Berita

Foto/Net

Nusantara

Mie Instan Cs Bukan Bansos Untuk Asmat, Tapi Dagangan

Jurnalis Asing Dilarang Meliput Gara-gara Bikin Cuitan Di Twitter
MINGGU, 04 FEBRUARI 2018 | 11:14 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Gara-gara bikin cuitan di Twitter, seorang jurnalis asing dilarang liputan di Asmat, Papua. Apa pemerintah mulai represif dan mengekang kebe­basan pers?

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengecam pemerintah yang melarang kontributor dan jurnalis BBC Indonesia meliput di Asmat, Papua. Ada tiga jurnalis yang tidak diperkenankan yakni Affan, Dwiki dan seorang jurnalis berkebangsaan Australia, Rebecca Alice Henschke. "Kami menge­cam pengusiran jurnalis BBC. Peristiwa ini mengesankan ada ketakutan pemerintah terhadap peliputan media asing soal kondisi Papua," kata Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan di Jakarta, kemarin.

Awalnya polisi memeriksa tiga jurnalis BBC ini di Agats. Ketiganya diinterogasi karena salah satu jurnalis, Rebecca, membuat cuitan di akun Twitter disertai teks dan foto. Isinya soal bantuan untuk anak yang mengalami gizi buruk di Asmat berupa mie instan, minuman ringan dan biskuit. "This is the aid coming in for severely malnourished children in Papua -instant noodles, super sweet soft drinks and biscuits," cuit akun @rebeccahenschke disertai foto beberapa kardus biskuit, mie instan dan minuman ringan.


Informasi resmi dari Kodam Cenderawasih dan Imigrasi menyatakan, cuitan itu yang menjadi alasan polisi dan imi­grasi memeriksa mereka. Usai diperiksa polisi, Jumat 2 Februari 2018, Dwiki terbang ke Jakarta dari Agats. Sementara Affan dan Rebecca diperiksa di Imigrasi Mimika hingga kemarin. Usai pemerik­saan Rebecca dan Affan tak diperbolehkan melanjutkan liputan. Keduanya dikawal aparat keamanan menuju Bandara Timika menuju ke Jakarta, kemarin pagi.

Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia me­nyatakan, dari keterangan TNI cuitan itu tidak sesuai kenyataan. Foto di dermaga bukan sumbangan, melainkan barang-barang dagangan yang kebetulan ada di lokasi. Cuitan Rebecca dipermasalahkan karena pemerintah sudah berusaha sangat keras memberikan bantuan kemanusiaan terhadap bencana yang saat ini menimpa warga Asmat.

"Cuitan di akun pribadinya tidak hanya menyinggung pemerintah tetapi juga masyarakat Indonesia yang selama ini menyaksikan kemajuan pembangunan di wilayah Papua," sebut Kabag Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Agung Sampurno dalam keterangan tertulisnya.

Berita ini ramai di Twitter. Akun @erik­gede heran dengan sikap aparat. "Isi tweet yang tertulis biasa saja alias apa adanya. Tidak ada unsur penghinaan. Kenapa ada yang tersinggung," cuitnya disamber @AnggaPutraF. "Cuma karena bilang bantuan untuk bencana di Asmat itu Mie Instan, soft drink. Jurnalis asing dianggap melecehkan pemerintah Indonesia karena udah berusaha keras," kicaunya. Akun @ suksmarantri menimpali. "Kalau udah soal Papua, Indonesia itu defensive banget. Udah kek anak kecil ngeyel."

Akun @VeronicaKoman punya ko­mentar lain. "TNI menggiring jurnalis asing Rebecca Henschke ke luar dari Agats, Asmat ketika sedang meliput. Lagi-lagi mencoreng kebebasan pers di Papua. Namun jika dari sudut dan jejak rekam Australia di Indonesia, perlu juga diawasi," kicaunya.

Sedangkan @mkhumaini menilai dari sisi politis. "Ada ketakutan pemerintah soal gizi buruk di Asmat Papua, bisa terbuka lebar oleh jurnalis BBC. Bisa menurunkan elektabilitas kalau fakta sebenarnya diberitakan," cuitnya.

Akun @pelajarlogis membenarkan. "Pemerintah kerjanya bener aja dihujat. Apalagi posting hoax, sebagai jurnalis rebecca juga harus menyajikan data ber­imbang, kalau bener, saya rasa pemerintah gak masalah dikritik," cuitnya, dijawab @ MohammadWandi. "Usir aja jurnalis yang hobi bikin berita palsu."

Seperti diketahui, Asmat mendapat perhatian media dan masyarakat dunia karena KLB Campak dan Busung Lapar dan menyebabkan 71 anak meninggal, 69 di antaranya karena campak dan tiga karena busung lapar. ***

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya