PETRUK mencari nafkah hidup sebagai seorang petani, Gareng seorang dokter, Bagong seorang insinyur sementara Sengkuni seorang politikus ulung.
Pada suatu hari, mereka berempat berdebat mengenai profesi mana di antara petani, dokter, insinyur dan politikus yang paling tua dalam sejarah peradaban umat manusia.
Akibat masing-masing merasa profesi dirinya yang paling tua maka mereka sepakat untuk bertanya kepada Semar mengenai profesi tertua dalam sejarah peradaan umat manusia.
Kepada Semar, Petruk menyombongkan diri: "Ketika Adam dan Hawa diusir ke luar dari Taman Firdaus, mereka harus mengolah lahan bumi untuk dapat makan roti bercampur tetesan keringat dari dahinya! Kegiatan itu adalah pertanian!".
Semar diam saja maka Dr. dr. Gareng sesumbar: "Tetapi ketika Adam masih di Taman Firdaus, Yang Maha Kuasa membius Adam lalu membedah dadanya, mengambil tulang rusuk untuk menciptakan Hawa! Itu pekerjaan seorang dokter spesialis!".
Tentu saja Dr.-Ing Bagong protes keras: "Sebelum mencipta manusia, pertama Yang Maha Kuasa memindahkan serta memisahkan langit, bumi dan lautan dari daratan! Itu tindakan rekayasa yang hanya bisa ditangani seorang insinyur profesional!".
Karena Semar tetap diam saja, maka giliran Ketua PK (Partai Kurawa) Sungkeni dengan tenang tapi menyakinkan melakukan sanggahan: "Semua keliru! Pada awal-mulanya alam semesta ini kacau-balau! Nah, kalian tentu tahu siapa biang-keladi kekacau-balauan itu?".
Langsung Semar nyeletuk. "Benar! Politikus adalah profesi tertua dalam sejarah peradaban umat manusia!".
Akibat jengkel atas keputusan Semar yang dianggap secara politis tidak adil, maka Petruk, Gareng, Bagong sepakat untuk menguji kemampuan Sengkuni sebagai seorang pelaku politik dengan sebuah pertanyaan mengenai apa beda Orde Baru dengan Orde Reformasi.
Dengan tenang, Sengkuni menjawab. "Di masa Orde Baru yang terjadi adalah penindasan oleh sesama manusia terhadap sesama manusia!".
Petruk, Gareng, Bagong langsung merangsek. "Lalu apa yang terjadi pada masa Orde Reformasi?".
Sengkuni tegas menjawab. "Sebaliknya!".
Petruk, Gareng, Bagong bingung. "Apa maksudmu?".
Sengkuni langsung nge-sok berkomentar ilmu politik akademis. "Jika di masa Orde Baru yang terjadi adalah penindasan oleh sesama manusia terhadap sesama manusia, maka di masa Orde Reformasi yang terjadi adalah sebaliknya yaitu penindasan terhadap sesama manusia oleh sesama manusia!".
[***]Penulis adalah pendiri Pusat Studi Humorologi