Berita

Tim Ekonomi Jokowi/net

Bisnis

Utang Ke Cina Atas Nama Negara, Baginya Dalam Lingkaran Penguasa Sendiri?

SELASA, 25 JULI 2017 | 20:10 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

NEGARA tengah sekarat, kehidupan ekonomi rakyat juga semakin susah. Dalam 6 bulan terakhir daya beli masyarakat jatuh secara beruntun sejak akhir 2014 lalu.

Tapi tidak dengan oligarkhi politik di sekitar Pemerintahan Jokowi. Mereka tidur di atas kasur uang. Dari mana sumbernya? Tidak lain adalah utang, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

Apakah pemerintah Jokowi dipercaya oleh pemberi utang? Atau kita sedang memasuki fase berikutnya dari jebakan utang global? Lalu untuk apa dan untuk siapa utang utang tersebut? Tentu saja ini harus dikritisi.


Dewasa ini, para pemberi utang menawarkan uang seperti marketing kartu kredit. Ayo buat kartu kredit, cukup menggunakan KTP. Langsung bisa cair. Masalah bayar urusan belakangan. utang...utang dan belanja... belanja. Resiko urusan belakang. Demikian pula cara mereka memandang negara. Negara disita debt kolektor? ora urus.

Utang pemerintah hingga bulan Juni 2017 yang nilainya mencapai Rp 3.8720 triliun. Selama dua setengah tahun berkuasa Jokowi Pemerintah menambah utang Rp. 1.040 triliun. Sementara utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2017 tercatat USD333,6 miliar atau Rp. 4.436 Triliun.

Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor pemerintah  meningkat, sedangkan utang luar negeri sektor swasta  menurun. (data Bank Indonesia).

Utang pemerintah kembali menyalip utang swasta. Setelah pada era SBY utang swasta konsisten melebihi utang pemerintah. Tampaknya pada era Jokowi swasta tidak perlu utang luar negeri secara langsung. Cukup menggunakan tangan pemerimtah. Swasta pada era Jokowi tidak mau tanggung resiko.

Salah satu sumber utang tersebut adalah dari China. Menurut sumber resmi China, Sejak tahun 2015 China telah menyetujui memberikan 11.8 miliar dolar dan 6.8 miliar Yuan. Sehingga secara keseluruhan China menyetujui memberikan utang ke China tersebut sebesar Rp. 170 triliun (pada tingkat kurs 13.300). Dari jumlah tersebut telah terealisasi dan sekarang menjadi utang Indonesia adalah sebesar 8 miliar dolar dan 6.3 miliar yuan atau sekitar Rp. 100 triliun. (http://www.cdb.com).

Konon katanya utang tersebut akan disalurkan untuk investasi sektor telekomonikasi, mineral, kehutanan dan agriculture. Namun kenyataannya utang tersebut Justru mengalir ke okigarki pemerintahan Jokowi sendiri.

Politik aji mumpung berkuasa untuk memperkaya oligarki tampak dala kasus  utang yang diberikan China sebesar $3 miliar dolar kepada tiga bank di Indonesia. Konon katanya utang tersebut untuk membangun infrastruktur. Ketiga bank yang mendapat pinjaman China adalah Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri.

Utang tersebut ternyata disalurkan oleh ketiga bank tersebut kepada Medco perusahaan milik Arifin Panigoro untuk mengambil alih saham perusahaan tambang PT Newmont Nusa Tengara di Sumbawa NTB senilai 2,6 miliar dolar. Ini adalah peristiwa yang aneh, mengapa bank BUMN tidak menyalurkan pinjaman ke ANTAM untuk mengambil alih saham Newmont? Ada apa?.

Bebarapa pihak lain yang kecipratan pinjaman dari China yang disalurkan melalui bank BUMN Indonesia berada dalam barisan oligarki penguasa sendiri. Bank BRI menyalurkan kepada PT Poso Energy Satu Pamona, PT Bosowa Energi, PT Semen Bosowa, PT Kertanegara Energi Perkasa, PT Indah Kiat. Sementara bank mandiri juga menyalurkan Pinjaman tersebut kepada perusahaan lain yakni yaitu PT Saka Energy Indonesia, PT Medco E&P Tomori Sulawesi, dan PT Medco Energy International Tbk. Perusahaan swasta lainnya yakni Sinarmas ikut menikmati pinjaman dalam jumlah besar dari sindikat bank BUMN tersebut. (Sumber : CNN Indonesia)

Padahal dalam kasus divestasi Newmont, ada gambaran bahwa Medco Energi Internasional bukan perusahaan yang cukup sehat. Dalam sektornya adalah yang cukup buruk kondisi keuangannya. Perusahaan ini memiliki total Debt to Equity mencapai 197.24 %, sangat besar dibandingkan dengan rata rata dalam sektor energi sebesar 46.34% (sumber reuters.com).

Pertanyaannya mengapa 3 bank BUMN memberikan pinjaman kepada medco, mengapa bukan kepada antam yang lebih berpengalaman menambang emas dan keuangnya lebih sehat.? Kabarnya Medco akan segera menjual Newmont kepada pihak lain. Perusahaan China kah? Tampaknya demikian.[san]

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Hukum Bisa Direkayasa tapi Alam Tak Pernah Bohong

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:06

Presiden Prabowo Gelar Ratas Percepatan Pemulihan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:04

Pesantren Ekologi Al-Mizan Tanam 1.000 Pohon Lawan Banjir hingga Cuaca Ekstrem

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:58

Taiwan Tuduh China Gelar Operasi Militer di LCS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:52

ASG-PIK2 Salurkan Permodalan Rp21,4 Miliar untuk 214 Koperasi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:41

Aksi Bersama Bangun Ribuan Meter Jembatan Diganjar Penghargaan Sasaka

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Dua Jembatan Bailey Dipasang, Medan–Banda Aceh akan Terhubung Kembali

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Saling Buka Rahasia, Konflik Elite PBNU Sulit Dipulihkan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:48

Isu 1,6 Juta Hektare Hutan Riau Fitnah Politik terhadap Zulhas

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:29

Kemensos Dirikan Dapur Produksi 164 Ribu Porsi Makanan di Tiga WIlayah Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 19:55

Selengkapnya