Berita

Budi Gunawan dan Megawati Soekarnoputri/Dok

Politik

Demi Netralitas Jelang Pemilu 2019, Jokowi Perlu Ganti Kepala BIN Budi Gunawan

JUMAT, 01 FEBRUARI 2019 | 08:38 WIB | OLEH: MEGA SIMARMATA

Perhelatan pesta demokrasi lima tahunan kurang dari tiga bulan.

Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) secara serentak digelar pada 17 April 2019.

Seyogyanya, Pemilu harus berlangsung jujur, adil dan demokratis.

Tapi ada satu hal yang dapat mengancam keberlangsungan Pemilu 2019 di Indonesia yaitu posisi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang sudah memasuki tahun ketiga dipimpin Budi Gunawan dari PDI Perjuangan.

Secara struktural organisasi, BG (panggilan Budi Gunawan) memang tak ada namanya sebagai pengurus.

Tapi sepanjang tiga tahun menjabat sebagai kepala BIN, ia tampak begitu loyal dan ngintil ke manapun Megawati Soekarnoputri pergi.

Kunjungan Megawati ke luar negeri, kegiatan Megawati pribadi dan PDIP tingkat nasional, selalu ada BG.

Ibarat pepatah, ada gula ada semut. Begitu juga Budi Gunawan sebagai kepala BIN dan Megawati sebagai ketua umum PDIP.

Di mana ada Mega, disitu ada BG.

Kalau BG tidak menduduki posisi yang luar biasa strategis, tidak masalah jika ia mengintili kegiatan Megawati dan PDIP.

Tapi posisi BG adalah kepala BIN.

Seorang kepala BIN seharusnya menjaga jarak semua kekuatan politik di negara ini demi menjaga netralitas.

Itu kesalahan Budi Gunawan selama tiga tahun ini sebagai kepala BIN.

Ia menjadikan BIN seolah menjadi mesin dan anak organisasi PDIP.

Lalu, dalam beberapa kejadian di Indonesia, BIN gagal melakukan deteksi dan cegah dini.

Yang paling fatal adalah penembakan di Nduga, Papua, pada tahun 2018 lalu, di mana puluhan warga sipil tewas ditembaki anggota OPM.

Intelijen kita tumpul setumpul-tumpulnya di bawah kepemimpinan Budi Gunawan.

BG terkesan hanya sibuk mendampingi Megawati.

Tindakan BG ini tak pantas diteladani dan tak boleh dibiarkan.

Sebab user atau pengguna dari BIN adalah presiden selaku kepala negara.

User dari BIN bukan Megawati, walau ia seorang mantan presiden.

Presiden Jokowi harus bertindak tegas.

Berikan kesempatan semua parpol peserta Pemilu 2019 untuk mengikuti pesta demokrasi tanpa rasa waswas yaitu dengan memberikan jabatan kepala BIN kepada seseorang yang tidak merangkap jadi 'ajudan' ketua partai politik, yang kerjanya lebih banyak melancong.

Presiden Jokowi pasti mampu mencari figur yang tepat sebagai kepala BIN.

Berbeda dengan pengangkatan calon Panglima TNI dan calon Kapolri yang baru, di mana berdasarkan berdasarkan UU, wajib mendapat persetujuan DPR.

Untuk calon kepala BIN, sebagaimana diatur dalam UU 17/2011 tentang Intelijen, presiden (cukup) mendapat pertimbangan seperti yang tercantum dalam:

Pasal 36:

(1) Kepala Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(2) Untuk mengangkat Kepala Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden mengusulkan satu orang calon untuk mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(3) Pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap calon Kepala Badan Intelijen Negara yang dipilih oleh Presiden disampaikan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja, tidak termasuk masa reses, terhitung sejak permohonan pertimbangan calon Kepala Badan Intelijen Negara diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Indonesia harus dapat melaksanakan pesta demokrasi secara baik, benar, jujur, adil dan demokratis.

Budi Gunawan memang sudah saatnya diganti. Sebab ia sudah kelamaan menjadi kepala BIN yaitu hampir tiga tahun.

Netralitas BIN di tahun politik 2019 patut dipertanyakan jika BG masih menjabat.[***]

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kepala Daerah Tidak Ikut Retret: Petugas Partai atau Petugas Rakyat, Jangan Ada Negara Dalam Negara

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:27

Ketua DPRA Tuding SK Plt Sekda Permainan Wagub dan Bendahara Gerindra Aceh

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:01

Tumbang di Kandang, Arsenal Gagal Dekati Liverpool

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:43

KPK Harus Proses Kasus Dugaan Korupsi Jokowi dan Keluarga, Jangan Dipetieskan

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:23

Iwakum: Pelaku Doxing terhadap Wartawan Bisa Dijerat Pidana

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:59

Langkah Bupati Brebes Ikut Retret ke Magelang Tuai Apresiasi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:54

Tak Hanya Langka, Isi Gas LPG 3 Kg di Pagar Alam Diduga Dikurangi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:42

Dari #KaburAjaDulu hingga #IndonesiaGelap: Belajar dari Bangladesh

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:21

Wartawan Jaksel Pererat Solidaritas Lewat Olahraga

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:58

PLN dan Wuling Siapkan Layanan Home Charging Praktis dan Cepat, Hanya 7 Hari

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:34

Selengkapnya