Berita

Yenny Wahid/RMOL

Pertahanan

Putri Gus Dur: Kemiskinan Dan Pendidikan Bukan Faktor Tindak Radikalisme

SELASA, 15 MEI 2018 | 22:18 WIB | LAPORAN: SORAYA NOVIKA

Kemiskinan dan pendidikan bukanlah faktor-faktor yang menyebabkan tindak radikalisme di masyarakat.

Begitu dikatakan Direktur Wahid Foundation, Yenny Zannuba Wahid dalam Diskusi Publik Wahid Foundation 'Setelah Mako Brimob dan Bom Surabaya' di Rumah Pergerakan Gus Dur, Pegangsaan, Jakarta, Selasa (15/5).

"Jadi selama ini yang diasumsikan bahwa kemiskinan dan pendidikan itu sebagai faktor-faktor yang menyebabkan tindakan radikalisme itu ternyata tidak terbukti sama sekali, ini tidak berkolerasi," jelasnya.

Dalam amatan Yenny, faktor utama suatu tindak kriminal justru datang dari faktor individu masing-masing pribadi itu sendiri.

"Apa yang kemudian menjadikan orang itu radikal? Seperti yang dikatakan tadi, Kerentanan Individual, itu justru faktor paling besar," tambah Putri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid ini.

Kerentanan individu ini datang dari perasaan gelisah atau frustasi yang kemudian mendorong mendorong pelaku radikalisme tersebut secara independen mencari jawaban.

"Jadi perasaan gelisah, tereliminasi, frustasi itu bisa menjadi suatu hal yang mendorong seseorang untuk mencari jawaban, apalagi kalau dia melihat ada persoalan ketidakadilan disekelilingnya, dan ini persoalannya bukan hanya pada kelompok-kelompok radikal agama, kelompok apapun yang merasa gelisah akan mencoba mencari jawaban di luar sana," imbuh Yenny.

Argumen tersebut ia contohkan kepada beberapa kasus umum yang terjadi pada kaum muda di mana sangat rentan mengikuti solusi pertama yang ia temui ketika dalam masa rentan secara individual tersebut.

"Misalnya seperti anak muda yang sedang mencoba mencari jadi dirinya, merasa frustasi, kalau yang pertama ditemuinya itu adalah narkoba maka ia menjadi pecandu narkoba, kalau kemudian dia gabung dengan geng motor dan lain sebagainya, dia jadinya ikut kelompok-kelompok kriminal, nah ini kan sebenarnya sudah kerap terjadi misalnya di LA, Stockholm, atau bisa jadi aktifis kiri, sangat mungkin, itu semua jadi sarananya dia," papar Yenny.

"Tapi kalau ketemunya ustad-ustad atau orang-orang yang kemudian memberikan arahan bahwa cara menjawab kegelisahannya, cara menyelesaikan masalahnya itu dengan melalui jihad, maka jadilah dia itu radikal." [sam]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya