Berita

Budi Waseso dan Cahyono Adhi Satriyanto/Net

Hukum

Pejabat Kayak Begini Enaknya Langsung Ditembak Mati Saja

Kepala Lapas Terlibat Jaringan Narkoba
KAMIS, 18 JANUARI 2018 | 09:48 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Di Purworejo, Jawa Tengah, Kalapas Klas II terlibat peredaran narkoba. Dia melakukan money loundry bisnis narkotika Christian Jaya Kusuma alias Sancai senilai Rp 313.500.000. Pejabat kaya begini harusnya juga ditembak mati.

Kasus ini diungkap Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso. Buwas-sapaan akrab jenderal polisi bintang tiga ini mengatakan, peredaran narkoba dalam lapas kali ini melibatkan langsung Kalapas Klas II Purworejo, Cahyono Adhi Satriyanto.

Dalam keterangannya, bekas Kabareskrim Polri ini membuka tabir kejahatan Tindak Pidanan Pencucian Uang (TPPU) dari bisnis narkoba dari dalam pen­jara. Suap dilakukan oleh Christian Jaya Kusuma alias Sancai seorang gembong narkoba yang ditangkap November 2017 lalu di Jawa Tengah.


"Dalam proses penyidikan ditemukan fakta adanya aliran dana dari Sancai kepada Kepala Rutan Klas II B Purworejo, Jawa Tengah berinisial CAS," terang Buwas di Kantor BNN, Jakarta Timur, kemarin.

Menurut Buwas, kejadian tersebut bukan terjadi kali ini saja. Kata dia, kasus seperti ini lazim ditemukan dari dalam penjara. Dia pun meminta seluruh jajaran Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) untuk tidak melakukan pembelaan.

"Peredaran narkoba dikendalikan dari dalam lapas. Bahkan saya pernah bicara, bila memang tidak bisa ditangani maka lapas harus seteril, penjaganya diganti saja dengan buaya," minta Buwas lagi.

Kabar penangkapan ini tentu saja membuat geram warganet. "Kenapa tidak langsung tembak ditempat,? Pelaku kejahatan narkotik pantasnya eksekusi di tempat," cuit akun @purbanasrun.

"Tembak mati aja pak buwas udah rusak manusia ini," ujar akun @AgusAhm8854131171

"Sampai lebaran kuda bandar narkoba tetap eksis kalau perilaku aparat seperti kalapas Purworejo....." protes akun @ BoehariM.

"Bagaimana Mungkin Bisnis Narkoba Dicegah di Lapas Jika KaLapasnya Terlibat, Jelas Semakin Merajalela," tim­pal akun @Mjohnsamosir.

"Kalau bapak nggak tegas sama orang rutan, bapak capek. Anak buah bapak kerja capek-capek di lapangan dia yang memungut hasilnya, he he he," minta akun @SutartoRegaga.

"Kalau nggak komitmen berantas narkoba, berantas aja itu instansinya," usul akun @cillessen5.

"Rahasia umum pak.. Gak BNN, ng­gak polisi, nggak TNI, ada oknumnya yang sayang-sayangan ama duit bandar. Huahuahuahua," cuit akun @oWAHIJo.

Warganet juga kesal terhadap program pemberantasan narkoba yang dijalankan pemerintahan hari ini.

"Nah loh, bagaimana ini pak @jokowi dengan semangat perang melawan narkobanya? Kenapa ada instansi yang tidak mendukung? Revolusi mentalnya mesti lebih kencang pak. Utamanya pada para pejabat biar kita rakyat lebih bangga,"  kata akun @jerin_68.

"@jokowi @mprgoid @DPR_RI @Kemenkumham_RI. Kita gregetan juga. Begitu semena-mena mereka dari balik penjara masih kendalikan peredaran narkoba. Tapi itu masalahnya. Maaf apa kalimat ini benar? Apa fungsi kalapas dan sipir? Apa regulasi di lapas benar-benar di jalankan? Solusinya apa?" cuit akun @dino_qs1.

"Test urine semua kalapas," usul akun @ayisolihin74.

"Kayanya bahkan 8 tahun lalu pas gw sampai kata pak guru hal ini udah boooooom, alias udah pada tau deh, kalau di lapas malah bebas," cerita akun @Ladyelrida.

Untuk diketahui, Cahyono diduga mem­inta uang sebanyak 18 kali dari napi Sancai sang gembong narkoba. Totalnya mencapai Rp 313.500.000. Hal ini untuk memuluskan kegiatan napi dari balik lapas.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly juga akan memastikan akan dari mantan Karutan Purworejo mendapat sanksi administratif. Bahkan pemecatan.

"Ya itu sudah ditahan. Irjen dan Dirjen PAS sudah mengirim pemeriksa, nanti akan ada hukuman administratifnya, pas­tilah. Kalau seperti itu tampaknya peme­catan. Saya tunggu dulu laporannya," katanya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya