Berita

Politik

Kriteria yang Lebih Baik untuk Pendamping Jokowi

SENIN, 19 MARET 2018 | 00:48 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

ADA seorang pengamat dari kubu Ahoker yang fanatis (tidak perlu saya sebutkan namanya), menulis tentang kriteria profil tokoh yang Tidak akan Dipilih Jokowi sebagai pendamping. Pertama adalah politikus. Kedua adalah selebriti media. Ketiga berisik.Keempat tidak bisa kerja.

Menarik sekali, penulis menyatakan bahwa Jokowi tidak membutuhkan politisi di kriteria pertama. Atau mungkin maksudnya kader partai politik? Sehingga pilihan akan jatuh ke para teknokrat, terutama para ekonom. Jelas dari semua polling masalah terbesar Indonesia saat ini adalah ekonomi, terutama setelah JK gagal menjanjikan kemakmuran ekonomi kepada Jokowi. Nama yang muncul kemungkinan adalah Sri Mulyani dan Rizal Ramli, keduanya adalah teknokrat.

Sri Mulyani, kemungkinan besar, kecurigaan kami, adalah jantung hati pilihan sang penulis untuk mendampingi Jokowi di 2019. Meskipun publik sebagian sudah sadar, Sri adalah bagian dari masalah saat perekonomian yang sedang stagnan .Karena Sri Mulyani adalah tim ekonomi Jokowi saat ini. Aneh, kan? Berharap ekonomi membaik, tapi menggunakan orang (dan cara) yang sama. Berharap ekonomi Indonesia 2019 meroket tapi dengan pasang Sri Mulyani sebagai wapres? Silakan.

Karena itu si penulis perlu hadirkan kriteria kedua dan ketiga. Kriteria Kedua adalah selebriti media. Penulis berpendapat ada dua menteri yang direshuffle Jokowi dua tahun lalu karena alasan menjadi selebriti di media? Kurang bekerja? Salah satunya adalah Anies Baswedan, yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta. Artinya setelah dihukum oleh Jokowi karena lebih banyak sebagai selebriti media, beberapa bulan kemudian Anies telah berhasil dipilih rakyat DKI Jakarta menjadi gubernur. Lainnya, Rizal Ramli (RR), dua minggu lalu baru mencapreskan diri. Tuhan dan rakyat yang akan menentukan nasib apa yang akan diraih Rajawali Kepret.

Kriteria ketiga adalah berisik. Si penulis berpendapat Jokowi tidak suka orang berisik. Padahal seperti selalu disampaikan, alasan utama lahirnya jurus Rajawali Kepret adalah untuk “mengusir tikus-tikus pada saat panen”. Agar tikus-tikus pergi dan rakyat medapatkan panennya utuh. Sesungguhnya, jurus Kepret adalah bagian sesungguhnya dari Revolusi Mental, karena tidak mungkin korupsi diberantas tanpa kegaduhan.

Tanpa berisik, tikus tak akan pergi. Dalam berbagai kepretan-nya, landasan yang disampaikan RR sebagai Menko selalu faktual dan analitik. Yang kemudian sebagian besarnya menjadi terbukti saat ini, seperti contoh: kasus proyeksi kerugian Garuda Indonesia, proyeksi pembangkit 35 ribu MW yang tidak akan terealisasi penuh, korupsi Pelindo II, dan batalnya pembangunan jaringan pipa BBM seluruh Jawa.

Faktanya, Jokowi bisa bekerjasama baik dengan Wakilnya di Solo (FX Rudyatmo) yang berbeda karakter gayanya. Di DKI Jakarta, Jokowi bisa juga bekerjasama dengan Ahok, yang mulutnya sangat ember, sangat berisik, dan sering tidak faktual serta jauh dari kesan analitis.     

Kriteria keempat dari si penulis adalah tidak bisa kerja. Mungkin yang bersangkutan belum sadar, bahwa sudah banyak prestasi RR pada eranya memimpin tim ekonomi Gus Dur selama 15 bulan. Masa di mana Indonesia paling dekat ke Sila Kelima Pancasila, dengan meraih Gini Indeks 0,31- terbaik sepanjang sejarah. Mengangkat pertumbuhan ekonomi dari -0,06% di kuartal III 1999 menjadi 4,9% di akhir tahun 2000. Stabilnya harga pangan dan utang berkurang USD 4,15 miliar.

Kemudian, saat menjadi Menteri Koordinator Maritim selama 11 bulan, RR berhasil membuktikan 19 capaian/terobosan kinerja. (Klik disini.)

Setelah membaca berbagai rekam jejak terobosannya, justru kriteria ke empat dari si penulis malah memperkuat posisi RR sebagai pendamping.

Makanya kami sejenak menjadi teringat, ke masa dua tahun yang lalu, saat Jokowi baru saja melakukan reshuffle kabinet kedua. Ada komentar cukup menarik dari Wakil Ketua MPR Osman Sapta Odang (OSO), setelah Jokowi mencopot Rizal Ramli dan mengangkat Sri Mulyani dalam kabinet.

“Siapa yang menyangka, Presiden Jokowi bakal mencopot Rizal Ramli. Kenerja Rizal cukup bagus. Bahkan dia menteri yang menonjol. Memang, kita susah menebak Jokowi. Kita bayangkan Jokowi melakukan langkah A, taunya dia jalankan yang B. Kita pikir Jokowi ke kiri, taunya ke kanan. Sulit kita menebaknya,” seperti dimuat di harian Pos Kota (30/7/2016).

Pada tahun 2013, lembaga kami, Lingkar Studi Perjuangan (LSP) pernah mengeluarkan kriteria-kriteria yang sebaiknya dipillih untuk dijadikan pemimpin nasional. Semoga dapat menjadi masukan yang baik bagi si penulis. Pertama adalah integritas. Kedua adalah keberpihakan (kepada rakyat). Ketiga adalah kompetensi.

Dengan kriteria integritas, rakyat dapat yakin bahwa pemimpinnya tidak memiliki masalah hukum, tidak KKN. Keberpihakan jelas adalah karakter yang dirindukan seluruh rakyat tertindas di Indonesia. Kriteria kompetensi menjamin rakyat akan mendapat pemimpin yang mampu mewujudkan mimpinya, menuaikan janji mereka kepada rakyat. [***]

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya