Berita

Pemilu 2019/Net

Publika

People Power Dan Kedaulatan Riil Rakyat Yang Paling Konstitusional

JUMAT, 12 APRIL 2019 | 18:00 WIB

NEGARA Indonesia lahir dan berdiri atas kesepakatan musyawarah oleh rakyat. Inilah konsensus politik rakyat, dimana negara dimiliki secara sah oleh rakyatnya. Maka lahirlah konstitusi yang didahului pembukaan UUD 45 dan didasari prinsip kemanusiaan di dalamnya.

Saat ini kondisi Negara Indonesia tidak lagi berdiri dan berjalan atas kehendak rakyatnya. Melainkan dari segelintir dan sekelompok orang pemodal yang modalnya didapat dari menghisap, menipu dan menindas rakyatnya.

Sehingga pada akhirnya negara beserta institusi cabang-cabangnya hanya menjadi selimut, jaket atau mesin kekuatan kelompok tersebut. Yaitu kelompok yang mendapatkan modal dari BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), dimana saat ini dunia internasional telah terorganisir untuk menyiapkan sebuah Komunike untuk menyatakan bahwa korupsi BLBI bukan hanya berbentuk kejahatan ekonomi biasa.

Akan dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan dan agresi. Mereka adalah konglomerat taipan, dimana sentral kekuasaannya berada didalam sistem keuangan. Dari sinilah kejahatan kemanusiaan dan agresi dipraktekkan dengan menggunakan instrumen kekuasaan bersenjata untuk kepentingan kolonisasinya. Bahkan mereka tidak saja mengkolonisasi kedaulatan rakyat nasional Indonesia, melainkan juga memperalat dunia internasional dengan menggunakan Tiongkok atau Cina sebagai Negara yang dihasutnya demi kepentingan penjajahan Konglomerat taipan ini untuk menjajah Indonesia.

Tentu ini adalah kematian sebuah negara yang sebenarnya, jika dibiarkan dan dipaksakan tanpa adanya perubahan besar.

Pilpres 2019 kali ini merupakan puncak dari demarkasi ekstrim antara kubu konglomerat taipan dan kubu yang didukung rakyat banyak.

Dan kelompok konglomerat taipan tersebut terindikasi melakukan praktik-praktik kriminal dengan mengendalikan oknum badan-badan penyelenggara Pilpres 2019 bersama institusi-institusi pendukungnya, termasuk aparat keamanan.

Dan untuk melindungi kekuasaan mereka, maka dikampanyekan melalui aksi post truth dengan jargon, "sedang terjadi delegitimasi KPU". Dan aksi kampanye ini dilakukan menggunakan instrumen organisasi pemenangan Jokowi-Maruf dan oknum dari instrumen kekuasaan dan penyelenggara pemilu.

Padahal hak rakyat sebagai pemilik negara sekaligus pemilik hak tertinggi dalam proses pemilihan calon pemimpin nasional untuk mengkritisi sebagai upaya berjalannya proses pertandingan politik secara adil. Dengan target utama adalah mendorong badan-badan penyelenggara pemilu dan instrumen negara agar bertindak independen, netral dan berpihak pada rakyat.

Aksi kritis atau curiga dari rakyat yang berada pada garis politik oposisi masih merupakan bentuk yang wajar. Tentu semua pihak ingin Pemilu, khususnya Pilpres bisa berjalan adil dan jujur.

Namun, tentu jika pemilu dipecundangi dan dijalankan dengan cara memperalat negara demi kepentingan konglomerat taipan tentu ini adalah bentuk mendelegitimasi kedaulatan rakyat secara brutal.

Oleh karena itu, jika upaya delegitimasi kedaulatan rakyat dilakukan melalui badan-badan kampanye dan instrumen negara termasuk Mahkamah Konstitusi, maka people power adalah jalan paling konstitusional untuk mengembalikan kedaulatan rakyat yang paling riil.

People power sesuai dengan kehendak rakyat dalam konstitusi UUD 45, pasal 1 ayat 2 dan pasal 28 yang didasari oleh Pembukaan UUD 45 sebagai sumber hukum negara Indonesia.

Selain itu, people power di Indonesia juga didukung oleh hukum internasional termasuk oleh kekuatan militer internasional dalam rangka menjaga kedaulatan rakyat dan sebuah bangsa yang merupakan bagian dari dunia. Hal ini yang harus dipegang rakyat dan terpimpin dalam gerbong-gerbong perjuangan rakyat.

Hanya satu hal yang tidak bisa dilakukan untuk melakukan perubahan di Indonesia karena tidak akan mendapat dukungan internasional. Yaitu kudeta militer.

Yudi Syamhudi Suyuti
Penulis adalah Koordinator Eksekutif Jaringan Aktivis Kemanusiaan Internasional (JAKI).

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya