"Kita membuatnya. Kita membutuhkannya. Kita tenggelam di dalamnya".
Itu adalah spanduk tentang sampah plastik. Plastik yang kadang, atau sering kita buang sesuka hati. Merusak lingkungan karena perlu 100 tahun sebelum terurai secara alami.
Selain itu, membuat mampet got, kali, jika dibuang sembaÂrangan. Bikin banjir. Bahkan, bisa tertelan ikan yang menjadi konsumsi kita sehari-hari. Buruk untuk kesehatan kita. Intinya, sampah plastik membuat senÂgsara kita sendiri. Membuat sengsara anak cucu.
Begitulah kira-kira pesan yang disisipkan dalam acara car free day (CFD) atau hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Minggu (20/1). Dari pukul enam pagi sampai pukul 11 Siang. Dari Komplek Kostrad dan Komplek Kodam hingga putaran (Uturn) dekat Gandaria City. Atau, sebaliknya.
Seperti diketahui, di Jakarta HBKB diperluas, bukan hanya di Jalan Sudirman-Thamrin. Tapi, HBKB juga digelar di wilayah lain. Di tingkat kecamaÂtan. Minggu itu, di Jaksel, giliran Kecamatan Kebayoran Lama yang kebagian jatah CFD. Ini baru pertama kali CFD digelar di Kebayoran Lama. Warga sekiÂtar pun girang karena tidak perlu jauh-jauh ke Sudirman-Thamrin untuk berlari atau bersepeda pada Minggu pagi.
"Mau nikmati hari libur, ajak anak-anak saya jalan pagi. Habis olahraga, mau jajan kerak teÂlor," kata Mijil Rahayu, warÂga Kebayoran Lama, sembari menunjuk ke salah satu pedaÂgang di pinggir jalan.
Tapi sayang, suasana yang asyik itu dikotori segelintir orang yang membuang sampah plastik semÂbarangan. Seperti, botol minuman. "Apa susahnya sih, buang sampah di tempatnya. Kantong-kantong sampahnya kan sudah banyak diÂpasangi petugas itu," kata Mijil.
Tak pelak, hal ini membuat petugas Pemelihara Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mondar-mandir, memunguti sampah. Kendati begitu, banyak juga penikmat CFD ini yang sadar kebersihan.
Mereka memasukkan sampah ke dalam kantong-kantong yang telah disediakan. Seperti, Mijil yang mengajari dua anaknya itu membuang botol plastik air minÂeral ke dalam kantong sampah seusai menikmati kerak telor.
Di titik lain, ada sebuah pangÂgung. Di bawah panggung itu, digelar atraksi barongsai. Warga berkerumun menontonnya. Di sela-sela aksi barongsai itu, sejumlah pejabat kecamatan bergiliran bicara di atas pangÂgung. Intinya, menyarankan para penonton barongsai itu menguÂrangi penggunaan plastik. Dan, memanfaatkannya kembali.
Pemanfaatannya macam-macam. Antara lain, bisa digunaÂkan kembali. Bisa pula dibuat barang-barang yang berguna seperti tas. Bisa juga dijadikan tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual. Jadi duit. Setelah itu akan didaur ulang oleh pabrik.
Di sisi lain, polisi, petugas Dishub DKI, tentara dan Satpol PP berjaga-jaga agar kendaraan bermotor tidak memasuki kaÂwasan CFD ini. Kendaraan dari arah Pondok Indah, dibelokkan ke Jalan Cendrawasih. Untuk selanjutnya, ke Jalan Ciputat Raya yang mengarah kembali ke Gandaria City.
Sedangkan kendaraan dari arah Gandaria City, dibelokkan ke arah Radio Dalam. Untuk selanÂjutnya, kembali menuju Pondok Indah. Gang-gang yang mengaÂrah ke kawasan HBKB ini pun dijaga, agar tidak ada kendaraan yang masuk ke wilayah CFD.
"Dengar-dengar, CFD Kebayoran Lama sebulan sekali. Mudah-mudahan ditambah. Sebulan dua kali misalnya. Kalau bisa, jaraknya juga diperpanjang," harap Mijil, warga Kebayoran Lama.
Warga Diharapkan Berolahraga Tanpa Polusi
Sejak awal Januari 2019, Kotamadya Jakarta Selatan rutin menggelar Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD). Kebijakan itu berdasarkan inÂstruksi Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali kepada setiap camat.
Dia bilang, pekan pertama Januari sudah mulai, dilaksanaÂkan di tingkat kecamatan. Ini untuk meningkatkan kualitas udara di Jakarta. "Serta menÂdorong masyarakat untuk hidup sehat," kata Marullah.
Marullah menyebut, masyarakat membutuhkan ruang, dan momentum untuk bisa menikmaÂti udara segar. Sebab, pada hari kerja, jalanan Jakarta dipenuhi polusi kendaraan bermotor. Dan yang pasti, kemacetan.
Di momen CFD, kata dia, warga bisa berolahraga tanpa polusi udara. Dia juga melihat antusiasme warga sangat tinggi. "Mereka bahagia bisa berolahÂraga bersama keluarga dengan penuh suka cita," ucapnya.
Marullah pun berharap, CFD juga dapat diukur sebagai salah satu komponen penopang keÂbahagiaan. Sebab, dia menilai, ribuan bahkan puluhan ribu warÂga terlibat dalam kegiatan ini. Dari sisi pemerintah, kegiatan CFD jadi komponen penting.
"Di CFD kita bisa menikmati udara segar. Saya kira masyarakat sangat senang dan menikmati," ujarnya.
Survei BPS bertajuk "Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017", menyebutkan ada tiga metode pengukuran yang diÂgunakan. Antara lain, dimensi kepuasan hidup, dimensi perasÂaan dan dimensi makna hidup. Ketiga dimensi tersebut pun dipecah menjadi 19 indikator penilaian.
Marullah memastikan, pihaknya akan mendukung sepenuhÂnya upaya mengurangi tingkat polusi udara. Marullah mengaÂtakan, kegiatan CFD serempak dilakukan pada pekan pertama setiap bulannya.
Katanya lagi, Dinas Lingkungan Hidup DKI setiap pekan pertama melakukan pengukuran. "Mudah-mudahan kualitas udara di Jakarta membaik," harapnya.
Dalam catatan alat pemanÂtau kualitas udara Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, pada Januari-Oktober 2018, Jakarta Pusat, udara tidak sehat 206 hari. Untuk parameter PM2,5.
Di Jakarta Selatan, kualitas udara buruk 222 hari. Alat peÂmantau juga mencatat partikel PM2,5 lebih 38 μg/m³. Bahkan mencapai 100 μg/m³ pada hari-hari tertentu. Batas aman PM2,5 dihirup manusia sesuai standar WHO, yaitu 25 μg/m.³
Latar Belakang
Buang Sembarangan Bisa Kena OTT Lho...
Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan saat gelaran car free day (CFD). Perlu ada sanksi tegas agar para pelanggar jera.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menerapkan sanksi denda kepada pelanggar, yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) saat CFD. Kepala Dinas LH DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, penindakan terhÂadap pelanggar telah dilakukan selama lebih dari dua tahun.
Dia bilang, pelanggar harusÂnya diikenakan denda Rp 100 ribu. Tapi, kadang-kadang, ada yang tidak membawa uang daÂlam jumlah itu, karena sedang berolahraga. Ada pula pelangÂgarnya anak kecil. "Jadi, kita biarkan semampunya, atau kita minta bantu pungutin sampah. Fleksibellah," kata Isnawa.
Pelanggar yang terkena OTT, kerap membuang sampah berupa kemasan plastik bekas makanan, botol plastik minuman, lidi-lidi bekas makanan sate, dan lainÂnya. Isnawa juga menyayangkan sampah brosur atau produk promosi yang bertebaran di sepanÂjang jalan CFD. "Jangan sampai merusak esensi car free day. Malah nyampah. Nggak habis-habis sampah," katanya.
Di sepanjang jalan CFD Jakarta, berdiri pos-pos tenda dari berbagai wilayah. Seperti, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Pos setiap wilayah juga menyediakan sejumlah tong sampah per jarak 200 meter.
Isnawa juga meminta keaktifan pihak Suku Dinas Lingkungan Hidup setiap wilayah yang juga menjalankan program CFD, untuk melakukan operasi tangkap tangan. Seperti Jakarta Selatan di Mampang dan Jakarta Barat di Kota Tua.
Pasalnya, salah satu penilaian keaktifan Dinas Lingkungan Hidup adalah OTT. "Jangan berÂhenti terus lakukan," katanya.
Kebijakan OTT dan denda dinilai efektif. Kepala Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum Dinas LH DKI Jakarta, Mudarisin mengatakan, hal itu bisa terlihat dari berkurangnya pelaku pembuang sampah semÂbarangan. Salah satunya di CFD Sudirman-Thamrin. ***