Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
SECARA teori, hak-hak perempuan dalam kitab suci Al-Qur'an sangat istimewa. Hanya saja dalam implemenÂtasinya masih belum sepÂerti yang dilukiskan dalam Al-Qur'an di sejumlah negara mayoritas berpenduduk musÂlim. Hal itu terkait dengan banyak faktor, di antaranya faktor warisan budaya setempat yang sudah terlanjur dipengaruhi oleh budaya dan tradisi misoginis, sebuah faham teologis yang memoÂjokkan perempuan paling bertanggung jawab terhadap drama jatuhnya manusia dari langit kebahagiaan ke bumi penderitaan.
Al-Qur'an sendiri tidak mengenal jenis kelamin utama dan kedua. Laki-laki dan perempuan sama saja posisinya di mata Tuhan. Siapa saja yang menorehkan prestasi berhak atasnya meraih keutamaan, sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. al- Nahl/16:97). Dalam ayat lain ditegaskan pula: Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (Q.S. al-Nisa/4:124).
Memang ada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasa'i, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad ibn Hanbal yang seolah-olah menunjukkan laki-laki memiliki kelebihan dari segi ibadah. Hadis itu adalah sebagai berikut: Diriwayatkan oleh'Abdullah ibn 'Umar r.a kaÂtanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Wahai kaum perempuan! Bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar. Karena, aku melihat kalian lebih ramai menjadi penghuni neraka. Seorang perempuan yang cukup pintar di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kami kaum perempuan yang lebih ramai menjadi pengÂhuni neraka? Rasulullah saw., bersabda: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari suami. Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama, daripada golongan kalian. Perempuan itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah! Apakah makÂsud kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah saw bersabda: Maksud kekurangan akal ialah penyaksian dua orang perempuan sama dengan penyaksian seorang laki-laki. Inilah yang dikaÂtakan kekurangan akal. Begitu juga perempuan tidak mengerjakan sembahyang pada malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadan kerana haid. Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
UPDATE
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10