Berita

Foto: Disway

Dahlan Iskan

Jalan Pulang

SELASA, 28 MEI 2019 | 03:30 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

WAKTU berangkat dulu dia sudah lulus tes kesehatan. Dua kali musim dingin pun dia berhasil mengatasi. Kuliahnya pun kini hampir selesai. Tapi tiba-tiba Yako mengeluh badannya lemas.

Adhe, Azroy dan Darnah membawanya ke rumah sakit. Diantar pula oleh wali kelasnya:  yang di sana disebut ban zhu ren (班主任).

Adhe dan Darnah memang teman sekamar Yako. Satu kelas pula. Sama-sama mengambil jurusan bisnis internasional. Di 江苏农牧职业技术学院. Di  kota Nanjing.

Sejak SMA Yako ingin sekolah di luar negeri. Yang tidak memerlukan biaya. Ia berusaha belajar keras. Agar pandai. Agar bisa mendapat beasiswa.

Yako menemukan ITCC. Yayasan kerjasama Indonesia-Tiongkok. Sembilan universitas di sana memberikan bea siswa lewat ITCC Surabaya. Yang dipimpin Lily Yoshica, eh, dan saya itu.

Yako memilih yang bea siswanya komplit: gratis uang kuliah dan gratis tempat tinggal. Dia tinggal memikirkan makan. Pamannya yang di Nunukan bisa membantu. Kalau hanya untuk makan.

Yako ingin benar bisa  mengubah nasib keluarganya: ayahnya buruh kebun kelapa sawit. Menjadi TKI di Sabah. Anaknya enam orang. Yako yang tertua. Sang ayah, asli NTT. Sakit-sakitan pula. Ibunya di rumah saja. Mengurus lima adik Yako.

Yako maju pesat di perkuliahan. Dalam mata pelajaran bahasa Mandarin ia juara kelas. Memang di kelas itu semua mahasiswanya asal Indonesia.

Setelah setahun di Tiongkok teman-temannya kaget. Bukan soal prestasinya itu. Tapi tiba-tiba saja Yako berjilbab. Dua teman sekamarnya  memang berjilbab. Adhe dan Darnah itu. Lengkapnya: Adhe Syawildayatul. Nama Mandarinnya: Zhen Ai Ling (陈爱玲). Satunya lagi Darnah binti Lajume. Nama mandarinnya: Wang Yen (王艳).

Tidak ada yang mempengaruhi Yako. Baik Zhen Ai Ling maupun Wang Yen tidak pernah minta Yako ikut berjilbab. "Dia bilang hatinya sendiri yang bergerak," ujar Ai Ling menirukan ucapan Yako.

Nama lengkap Yako adalah  Yakomina. Nama mandarinnya Ke Mei Na (柯美娜).

Justru saat kuliah di Tiongkok Yako memutuskan mulai berjilbab.

Tapi agak mengherankan kalau Yako terkena TBC. Musim dingin di sana udaranya kering. Jangan-jangan Yako tidak memiliki cukup gizi. Untuk belajar kerasnya itu.

Apakah Yako kurang memperhatikan makanan?
“Sejak tahun lalu Yako memang tidak mendapat kiriman uang," ujar Azroy, teman Yako asal Sebatik. Satu pulau yang separo milik Indonesia, separonya lagi Malaysia. Azroy sendiri mendapat nama Mandarin Wang Lei Qi (王雷旗).

Setahun terakhir Yako sangat berhemat. Kadang teman-temannya sampai urunan. Kalau Yako sudah tidak punya uang untuk makan. Tapi teman-temannya itu juga bukan orang mampu. Hanya bisa memberi uang sekedarnya. Agar Yako bisa makan.

Enam bulan lalu Yako tidak kuat lagi. Minta dibantu bagaimana bisa pulang. Ia merasa sudah membebani teman-temannya. Asuransi dari kampusnya juga sudah habis. Terpakai untuk pengobatan.

Azroy pun harus menggalang dana. Mencarikan uang untuk membeli tiket. Sekaligus mengantarkan Yako pulang.

Pulang ke mana?

Orang tuanya kan kerja jadi buruh kebun di Sabah? Akhirnya Yako diantar ke Sabah. Di sana masuk rumah sakit. Lalu istirahat sebulan.

Setelah merasa sehat Yako kembali ke Nanjing. Dia begitu ingin meraih ijazah. Agar bisa bekerja di perusahaan asing di Indonesia. Toh kuliahnya tinggal empat bulan lagi.

Dua bulan kemudian Yako sakit lagi. Hanya sempat tambah  kuliah dua bulan. Terpaksa masuk rumah sakit lagi. Teman-temannya urunan lagi.

Pihak universitas akhirnya memutuskan. Yako boleh pulang. Tidak harus membuat skripsi. Dia bisa dinyatakan lulus. Dan berhak mendapat ijazah. Itu karena prestasi akademiknya yang menonjol.

Mestinya Yako gembira.

Tapi tidak.

Sampai tadi malam Yako masih terbaring di rumah sakit. Dengan tagihan yang belum tahu akan dibayar dengan apa. Ia juga belum bisa mikir dari mana bisa membeli tiket pulang.

Kondisi teman-teman Yako  juga tidak lebih baik. Orang tua Azroy misalnya. Juga buruh kebun sawit di Sabah. Yang sejak Azroy kuliah di Nanjing sang ayah menganggur. Harus kembali ke Sebatik. Menjaga adik-adik Azroy. Yang dulu menjadi tugas Azroy.
Ayah Zhen Ai Ling juga buruh di perkebunan. Yang upahnya UMK itu.

Di tengah serba sulit itu mereka akan lulus bulan depan. Lulus semua. Sudah pula ada titik terang. Banyak perusahaan di Indonesia yang ingin merekrut mereka.

Berarti Yako harus pulang dulu. Kalau bisa pulang. Kalau ada jalan.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya