Berita

Doni Monardo/Net

Politik

Kepala BNPB Janji Benahi Early Warning System Untuk Bencana Alam Tsunami

KAMIS, 17 JANUARI 2019 | 09:20 WIB | OLEH: MEGA SIMARMATA

BENCANA alam tsunami yang menerjang wilayah Banten dan Lampung pada tanggal 22 Desember 2018 lalu, menyisakan duka mendalam untuk para korban dan keluarganya.

Tak sedikit yang sampai saat inipun masih harus hidup di barak-barak pengungsian, baik di wilayah Banten, maupun di wilayah Kalianda Lampung Selatan.

Salah seorang korban selamat dari terjangan tsunami di Tanjung Lesung Banten adalah Ifan dari Grup Musik Seventeen.

Ifan harus kehilangan istri tercintanya, Dylan Sahara, dan rekan-rekannya dari Grup Musik Seventeen yang meninggal dunia akibat terjangan tsunami.

Untuk yang pertama kalinya, Ifan bersedia bicara tentang kisah pilu saat ia terseret tsunami.

Gilang Dirga tampil sebagai pewawancara bagi Ifan.

Rekaman wawancara mereka berdurasi 50 menit dan bisa kita saksikan di Youtube.

Setelah penulis menyaksikan wawancara itu, penulis segera mengirimkan link wawancara itu kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo.

Melalui Whatsapp, saya meminta Doni untuk ikut menonton wawancara Ifan Seventeen dengan Gilang Dirga.

Menurut hemat saya, ada baiknya BNPB mendapat masukan dan referensi tambahan tentang bagaimana saat tsunami menerjang daratan.

Saya memberi masukan kepada Kepala BNPB Doni Monardo bahwa sudah saatnya Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System terhadap datangnya tsunami, dibenahi secepatnya.

Kita sebagai sebuah bangsa, seakan tidak belajar dari pengalaman buruk dimasa lampau.

Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam tahun 2004, menelan korban jiwa ratusan ribu orang.

Beberapa menit sebelum tsunami datang di pagi hari, air di bibir pantai di seluruh penjuru Aceh surut sehingga menyebabkan ikan-ikan berlompatan dalam jumlah besar.

Kaum ibu dan anak-anak di Aceh berlarian semua untuk menangkapi ikan-ikan itu. Tapi ternyata dalam hitungan detik datanglah tsunami yang ketinggian ombaknya belasan meter.

Atau dalam istilah warga Aceh waktu itu, ketinggian ombak tsunami adalah setinggi pohon kelapa.

Kalau di Aceh, tsunami datang di pagi hari.

Kemudian di Sulawesi (Donggala dan Palu), tsunami datang di sore hari.

Tidak demikian halnya di Banten dan Lampung pada tanggal 22 Desember lalu.

Tsunami datang justu di malam hari, sekitar jam 21.00 WIB.

Grup Musik Seventeen yang menjadi pengisi acara Family Gathering PLN di Tanjung Lesung, saat itu sedang mendapat giliran manggung.

Ifan Seventeen menceritakan, mereka sedang diatas panggung tapi tiba-tiba panggung berjalan.

Dan dalam hitungan detik, mereka sudah berada dibasah pusaran air dan ditarik sangat jauh ke tengah pantai.

Dari wawancara Ifan Seventeen dengan Gilang Dirga, diperoleh informasi bahwa hanya 2 kali tsunami menerjang wilayab Banten.

Tapi ombak dengan kekuatannya maha dashyat ketinggiannya adalah 7 meter dan 15 meter.

Dua kali diterjang, semua jadi rata ditelan air bah.

Tak ada peringatan kepada rakyat Indonesia, khususnya kepada warga di Lampung dan Banten, bahwa tsunami akan menerjang wilayah itu pada malam hari tanggal 22 Desember.

Kalau peringatan itu ada, Grup Musik Seventeen, PLN, dan semua wisatawan, tak akan datang ke Tanjung Lesung, Pantai Carita dan sekitarnya.

Kemudian masyarakat setempat disemua penjuru Banten dan Lampung Selatan yang berada di pinggir pantai atau laut, akan bisa dievakuasi sebelum tsunami datang.

Presiden Joko Widodo yang saat ini mendapat amanah dari rakyat Indonesia untuk menjalankan roda pemerintahan, tidak meneruskan program baik dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang pasca bencana alam tsunami di Aceh, segera memasang alat Early Warning System untuk pemberitahuan awal jika tsunami akam datang.

Ada kelengahan dan pembiaran terhadap monitoring bencana alam yang harusnya bisa dideteksi lebih awal rencana kedatangannya melalui teknologi dan peralatan Early Warning System.

Kemarin, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo berjanji akan melakukan pembenahan terhadap alat Early Warning System agar ke depan tsunami bisa dideteksi rencana kedatangannya.

Memang harus dibenahi agar tidak lebih banyak nyawa rakyat yang melayang sia-sia akibat "monster" bernama Tsunami. [***]

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kepala Daerah Tidak Ikut Retret: Petugas Partai atau Petugas Rakyat, Jangan Ada Negara Dalam Negara

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:27

Ketua DPRA Tuding SK Plt Sekda Permainan Wagub dan Bendahara Gerindra Aceh

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:01

Tumbang di Kandang, Arsenal Gagal Dekati Liverpool

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:43

KPK Harus Proses Kasus Dugaan Korupsi Jokowi dan Keluarga, Jangan Dipetieskan

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:23

Iwakum: Pelaku Doxing terhadap Wartawan Bisa Dijerat Pidana

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:59

Langkah Bupati Brebes Ikut Retret ke Magelang Tuai Apresiasi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:54

Tak Hanya Langka, Isi Gas LPG 3 Kg di Pagar Alam Diduga Dikurangi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:42

Dari #KaburAjaDulu hingga #IndonesiaGelap: Belajar dari Bangladesh

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:21

Wartawan Jaksel Pererat Solidaritas Lewat Olahraga

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:58

PLN dan Wuling Siapkan Layanan Home Charging Praktis dan Cepat, Hanya 7 Hari

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:34

Selengkapnya