Berita

Publika

Memilih Setelah 61 Tahun Netral

KAMIS, 18 APRIL 2019 | 15:52 WIB

KEMARIN saya mengikuti pemilihan presiden yang pertama kali saya laksanakan sepanjang hidup. Ya, sampai usia 61 tahun baru bisa milih karena sejak muda, saya sudah jadi tentara dan tidak bisa memilih karena waktu itu ada perwakilan tentara di DPR maupun DPRD.

Jadi saya tidak bisa memilih karena memang aturan mengatakan saya tidak boleh memilih, tentara harus netral.

Sebagai tentara, saya pernah menjadi bawahan dan juga pernah menjadi atasan. Jadi tentara itu enak, hidupnya teratur karena harus mengikuti perintah atasan. Kami harus patuh dan taat kepada atasan dengan tidak pernah membantah perintah atau putusan.


Jadi apapun keputusan atau perintah atasan harus dilaksanakan. Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan itu? Sepertinya tidak ada karena sebagai atasan, saya ingin agar bawahan patuh kepada saya, sehingga saya pun harus patuh kepada atasan saya.

Nah atasan itu beda-beda karakternya. Mungkin karena sukunya beda jadi karakterpun beda. Ada yang temperamental, ada yang lembut, macam-macam lah. Tapi itu tidak sulit karena bagi saya, atasan itu seperti penabuh gendang. Saya adalah penarinya.

Kalau atasan saya misalnya menabuh gendang Bali, ya saya harus menari Kecak. Kalau atasan saya menabuh gendang Batak, ya saya tari tortor. Kalau atasan saya orang Jawa, ya saya harus belajar nari Serimpi. Kalau atasan saya nabuh gendang Batak, saya terus nari Jawa ya enggak pas.

Jadi sebagai bawahan harus menyesuaikan atasan dan itu tidak sulit dilakukan. Karena dalam hidup ketentaraan itu semua sudah diatur, penuh disiplin. Mulai dari bangun tidur saja sudah diatur. Begitu bangun tidur, yang pertama dilakukan adalah membersihkan tempat tidur. Sprei harus dikencangkan, sarung bantal harus dikencangkan dipasang pada tempatnya, melipat kelambu, bahkan menata pakaian di lemari pun diatur panjang lebarnya harus sama. Jadi sejak awal memang dilatih hidup teratur dan disiplin.

Nah pada pemilu yang lalu ketika keluarga saya ikut memilih, misalnya di pemilihan legislatif DPD DPR, saya membebaskan mereka untuk memilih siapapun sesuai keinginan mereka, sesuai yang mereka yakini baik. Karena memengaruhi mereka juga enggak berguna buat saya. Toh saya sebagai tentara netral.

Siapapun yang berkuasa, enggak ada masalah buat saya. Siapapun pemerintahan yang berkuasa itulah yang kami dukung, enggak perduli siapapun dia. Sehingga saya tidak pernah memaksakan kehendak harus milih si A, si B, atau si C. Silakan yang kamu percaya baik untuk memimpin ya pilihlah dia.

Dulu waktu masih aktif kalau lihat orang lain milih, keluarga milih ya biasa saja. Tidak ada rasa cemburu. Toh aturan sudah mengatakan tentara itu diwakili di DPR dan kami tidak boleh memilih. Memang aturannya tidak boleh memilih, ya sudah enggak papa.

Tapi saya bisa merasakan, memilih tentunya berat karena dari sekian banyak calon harus memilih yang terbaik yang mana. Karena belum tentu juga setiap orang mengenal calon-calon itu. Ya mungkin ada yang gambling, tanya teman-teman.

Sekarang saya sudah bisa memilih. Yang saya rasakan tadi, ya senang sih. Senangnya itu saya harus berpikir untuk memilih siapa. Karena yang saya pilih nanti akan menjadi pemimpin saya, pemimpin negara itu tentu menentukan saya dan bangsa ini.

Kepada teman-teman yang masih aktif, saya berpesan tetaplah setia kepada negara. Politik tentara adalah politik negara, tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi teman-teman yang masih aktif, selalu bertindaklah sopan, menjunjung tinggi kehormatan, dan adil kepada siapapun.

Laksamana Pertama TNI (Purn.) B.M.Y. Darbagus J.P., S.E., M.M. CFrA.
Mantan Kepala Dinas Administrasi Personel TNI AL

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya