Berita

Hendri Satrio (tengah) saat saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar FrontPage Communication/RMOL

Politik

Hensat: Jokowi Dialog 52 Kali Sebelum Relokasi PKL Solo, Kenapa Saat RUU KPK Tidak?

KAMIS, 26 SEPTEMBER 2019 | 14:51 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Cara dialog Presiden Joko Widodo pernah mengesankan publik. Khususnya, saat dia masih menjabat walikota Solo dan berhasil merelokasi para PKL yang berjubel jualan di kawasan Monumen Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo, Surakarta.

Analis politik Kedaikopi, Hendri Satrio bahkan mengaku sempat bangga dengan cara yang ditunjukkan Jokowi itu. Pasalnya, Jokowi mengutamakan dialog dalam relokasi tersebut dan berkali kali menemui para pedagang.

“Saya sangat bangga dengan 52 kali dialog dengan pedagang pasar untuk memindahkan pedagang dari tempat A ke tempat lain," kata Hendri saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar FrontPage Communication bertema “Meraba Wajah Kabinet Jokowi Jilid II” di Bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (26/9).


Namun demikian, kini kebanggaannya kepada Jokowi itu sirna. Pasalnya, mantan gubernur DKI Jakarta tersebut tidak lagi mengedepankan dialog dalam mengambil kebijakan saat menjadi presiden.

“Dalam revisi UU KPK, dia tidak satu kali pun berdialog, terus terang ini membuat saya resah," ungkapnya menambahkan.

Hendri mengaku tidak habis pikir mengapa cara dialog tiba-tiba ditinggalkan Jokowi. Dia duga, bisa jadi cara itu ditinggalkan karena Jokowi tidak akan ikut berkompetisi politik lagi setelah terpilih sebagai presiden periode kedua.

"Apakah ini yang diartikan dari pernyataan dia (Jokowi), "saya tidak ada lagi beban hidup”,” kata pria yang akrab disapa Hensat itu.

Apa akibatnya ketika Jokowi tidak lagi membuka pintu dialog. Kata Hendri, informasi pihak Istana menjadi tidak utuh dan semua keputusannya menjadi tidak jelas arahnya.

"Dengan tidak adanya dialog ini  kemudian Istana jadi serampangan, contoh kemarin Pak Moeldoko bilang KPK menghambat investasi," pungkasnya.

Diskusi ini turut dihadiri oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) Indonesia, Febri Rahmat; Direktur Program Cedes, Edy Mulyadi; aktivis anti korupsi,  Adhie Massardi; dan Litbang RMOL, Faisal Mahrawa sebagai narasumber. Sementara Wapimred Kantor Berita Politik RMOL, Ruslan Tambak bertindak sebagai moderator.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya