Berita

Prabowo Subianto/Net

Politik

Letnan Jenderal Prabowo

JUMAT, 23 JUNI 2017 | 13:31 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

SALAH satu korban konspirasi fitnah akbar di negeri ini adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto (08). Saatnya, kebenaran disuarakan. Stigmatisasi hitam adalah jahat.

Letnan Jenderal Prabowo adalah putera Prof Sumitro dan Dora Sigar. Keluarga pejuang. Kakeknya, Margono Djojohadikusumo (PNI) adalah pendiri Bank Negara Indonesia dan anggota BPUPKI. Thus, Prabowo adalah cucu salah seorang pendiri republik (founding fathers).

Panglima Kostrad (22) dan Danjen Kopassus (15) ini punya paman bernama Subianto dan Suyono Djojohadikusumo. Keduanya gugur dalam Peristiwa Daan Mogot (Pertempuran Lengkong), tanggal 25 Januari 1946. Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tangerang. Subianto Djojohadikusumo masuk golongan pemuda bersama Sukarni, Iwa Kusumasumantri, Chaerul Saleh, Wikana dan sebagainya. Mereka mendesak Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan.


Prof Sumitro menamakan adik lelaki Bintianingsih dan Mayrani Ekowati dengan nama "Subianto". Jadilah dia "Prabowo Subianto".

Jauh sebelum namanya dihitamkan terlibat Mei 1998, Prabowo pernah sekolah di London tahun 1966-1968. Dia lulus The American School.

Studinya dilanjutkan di Akademi Militer Magelang dan lulus tahun 1974. Seangkatan dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu dan Soesilo Bambang Yudhoyono.  

Tahun 1976, di usia 26 tahun, Letnan Satu Prabowo jadi komandan Grup 1 Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Dia komandan termuda di Unit Komando Nanggala. Misinya, tangkap PM Fretilin Nicolau dos Reis Lobato. Dalam baku tembak, pasukan Prabowo menembak perut Nicolau.

Sebelum sukses dalam Operasi Mapenduma membebaskan 11 orang researchers yang disandera OPM, Prabowo ikut pendidikan Advanced Infantry Officers di Fort Benning (1985).

Ada dua contoh alasan mengapa black campaign dan character assasination terhadap Prabowo Subianto jadi tidak relevan.

Pertama, dahulu Prabowo Subianto berperang melawan Panglima GAM, Muzakkir Manaf. Dalam Operasi Jaring Merah (awal 1990-an sampai 22 Agustus 1998).

Anehnya, tahun 2013 Muzakkir Manaf jadi Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra Aceh. Gerindra adalah partai politik yang dibentuk Prabowo Subianto pada tanggal 6 Februari 2008.

Selain Muzakkir Manaf, sejumlah petinggi GAM juga masuk Partai Gerindra. Misalnya, Wakil Panglima GAM Kamarudin Abu Bakar (Abu Razak), Darwis Jeunib, Sarjani Abdullah, Ayub bin Abbas, dan Zulkarnaini Hamzah.

Abu Razak adalah generasi ketiga keluarga besar Brigjen Syamaun Gaharu (Pangdam Iskandar Muda 1956-1960).

Di tahun 1988, Abu Razak ikut latihan militer di camp Tajura Tripoli Libya. Pernah jadi pengawal Moamar Khadafi. Setelah kembali ke Aceh, di tahun 1998, dia jadi Panglima Pidie.

Saat Muzakkir Manaf menggantikan Abdullah Syafi'i sebagai Panglima GAM, Abu Razak menjadi Wakil Panglimanya.

Tidak ada jenderal lain selain Prabowo Subianto yang bisa menciptakan fenomena macam begini.

Alasan kedua, selain akrab dengan eks musuh GAM, Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai penculik aktivis pro demokrasi. Anehnya, semua aktivis yang pernah ditangkap pasukan Prabowo dilepas dan hidup. Dua di antaranya malah jadi Pengurus DPP Partai Gerindra dan Anggota DPR-RI yaitu Desmon Junaidi Mahesa dan Pius Lustrilanang (Sekjen Aldera).

Seputar Peristiwa Mei 98, saya sependapat dengan mantan prajurit Kopassus, Kolonel Ruby. Prabowo Subianto tidak terlibat.

Kesimpulan dan rekomendasi TGPF beranggota 18 orang (Marzuki Darusman, Asmara Nababan, Said Aqil Siradj dan sebagainya) menggambarkan "seolah-olah pertemuan Makostrad adalah pertemuan rahasia merancang kerusuhan (Mei 98)". Pangkostrad saat itu adalah Letnan Jenderal Prabowo Subianto.

Saya sepakat dengan Fadli Zon yang mengatakan bahwa "laporan (TGPF) tersebut tidak berdasar pada fakta dan punya pretensi mencemarkan nama baik" (Prabowo Subianto).

Alasan saya sederhana saja. Pertemuan di markas pasukan dasar tempur milik TNI-AD itu berlangsung tanggal 14 Mei pukul 9 malam. Dihadiri antara lain Adnan Buyung Nasution, WS Rendra, Bambang Widjojanto, Setiawan Djodi, Ruhut Sitompul, Fahmi Idris dan sebagainya.

Sedangkan kerusuhan sudah pecah tanggal 13 Mei 1998. Bagaimana mungkin merancang sebuah kerusuhan dilakukan sehari setelah kerusuhan itu sendiri sudah meletus? [***]

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK)

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya