Berita

Chusnul Mariyah (kanan)/Net

Politik

Chusnul: Titik Paling Rawan Kecurangan Hitung Suara Ada Di Kecamatan

SELASA, 14 MEI 2019 | 21:20 WIB | LAPORAN: TUAHTA ARIEF

Titik paling rawan terjadinya kecurangan dalam perhitungan suara Pemilu di tingkat kecamatan. Pasalnya transaksi transaksi yang tidak diinginkan itu biasanya terjadi di sana disitu.

“Di kecamatan-kecamatan adalah tempat paling rawan terjadinya kecurangan perhitungan suara. Transaksi transaksi yang tidak diinginkan itu biasanya terjadi di sana,” ungkap dosen FISIP Universitas Indonesia (UI) yang juga mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Prof Chusnul Mariyah.

Mengapa bisa terjadi di kecamatan, lanjut Chusnul, karena proses perhitungan suara di kecamatan berada jauh dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan juga jauh dari KPU provinsi, apalagi KPU pusat di Jakarta.


Mantan anggota KPU ini menjelaskan, data-data hasil pemungutan suara dari TPS-TPS itu dikirimkan ke kecamatan (PPK).

“Sejauhmana integritas orang-orang yang bertugas jadi data entry disana?” tanya Chusnul.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan di tingkat kecamatan, jelas dosen FISIP UI ini, pada Pemilu 2004, ketika itu KPU mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi.

"Semuanya adalah mahasiswa. Jumlahnya ada sekitra 54.900 aktivis mahasiswa. Mereka berasal dari HMI, IMM, PMII, mahasiswa Hindu/Budha, BEM , SMK dan guru-guru SMK di kabupatan dan kota,” ungkapnya.

Kenapa mahasiswa? Karena mahasiswa, lanjut Chusnul adalah kelompok yang paling sedikit korupsinya.
 
“Dulu saya sempat dikritik kenapa bukan petugas bank,” ujar mantan anggota KPU ini.
Chusnul menjelaskan, kalau petugas bank, mereka hanya kerja. Tapi kalau mahasiwa, ini bukan hanya semata soal kerja tapi juga menyangkut pendidikan politik, juga moral politik yang dikembangkan.

“Efeknya adalah peserta pemilu agak malu kalau ada mahasiwa di sana (PPK). Kenapa agak malu? Karena di kecamatan-kecamatan adalah tempat transaksi transaksi yang tidak diinginkan itu biasanya terjadi,” ungkap dosen FISIP UI ini dalam wawancara bersama Barvos Radio.

Jadi, terang Chusnul, pada tahun 2004 hasil dari setiap TPS sudah dikirimkan ke kecamatan. Namun sayangnya hal itu tidak terjadi pada pemilu pemilu setelah tahun 2004.

“Ini yang saya sayangkan. Bangsa kita tidak mau belajar dari sejarah bangsanya sendiri. Dan ini jadi tugas kita bersama, juga saya sebagai dosen mengingatkan kepada anak-anak mahasiswa saya untuk belajar dari sejarah bangsa kita kalau kita mau maju ke depan,” tegasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya