Berita

SBY dan Boediono/Net

Melawan Lupa, Pilpres Era SBY Dan Bau Skandal Century

SELASA, 07 MEI 2019 | 20:46 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

WAKTU kampanye Pemilu '55 Masyumi dan PKI yang berkampanye di Lapangan Banteng, Jakarta, saling mengejek.

Kata PKI kalau Masyumi menang Lapangan Banteng bakal diubah namanya jadi Lapangan Onta.

Ejekan dibalas Masyumi dengan mengatakan kalau PKI menang Lapangan Banteng bakal diubah jadi Lapangan Kremlin.

Pemilu '55 yang dikatakan paling demokratis tetap ada intimidasinya. Tapi yang pasti ia tidak pake dana talangan alias dana hasil nyolong dari Bank Century Rp 6, 7 triliun, yang berbuah gratifikasi jabatan Wakil Presiden untuk Profesor Boediono, untuk mendampingi SBY di periode kedua sebagai presiden, 2009-2014.

Meski tidak semasif hari ini Pilpres 2009 dengan kecurangannya yang TSM juga memakan korban.

Di antaranya dua Deputi Gubernur BI yaitu Budi Mulia yang masuk bui, dan Siti Fadjriah yang menderita sakit berkepanjangan akibat diduga mengalami tekanan, hingga akhirnya meninggal dunia.

Kedua pejabat ini dijadikan kambing hitam karena yang seharusnya jadi penanggungjawab utama adalah Boediono yang waktu itu Gubernur BI, termasuk Sri Mulyani sebagai Menkeu.

Di kalangan rakyat biasa juga jatuh korban nyawa. Sayuti Michael alias Amin, 47 tahun, yang tewas setelah jatuh dari lantai 7 Hotel Abadi, Jalan Gatot Subroto, Jambi.

Amin nasabah Bank Century yang menuntut uangnya Rp 125 juta dikembalikan.

Hampir setiap hari ia berdemo hingga akhirnya putus asa dan stres.

Amin diduga kuat bunuh diri karena memikirkan uang untuk biaya hidup anak istri yang tak kunjung didapatnya.

Penggunaan aparat sipil & aparat keamanan untuk memenangkan Pilpres di 2009 juga terjadi, meski tidak terang benderang seperti sekarang. SBY yang naik jadi presiden di Pilpres 2004 melalui tangga pencitraan benar-benar memanfaatkan media dengan guyuran uang besar-besaran. Dia di-packaging sedemikian rupa sebagai sosok santun yang dizalimi, antara lain gara-gara omongan Taufik Kiemas, "jenderal seperti anak kecil..."

Omongan ini antara lain menyinggung sentimen korps, esoknya media rame-rame menggoreng pernyataan para jenderal dan para purnawirawan yang esensinya sih sebenarnya berkeberatan matra mereka terserempet oleh omongan Taufik Kiemas.

Di tengah ketidak-konsistenan SBY dalam mendukung Prabowo-Sandi dan di tengah kekecewaan mendalam masyarakat yang suaranya dicurangi, serta di tengah bergeloranya keinginan rakyat untuk menuntut keadilan dan meluruskan jalannya demokrasi, masyarakat tentu masih ingat bahwa Pilpres 2009 di era SBY-Boediono sampai hari ini masih menyisakan persoalan hukum berupa Skandal Century yang tidak pernah benar-benar dituntaskan selain sekedar dijadikan bulan-bulanan politik, antara lain melalui Pansus DPR.

Para pelaku utama, otak atau arsitek, dan para penikmat uang colongan Skandal Century hari ini masih bergentayangan secara bebas, Sri Mulyani misalnya masih bercokol di kabinet Jokowi sebagai Menkeu sonder prestasi, Profesor Boediono seakan bersembunyi di tempat terang, sedang SBY yang kini bermarkas di sebuah rumah sakit di Singapur menjadi sosok yang tiada tersentuh, like invisible.

Dari markasnya itu kini SBY bikin aneka rupa manuver yang intinya untuk merusak Prabowo-Sandi. Mengingkari kenyataan rakyat yang esensinya menginginkan perubahan.

Catatan publik tentang sosok SBY kini bertambah: selain peragu, pro status quo, mementingkan anak-istri dan keluarga ketimbang kepentingan rakyat, SBY juga bukan tipe teman yang loyal dalam perjuangan membela demokrasi.

Pilpres 2009 era SBY bagaikan rangkaian momentum orang yang menciptakan sebuah lagu atau puisi, memang menginspirasi.

Hanya saja hasilnya adalah menginspirasi kecurangan di dalam Pilpres.

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

KSST Yakin KPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Korupsi Libatkan Jampidsus

Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47

UPDATE

HUT Ke-17 Partai Gerindra, Hergun: Momentum Refleksi dan Meneguhkan Semangat Berjuang Tiada Akhir

Senin, 03 Februari 2025 | 11:35

Rupiah hingga Mata Uang Asing Kompak ke Zona Merah, Trump Effect?

Senin, 03 Februari 2025 | 11:16

Kuba Kecam Langkah AS Perketat Blokade Ekonomi

Senin, 03 Februari 2025 | 11:07

Patwal Pejabat Bikin Gerah, Publik Desak Regulasi Diubah

Senin, 03 Februari 2025 | 10:58

Kebijakan Bahlil Larang Pengecer Jual Gas Melon Susahkan Konsumen dan Matikan UKM

Senin, 03 Februari 2025 | 10:44

Tentang Virus HMPV, Apa yang Disembunyikan Tiongkok dari WHO

Senin, 03 Februari 2025 | 10:42

Putus Rantai Penyebaran PMK, Seluruh Pasar Hewan di Rembang Ditutup Sementara

Senin, 03 Februari 2025 | 10:33

Harga Emas Antam Merosot, Satu Gram Jadi Segini

Senin, 03 Februari 2025 | 09:58

Santorini Yunani Diguncang 200 Gempa, Penduduk Diminta Jauhi Perairan

Senin, 03 Februari 2025 | 09:41

Kapolrestabes Semarang Bakal Proses Hukum Seorang Warga dan Dua Anggota Bila Terbukti Memeras

Senin, 03 Februari 2025 | 09:39

Selengkapnya