. Dan dinobatkan sebagai pemimpin mereka.
 
Hussein tidak menyangka kalau surat undangan itu jebakan. Di situlah Hussein dibunuh. Kisah pembunuhan ini begitu khianatnya. Begitu dramatiknya.
 
Kepala Hussein dipenggal. Disepak ke sana, disepak ke sini. Sebelum akhirnya ditusuk tongkat untuk diacung-acungkan keliling wilayah. Dan akhirnya dibawa ke Damaskus, Suriah, ibu kota negara Islam saat itu.
 
Semua itu terjadi tanggal 10 Suro. Yang di Iran, Pakistan, Afghanistan diperingati dengan besar-besaran. Dengan cara pawai besar. Sambil memukul-mukul dada. Untuk bisa merasakan penderitaan Hussein saat itu.
 
Tiap tahun pula jutaan orang berjalan kaki. Sejauh 70 km dari Kota Kufah ke padang Karbala, tempat kepala Hussein disepak-sepak itu.
 
Saya pernah dari Kufah ke Karbala. Tapi naik mobil. Bukan di tanggal 10 Suro.
 
Sejak itulah pengikut Hussein, ummat Syiah sensitif pada barang bundar yang disepak-sepak. Mereka membayangkan itu sebagai kepala Imam Hussein.
 
Pernah sepak bola diharamkan di Iran. Dianggap tidak Islami. Tapi sebenarnya ya untuk melupakan sejarah nestapa itu. Belakangan tim sepak bola Iran majunya luar biasa. Masuk final Piala Dunia.
 
Kegembiraan rakyat Iran juga meluap-luap. Pemerintahnya lantas mengakomodasikan keinginan rakyatnya itu. Agar bisa menjadi tuan rumah babak penyisihan Piala Dunia.
 
Kebetulan penguasa Iran saat ini sangat moderat. Tidak suka kekerasan. Rakyat Iran ingin menyaksikan sendiri kehebatan tim nasional mereka. Di kandang mereka sendiri.
 
Organisasi sepakbola dunia pun setuju. Iran jadi tuan rumah. Tapi ada syaratnya: Iran harus mengizinkan wanita menontonnya.
 
Jadilah.
 
Wanita diberi jatah kursi 4.000. Di tribun yang terpisah dari laki-laki. Momentum pertama ya Selasa lalu itu. Saat lawan Kamboja itu.

Ke depan bisa jadi jatah itu bertambah. Toh di Stadion Azadi Teheran masih terlihat banyak kursi kosong.
 
Stadion Azadi memang sangat besar. Kapasitasnya 80.000 penonton. Terbesar Nomor 28 di dunia.

Dia masih kalah dari stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Sampai sekarang yang terbesar di dunia masih tetap stadion Pyongyang, Korea Utara: 120 ribu penonton.
 
Stadion Azadi sendiri dibangun oleh Shah Reza Pahlevi. Untuk Asian Games tahun 1974.
 
Juga diinginkan untuk Olimpiade setelah itu. Tapi politik mulai panas di Iran. Sejak tahun 1973. Akhirnya Olimpiade tahun itu --Anda tentu masih ingat-- dilangsungkan di Los Angeles, Amerika Serikat.
 
Pemerintah Iran memang mendapat tekanan lebih besar. Tidak hanya dari dalam negeri. Juga dari dunia sepak bola internasional. Terutama sejak tragedi awal bulan lalu.
 
Hari itu seorang gadis membakar diri di depan pengadilan. Dengan menyiramkan minyak ke tubuhnya. Dan menyalakan api. Kulitnya terbakar parah, mencapai 90 persen tubuhnya.
 
Seminggu kemudian gadis itu meninggal dunia.
 
Gempar!
 
Namanya: Sahar Khodayari.
 
Umur: 20 tahun (Lahir 2 September 2000).
 
Sejak saat itu dia mendapat julukan Blue Girl. Si Gadis Biru.
 
Julukan itu sesuai dengan baju yang selalu dikenakannya: kostum sepak bola berwarna biru. Itulah kostum klub sepak bola pujaannya.

Nama klub itu: Esteghlal.
 
Hari itu Esteghlal lagi melawan klub elite dari Abu Dhabi: Al Ain.
 
Si Blue Girl harus nonton. Apalagi saat away ke kandang Abu Dhabi, Esteghlal menang 1-2.
 
Hati Blue Girl sangat kemrungsung. Betapa seru kalau pertandingan itu di kandang sendiri. Dia harus nonton. Bagaimana pun caranya.
 
Tapi peraturan di Iran benar-benar tidak membolehkan wanita nonton sepak bola. Sahar tidak kekurangan akal.
 
Nekad.
 
Sahar mengenakan pakaian laki-laki. Menyamar. Ketika masuk stadion Sahar ketahuan. Penyamarannya kurang sempurna.
 
Ditangkap! lalu Ditahan.

Tiga hari kemudian Sahar dilepas. Menjadi tahanan luar. Menunggu sidang pengadilan.
 
Di hari pertama pengadilan itulah Sahar mendengarkan tuduhan jaksa: dianggap melanggar UU larangan menonton bola bagi wanita.
 
Masih ada tuduhan kedua: tidak mengenakan jilbab di depan umum. Dengan tuduhan seperti itu ancaman hukumannyi bisa 6 tahun.
 
Sahar tidak sabar menunggu jalannya persidangan. Dia menjatuhkan vonis untuk dirinya sendiri: membakar diri.
 
Kabar pun tersiar ke seluruh dunia. Protes bertubi-tubi. Sahar menjadi viral tidak habis-habisnya.
 
Kalau sekarang wanita Iran boleh menonton bola gadis bonek itulah tumbalnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya