Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Logaritma Dan Algoritma

SENIN, 02 SEPTEMBER 2019 | 07:38 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

Dasar memang dungu maka ketika masih terpaksa duduk di bangku sekolah saya tidak suka mata pelajaran logaritma. Bagi saya logaritma tidak jelas manfaatnya apalagi untuk susah-payah dipelajari.

Di dalam kehidupan sehari-hari, saya tidak merasakan manfaat logaritma yang menurut saya abstrak sambil membingungkan. Ternyata saya keliru sebab sebenarnya logaritma memiliki banyak manfaat.

Keliru Berlapis



Menjelang akhir abad XX, saya merasa kerap kali mendengar istilah logatima disebut-sebut terutama di kalangan mereka yang meminati ilmu komputer dan teknologi informasi. Ternyata saya kembali keliru. Istilah yang kerap saya dengar ternyata bukan logaritma tetapi algoritma. Kemudian kembali saya keliru dalam menduga bahwa logaritma sama saja dengan algoritma akibat kata awalnya beda namun akhiran ritmanya sama. Saya tidak perlu malu mengakui kekeliruan berlapis itu sebab banyak pihak mirip saya yaitu tidak sadar bahwa logaritma dan algoritma saling beda satu dengan lainnya.

Logaritma

Kata orang, logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari pemangkatan. Dari  sedikit yang saya ketahui tentang kebalikan pemangkatan dapat ditarik kesimpulan bahwa logaritma sering digunakan untuk memecahkan masalah persamaan yang pangkatnya tidak diketahui.

Maka jelas saya keliru dalam menduga logaritma tidak bermanfaat. Dalam persamaan bn=x,b dapat dicari dengan pengakaran "n" dengan logaritma, dan x dengan fungsi eksponensial. Negatif dari logaritma berbasis 10 digunakan dalam ilmu kimia untuk mengekspresikan konsentrasi ion hidronium (pH). Logaritma bermanfaat bagi telekomunikasi, elektronik, dan akustik.

Salah satu sebab adalah karena telinga manusia mempersepsikan suara yang terdengar secara logaritmik. Satuan Bel dinamakan untuk mengenang jasa Alexander Graham Bell, seorang penemu di bidang telekomunikasi.

Satuan desibel (dB) melekat pada ilmu akustik. Skala Richter mengukur intensitas gempa bumi dengan menggunakan skala logaritma berbasis 10. Dalam astronomi, magnitudo pengukur terangnya bintang menggunakan skala logaritmik, akibat konon mata manusia mempersepsikan apa yang disebut sebagai terang secara logaritmik. 

Mohon dimaafkan jika saya keliru sebab semua yang saya ketahui tentang logaritma diperoleh bukan dari hasil penelitian saya sendiri namun sekedar comat-comot dari berbagai sumber eksternal di sana-sini belaka.

Algoritma

Konon algoritma dalam matematika dan ilmu komputer adalah seperangkat instruksi hakiki sebagai  spesifikasi tidak ambigu untuk melakukan perhitungan, pemrosesan data, penalaran otomatis, dan tugas-tugas komputeral lainnya.

Suatu algoritma dapat diekspresikan dalam jumlah ruang dan waktu yang terbatas dan dalam bahasa formal yang didefinisikan seoptimal mungkin untuk menghitung suatu fungsi. Konsep algoritma sudah berusia ribuan tahun. Matematikawan Yunani Kuno tanpa sadar sudah menggunakan konsep algoritma dalam ayakan Eratosthenes untuk menemukan bilangan prima.

Konsep algoritma Euclidean menemukan pembagi umum terbesar dari dua bilangan. Istilah algoritma konon berakar pada latinasi nama  Muḥammad ibn MÅ«sā al-KhwārizmÄ« (780–850). Al-Khwarizmi adalah ilmuwan matematika, astronom, ahli geografi dan cendekiawan Baghdad. Nama Al-Khwarizmi berarti asli dari Khwarazm, sebuah wilayah yang merupakan bagian dari Persia Raya yang sekarang disebut sebagai Uzbekistan.

Formalisasi parsial dari apa yang akan menjadi konsep modern algoritma dimulai dengan upaya untuk mengakhiri masalah Entscheidungsproblem yang diajukan oleh David Hilbert pada tahun 1928. Kemudian formalisasi dibingkai sebagai upaya untuk mendefinisikan "kalkulasi efektif"  atau "metode efektif".
 
Formalisasi tersebut mencakup fungsi rekursif Goedel-Herbrand-Kleene tahun 1930, 1934 dan 1935, kalkulus lambda Gereja Alonzo tahun 1936, formulasi 1 Emil Post pada 1936, dan mesin Turing Alan Turing 1939. 

Pada masa kini kerap kali masyarakat awam (termasuk saya) menggunakan istilah "algoritma" seolah terkesan biasa, meski definisi algoritma yang akurat masih merupakan misteri terutama bagi saya sendiri.

Penulis adalah pembelajar peradaban dan kebudayaan.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya