Berita

Ilustrasi BLBI/Net

Hukum

Pemberian SKL BLBI Pernah Dibahas Di Rumah Mega

SELASA, 11 JUNI 2019 | 11:21 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara resmi menetapkan pengusaha Sjamsul Nursalim dan istrinya, Itjih Nursalim sebagai tersangka kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menguraikan bahwa pihaknya telah melakukan proses penyelidikan dan berhasil menemukan bukti permulaan yang cukup.

“KPK membuka penyidikan baru, dugaan tindak pidana korupsi bersama-sama dengan Syafruddin Arsyad Tumenggung, selaku Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dalam proses pemenuhan kewajiban pemegang saham BDNI selaku Obligor BLBI kepada BPPN dengan tersangka, yaitu SJN (Sjamsul Nursalim) sebagai pemegang saham pengendali BDNI dan ITN (Itjih Nursalim) swasta," ujarnya saat konferensi pers di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin (10/6) kemarin.


Syamsul dan istri yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 4,58 triliun disangkakan melanggar pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Kwik Kian Gie pernah dihadirkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dia menjadi saksi fakta untuk terdakwa kasus Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI, Syafruddin Arsyad Temenggung pada 5 Juli 2018 lalu.

Dalam kesakian itu, Kwik menyebut bahwa ada beberapa kali rapat yang membahas surat keterangan lunas (SKL) Badan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Ada tiga kali rapat yang membahas mengenai pemberian SKL kepada debitur BLBI yang kooperatif. Kata dia, rapat pernah digelar di kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Kala itu, Mega menjabat sebagai presiden.

Pertemuan di rumah Mega, kata Kwik turut dihadiri oleh Menteri Perekonomian Dorodjatun Kuncorojakti, mantan Menteri Keuangan Boediono, mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi, dan Jaksa Agung MA Rahman.

Namun demikian, kesepakatan yang tertuang dalam pertemuan ini kemudian dibatalkan. Pembatalan dilakukan setelah Kwik melancarkan protes bahwa rapat di Teuku Umar tidak sah karena tidak ada undangan tertulis dan tidak dilaksanakan di Istana Negara.

“Sehingga bukan rapat kabinet yang sah,” ujar Kwik yang tertuang dalam BAP sebagaimana keterangannya dalam BAP yang dibacakan penuntut umum saat itu.

Kwik memang mengaku menjadi salah satu orang yang menentang penerbitan SKL tersebut. Pendapatnya itu juga yang kemudian diungkapkan dalam rapat di rumah Mega.

Pertemuan selanjutanya terjadi di Istana Negara dan keempat orang yang hadir di kediaman Mega sebelumnya juga hadir. Pembicaraan rapat masih seputar keputusan untuk memberikan SKL kepada para obligor BLBI yang kooperatif.

Pertemuan ketiga juga dilakukan di Istana dan dihadiri pejabat yang sama. Hanya saja, Yusril Ihza Mahendra sebagai Menteri Kehakiman kala itu ikut hadir. Rapat akhirnya memutuskan untuk menerbitkan SKL.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya