Berita

Joko Widodo-Prabowo Subianto/Net

Publika

Dua Titik Ceruk Kelemahan Elektabilitas Jokowi

SENIN, 31 DESEMBER 2018 | 17:42 WIB

SAAT ini Jokowi masih belum dikatakan aman untuk memenangkan Pilpres. Sebagai petahana dengan angka elektabilitas kisaran 50 persen tentu potensi disalip Prabowo masih terbuka lebar, apalagi hingga saat ini mengalami stagnansi.

Ada dua titik ceruk kelemahan elektabilitas Jokowi. Pertama, sebagian umat Islam merasa Jokowi tidak pro Islam. Ceruk ini menganggap Jokowi kerap membuat kebijakan anti Islam seperti yang mutakhir pengaturan soal jilbab meski kemudian dianulir karena menuai gelombang protes.

Untuk ceruk ini Jokowi sudah menyadari sehingga upaya-upaya mendekatkan diri dengan kelompok Islam intensif digalang termasuk menggandeng Kiai Ma'ruf Amien sebagai cawapres. Selain itu, juga mulai memainkan simbol dan ritual Islam untuk mengerek elektabilitas seperti menjadi imam shalat, hendak mengikuti tes baca AL Quran, rajin bersilaturahmi di acara NU dan Muhammadiyah, dan lain-lain.


Namun ada satu hal yang susah dilakukan meski intensif menggunakan simbol dan ritual Islam yaitu sebagaimana perkataan Aa Gym mengembalikan psikologi sebagian umat Islam yang merasa selama ini dipojokkan dengan tudingan sebagai intoleran dan radikal. Pendekatan simbol dan ritual agaknya sulit menyembuhkan luka psikologis ini. Meski tidak semua merasa demikian, ada sebagian umat Islam yang merasa diperlakukan demikian.

Kedua, kelompok pemilih rasional. Kelompok ini meski tidak banyak namun masih menunggu komitmen dan janji Jokowi direalisasikan di akhir masa jabatannya. Janji-janji kampanye yang masih belum ditunaikan menjadi salah satu pertimbangan memilih lagi atau berpaling ke calon lain, atau bahkan golput. Kasus Novel Baswedan misalnya menjadi ujian Jokowi apakah ia serius menegakkan hukum di tanah air atau hanya basa-basi.

Hadirnya kelompok-kelompok relawan juga tidak signifikan mendongkrak elektabilitas lantaran hanya menunggu kucuran logistik serta jadi wadah bargaining untuk meminta konsesi ekonomi politik. Selain karena kegiatan yang digelar lebih banyak festival kongkow, bukan kerja politik menggalang dukungan.

Masih ada waktu bagi Jokowi, timses, relawan dan buzzer untuk berbenah agar meraup suara. Dan satu hal, timses dan relawan jangan mentang-mentang berkuasa sehingga menjadi jumawa dan over confident.[***]

Arif Nurul Imam
Analis politik dan Direktur IndoStrategi

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya