Berita

Politik

Rizal Ramli Hatinya Tertinggal Di Tidore

SELASA, 10 APRIL 2018 | 16:25 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

Seperti apakah  kita gambarkan Tidore saat ini? Ibarat gadis cantik  yang pendiam? Atau seperti perempuan setia tetapi merana?

Tahun 1957 Sukarno dan Fatmawati  ke Tidore bersama Bung Tomo. Ini kunjungan kedua Sukarno ke salah satu pulau  yang pernah mengubah peradaban dunia karena perburuan rempah-rempah yang dilakukan oleh bangsa Eropa pada sekitar abad ke 15 itu.

Dalam kunjungan ini rakyat dan pemimpin masih dalam suasana suka cita. Sultan Tidore Zainal Abidin Syah menyatakan secara resmi Tidore bergabung ke dalam NKRI.


Saking bersuka cita rakyat Tidore dan para pemimpin berbaur menari bersama. Sukarno yang seniman sehabis menari selendang dan mengikuti lagu-lagu tradisional yang merdu, menyampaikan pidato berapi-api:

"Tanpa Tidore tidak akan ada lagu Dari Sabang Sampai Merauke…" katanya.

Merauke adalah wilayah paling timur Indonesia yang terletak di Papua, salah satu wilayah yang pernah berada di bawah Kesultanan Tidore.

Kesultanan yang berdiri sejak tahun 1081 ini pada masanya pernah menguasai sebagian besar wilayah Maluku seperti Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, Raja Ampat dan banyak pulau lainnya,  hingga  pesisir Papua Barat (Irian Barat). Salah satu pemimpin Tidore yang sangat dicintai oleh rakyatnya dan menggetarkan bangsa-bangsa kolonial Eropa antara lain adalah Pangeran Nuku dan leluhurnya Sultan Saifudin (bertakhta 1657-1689)  yang oleh orang Belanda  kala itu dilafalkan dengan sebutan Sayfoedin Van Tidore.

Ada yang menyebut kekuasaan Kesultanan Tidore bahkan jauh melampaui pulau-pulau tersebut, kekuasaannya disebut-sebut sampai ke beberapa kepulauan di Pasifik Selatan, di antaranya Mikronesia,  Melanesia, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marianas,  Kepulauan Marshal, Ngulu, Fiji,  Vanuatu dan Kepulauan  Kapita Gamrange.

Pilihan Sultan Zainal Abidin Syah untuk bergabung dengan NKRI bukan hanya merupakan sikap yang sangat berani di tengah kerasnya tekanan Belanda atas Tidore yang ingin dijadikan Belanda bagian dari negara Commonwealth (Persemakmuran) yaitu berupa N.I.T (Negara Indonesia Timur), tetapi juga mencerminkan sebuah visi kenegarawanan serta perasaan senasib sebagai bangsa yang terjajah. Ia mengambil keputusan atas nama rakyat dan Kesultanan Tidore untuk bergabung dengan Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Sultan Zainal Abidin Syah yang visioner ini rupanya paham bahwa Tidore akan dijadikan target terakhir yang akan direbut Belanda pasca Irian Barat. Dunia Internasional dibuat kagum atas heroisme sang Sultan dalam  menentang Belanda lewat dokumen pengakuan kedaulatan Tidore atas Papua pada Staadblaad Belanda di depan PBB. Inilah yang menjadi senjata ampuh bagi sejarah diplomasi Indonesia dimana Sukarno mengklaim hak atas Papua dari Belanda di Sidang Internasional.

Sultan Zainal Abidin Syah sendiri kemudian ditetapkan sebagai Gubernur Irian Barat pada tanggal 23 September 1956 dan membantu Operasi Pembebasan Irian Barat.

Kisah kunjungan Sukarno dengan membawa Bung Tomo ke Tidore juga bukan tanpa alasan, orator ulung penggerak semangat pertempuran Surabaya itu dibawa Sukarno dalam rangka menggelorakan heroisme dan patriotisme  para pemuda Tidore, selain untuk menunjukkan rasa persatuan serta nasionalisme juga untuk bersiap merebut dan mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah kedaulatan NKRI.

Kini eksistensi Kesultanan Tidore yang  sangat berjasa bagi perjuangan keutuhan wilayah NKRI disuarakan kembali oleh tokoh nasional Dr Rizal Ramli. Dalam acara ILC di TVOne Selasa 3 April yang lalu misalnya Rizal Ramli mengingatkan kita semua mengenai peran besar Kesultanan Tidore yang dapat dikatakan menjadi pendorong bersatunya kawasan Timur Indonesia ke pangkuan NKRI, karena itu Rizal mengajak kita semua jangan melupakan jasa-jasa besar tersebut.

Pemerintah harus benar-benar adil terhadap rakyat di kawasan Timur Indonesia yang oleh Tuhan alamnya dianugrahi kekayaan yang sangat berlimpah baik di laut maupun di daratannya, dan yang sudah seharusnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat di wilayah tersebut.

Sultan Tidore Husain Syah sendiri langsung mengapresiasi  pernyataan Rizal Ramli ini di dalam headline berita Malut Post (Maluku Utara Post), 5 April. Sultan bukan hanya berterimakasih kepada Rizal Ramli tetapi juga menilainya sangat berani menyuarakan sejarah bangsa yang selama ini  terlupakan atau mungkin sengaja dilupakan.

Rizal seakan bakal menemukan kembali separuh hatinya yang tertinggal di sana.[***]

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya