Unjuk rasa di Hong Kong/net
Setelah hampir tiga bulan dilanda gelombang unjuk rasa anti-pemerintah China ditambah ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan China, kini Hong Kong harus bersiap menghadapi resesi ekonomi.
Diberitakan Reuters, Hong Kong tengah menghadapi resesi pertamanya dalam satu dekade, dengan semua pilar pertumbuhan ekonomi berada di bawah tekanan signifikan.
Bank untuk pertama kalinya mengeluarkan peringatan. Kesepakatan ekuitas terbesar tahun ini, di mana Alibaba Group berencana melakukan kesepakatan bisnis bernilai 15 miliar dolar AS di Hong Kong, telah ditunda. Beberapa acara global di salah satu pusat bisnis dunia itu juga ditunda.
Sementara itu, tingkat pemesanan hotel dan kunjungan ke restoran dipastikan lesu. Para ekonom mengatakan bahwa penjualan ritel bisa menurun 20 hingga 30 persen tahun ini.
"Hong Kong menghadapi krisis yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kota itu berdiri," kata analis ekuitas di lembaga keuangan multinasional Jefferies, Edison Lee.
Pada kuartal II (April hingga Juni) ekonomi Hong Kong sudah menyusut 0,4 persen dari kuartal sebelumnya. Setelah itu pada awal bulan Juni, unjuk rasa menyebar ke seluruh wilayah, menganggu lalu lintas, melumpuhkan kawasan perbelanjaan dan wisata, hingga menutup bandara.
Akibatnya, pada kuartal III dan IV akan mengalami kontraksi ekonomi yang menyebabkan resesi.