Berita

Joko Widodo/net

Politik

Blunder Ekonomi Lebih Bahaya Dari Sontoloyo Genderuwo

SENIN, 19 NOVEMBER 2018 | 16:56 WIB | OLEH: ALDI GULTOM

JOKO Widodo tampak semakin terbenam dalam persoalan-persoalan ekonomi yang krusial.

Ketidakpercayaan berbagai kalangan dalam cara pemerintah menangani urusan ekonomi cenderung semakin besar di saat mendekati Pemilihan Presiden 2019.

Kekhawatiran masyarakat semakin terpicu setelah pemerintah menerbitkan Paket Ekonomi XVI yang memberi pemodal asing hak menguasai 100 persen atas 54 cabang industri. Ke-54 bidang usaha tersebut dikeluarkan dari daftar negatif investasi (DNI).


Pernyataan resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut, dasar pertimbangan pemerintah mengeluarkan kebijakan ini lagi-lagi adalah ketidakstabilan ekonomi global, di samping ekonomi domestik yang rapuh.

Singkatnya, kebijakan ini didasari keinginan pemerintah menunjukkan optimisme. Optimis akan aliran modal yang diawali "terobosan" menggaet investor asing. Dalihnya, memancing modal asing dan memperkuat kepercayaan investor asing. Tetapi, menimbulkan keresahan pelaku usaha lokal, terutama para pelaku usaha kecil- menengah yang menjadi pondasi perekonomian negara.

Amat sembrono jika elite pemerintah meremehkan daya ingat rakyat terhadap jargon Trisakti dan bombastisnya Nawacita. Lebih cerobohnya, kebijakan-kebijakan tidak populis ini diambil di tengah suasana kompetisi politik yang panas.

Kebijakan membuka investasi asing di 54 bidang usaha membuka ruang pukulan telak dari kelompok rival Jokowi dalam arena Pilpres, yang berkepentingan secara politik atas isu ini. Secara bersaman, kritik lebih berbobot berdatangan dari kalangan ekonom profesional dan kelompok pengusaha.

Para "pembantu" Jokowi di bidang ekonomi memberi karpet merah kepada arus deras kritik yang berpotensi menjungkirbalikkan elektabilitas "majikan"-nya. Sayangnya, seperti biasa, ketelodoran dalam sektor ekonomi akan sangat sulit ditutupi kecuali dengan gelontoran isu lain yang sensasional dan tidak substansial.

Namun, ciri plintat-plintut dari rezim yang panik sudah kadung kental. Belakangan muncul statement dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bahwa pihaknya baru menyetujui 28 bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar negatif investasi (DNI) atau bisa dimasuki 100 persen oleh investor asing.

Koreksi dari anak buah Darmin Nasution tidak membantu citra pemerintah. Malah, menambah daftar negatif persepsi rakyat atas kapasitas pemerintah dalam mengurus ekonomi.

Dari segi politik elektoral, Jokowi yang selalu di atas angin bakal terjerembab bila terus membuat blunder. Blunder paling berbahaya adalah di bidang ekonomi. Lebih bahaya dibanding sensasi "sontoloyo" dan "genderuwo" yang diciptakannya kemarin-kemarin.

Kita tentu sepakat urusan ekonomi terlalu riskan untuk dipolitisasi. Yang dibutuhkan, solusi konkret, cerdas dan tepat, untuk memperbaiki situasi ekonomi nasional. Bukan cuma celoteh kosong dari kompetitor yang ahli melipatgandakan kelemahan lawan untuk keuntungan sendiri.

Rakyat memanggil para negarawan dan begawan ekonomi untuk turun gunung. Lepas dari kepentingan apapun selain demi kebaikan semua rakyat. [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya