Berita

Pemimpin WP KPK Yudi Purnomo saat rilis ke awak media/RMOL

Politik

Seribu Pegawai KPK Teken Petisi Tolak Capim Pelanggar Kode Etik

SENIN, 02 SEPTEMBER 2019 | 14:37 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Sekitar 1000 orang dari sekitar 1500 Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menandatangani petisi 'Tolak Capim KPK Bermasalah'. Petisi itu dibuka sejak Kamis (29/8) lalu, untuk menyikapi maju mundurnya masa depan lembaga antirasuah.

Begitu diungkapkan Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo Harahap saat jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (2/9).

"Sampai hari ini sekitar 1000 pegawai menanda tangani petisi ini dari sekitar 1.500 pegawai KPK," kata Yudi.

Yudi mengatakan, 500 pegawai KPK lainnya belum menandatangani petisi lantaran beberapa masih bertugas di luar kota maupun luar negeri.  

"Pegawai yang belum tanda tangan bukan tidak ingin tanda tangan. Mereka masih bertugas di luar Jakarta maupun luar negeri. Antusiasme tersebut menunjukan bahwa kondisi darurat ini dirasakan oleh setiap insan KPK," ujar Yudi.

Yudi menegaskan, petisi menolak calon pimpinan yang memiliki rekam jejak bermasalah akan menghambat proses penegakan hukum di KPK.  WP KPK menegaskan, penolakan Capim yang melanggar etik ini muncul dari inisiasi kolektif Pegawai KPK.

"Pimpinan yang justru memiliki rekam jejak buruk akan membawa KPK bahkan pemberantasan korupsi yang telah dirintis oleh Pegawai dan rakyat Indonesia sejak lebih dari 17 tahun menuju kehancuran," ungkapnya.

Sekadar informasi, sekitar pukul 15.00 WIB nanti, Panitia Seleksi (Pansel) Capim KPK akan menyerahkan 10 nama hasil seleksi ke Presiden.

Lebih lanjut, WP KPK mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak menetapkan 10 nama Capim KPK yang diduga melakukan pelanggaran etik berat selama bekerja di KPK, dan memiliki rekam jejak menghambat penanganan kasus KPK melalui teror maupun hal lainnya.

WP KPK juga meminta Presiden Jokowi tidak meloloskan Capim KPK yang tak patuh melaporkan harta kekayaannya ke KPK.

"Demikian petisi Pegawai KPK ini kami sampaikan karena kami masih menyakini bahwa Presiden Joko Widodo tidak akan mungkin berdiam diri menyaksikan upaya pelemahan KPK," tutup Yudi.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya