Berita

Publika

Pendidikan Untuk Menciptakan Manusia Besar Indonesia

RABU, 02 MEI 2018 | 02:57 WIB

SEBAGAI kita mungkin berpikir tentang apa yang salah dengan negeri ini. Negeri zamrud khatulistiwa dengan berjuta potensi alam yang seolah tak pernah habis. Namun ironi terjadi di negeri ini dimana sebagian rakyatnya tak dapat makan dengan layak. Hidup pun jauh dari sejahtera. Bolehlah kita menyalahkan penjajahan berabad-abad atau kinerja pemerintah yang cacat sana sini. Namun sadarkah kita bahwa keadaan kita tak akan berubah hingga kita itu merubah/memperbaiki diri kita sendiri.

Kita sering lupa pada fondasi yang telah dipancang para pendiri bangsa kita. Persatuan kebangsaan Indonesia yang kini tetap terjaga adalah berkah dan prestasi besar di tengah kompleksitas keberagaman kita. Kita bersatu merdeka bukan semata karena persamaan masih sebagai korban penjajahan, namun ada visi atau cita-cita besar yang menggerakkan jiwa dan raga segenap anak bangsa untuk mewujudkan kemerdekaan.

Ternyata, cita-cita besar juga membutuhkan manusia-manusia besar untuk mewujudkannya. Tanpa manusia besar, cita-cita besar hanya angan-angan para pungguk yang merindukan bulan. Karena manusia-Manusia besar lah yang mampu menciptakan narasi, strategi dan serangkaian kerja besar untuk mewujudkan cita-cita besar Indonesia. Bila pendiri bangsa telah merumuskan cita-cita besar Indonesia, maka kinilah saatnya kita mencetak manusia-manusia besar Indonesia.


Mengapa hingga 70 tahun Indonesia merdeka, nyaris tak ada manusia-manusia besar yang terlahir di negeri ini? Mungkin kita perlu mengoreksi sistem pendidikan kita bila belum berorientasi melahirkan manusia besar. Karena pendidikan adalah proses sistematis dengan jangka waktu yang panjang, maka mestinya sistem pendidikan adalah sarana terbaik untuk melahirkan manusia-manusia besar Indonesia.

Ini akan menjadi lompatan besar pendidikan kita, karena kita kita mulai dengan tepat bagaimana model manusia yang akan dibentuk dari sistem pendidikan kemudian merumuskan dengan presisi bagaimana sistem, metode, model evaluasi dan perangkat-perangkat lainnya yang secara efektif dan akseleratif membentuk manusia besar Indonesia.

Sepanjang usia kemerdekaan, pengetahuan dan internalisasi nilai dan cita-cita kemerdekaan sangatlah minim. Belum ada juga rumusan model manusia Indonesia yang kompatibel dengan nilai dan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tak cukup pada rumusan model manusia Indonesia, kita butuh rumusan model manusia besar Indonesia. Rumusan model manusia besar Indonesia adalah perkara paling mendasar sebelum bicara soal sistem pendidikan dan lain sebagainya.  Jangan sampai anggaran pendidikan yang lebih dari Rp 400 triliun ternyata justru menghasilkan manusia-manusia kerdil yang membuat Indonesia jauh dari cita-cita kemerdekaan.

Kita perlu keluar dari model manusia Indonesia yang dirumuskan Mochtar Lubis di tahun 1978 lalu. Kita ingin rumusan model manusia besar Indonesia berangkat dari nilai dan cita-cita kemerdekaan sehingga seluruh variable mengarahkan kita pada pembentukan manusia yang sungguh-sungguh mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Pada level minimal, rumusan model ini setidaknya tidak melahirkan penghianat bangsa yang menjadi penghambat apalagi mereduksi usaha kita mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Setelah intenalisasi nilai dan cita-cita kemerdekaan, kita perlu menancapkan kesadaran sejarah sebagai pilar pembentukan mananusia besar Indonesia. Setelah itu penanaman fondasi keagamaan, akhlaq/karakter, etos pembelajar, hingga logika dan pengetahuan sebagai modal kompetensi keilmuan juga perlu ditanamkan. Muaranya adalah pada jawaban atas pertanyaan "akan membuat apa" dalam koridor mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

Para peserta didik kita juga harus senantiasa dilatih berpikir kritis dan kreatif untuk membuat sesuatu (fisik/non fisik) berdasar pembacaan persoalan, passion, dan cita-cita mereka. Kemudian mereka diarahkan untuk mengerahkan segala kapasitas yang dimiliki serta belajar cepat dari segala referensi yang ada untuk menapaki proses "membuat sesuatu" yang mereka canangkan. Pembelajaran kolaborasi, kerja tim, mentorship dan kerja sistematis juga amat diperlukan. Belajarkan peserta didik kita mulai dari "membuat sesuatu"  yang paling sederhana hingga dengan kompleksitas tinggi. Menjawab persoalan dari skala lingkungan kecil hingga global.

Di tengah persaingan global dan revolusi digital yang kian menggila, masa depan anak-anak Indonesia saat ini sangat tergantung pada daya cipta "membuat sesuatu" dan kemampuan/kapasitas mewujudkan "sesuatu" tersebut. Pada hal ini juga nasib dan masa depan bangsa dan negara Indonesia bergantung. Pertarungan kini dan masa depan bergantung pada impian, karya dan kerja kreatif individu-individu manusia Indonesia.

Akhirnya, pendidikan yang membentuk manusia-manusia besar Indonesia adalah kebutuhan mendesak yang tak boleh ditunda lagi. Mendesak dalam konteks menyelamatkan atau mewujudkan cita-cita kemerdekaan, atau mendesak dalam konteks persaingan global dan revolusi digital yang kian menggila. Kita tentu tak ingin keterpurukan dan ironi yang selama ini terjadi di negeri ini terus berlanjut. Kita juga tak ingin kita menjadi bangsa yang gagal dan kalah dalam pertarungan global. Dan kita juga tak ingin kita bersaing tapi meruntuhkan apalagi menggadaikan nilai dan cita-cita kebangsaan kita.

Yang kita kehendaki, pendidikan kita segera melahirkan manusia-manusia besar yang melakukan pekerjaan dan prestasi besar sebagai jalan mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. [***]

Arif Susanto
Penulis adalah Founder GreatEdu

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya