Berita

Foto/Net

Politik

Dari Radikalisme Menuju Terorisme Di Indonesia

SELASA, 30 MEI 2017 | 09:51 WIB | OLEH: YAN DARYONO

PASKA berakhirnya Orde Baru, memang menjadi pertanda munculnya liberalisasi. Yaitu setiap individu mau pun kelompok dapat bebas berekspresi dan menyalurkan aspirasi sesuai keinginannya.

Namun pada sisi lain yang bersamaan, muncul pula fenomena kekerasan yang mengatas-namakan agama.

Dimulai dari bulan Agustus 2001, terjadi ledakan bom berdaya ledak besar di depan rumah Duta Besar Filipina. Kemudian menyusul ledakan bom di Gereja Kathedral-Jakarta, persis di saat malam Natal ketika para umat Katolik sedang melaksanakan ibadahnya.


Begitulah seterusnya, bom berdaya ledak besar meletus di berbagai tempat seperti di Jakarta, Bali, Makassar dan sebagainya.

Bahkan pada hari Rabu malam, 24 Mei 2017, dua ledakan bom panci terjadi di Terminal Kampung Melayu-Jakarta Timur. Masyarakat yang tidak bersalah dan tidak tahu-menahu dengan persoalan agama, terpaksa menjadi korban.

Ada yang tewas, luka parah, cacat permanen dan sebagainya.

Perjuangan yang mengatas-namakan agama dengan cara-cara kekerasan itu telah menumbuhkan keresahan dan kepanikan di segenap warga bangsa ini.

Sebagai agama samawi yang datang dari langit, Islam tidaklah mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Bahkan pada awal kedatangannya di kawasan Nusantara ini, justru dengan penetrasi damai. Tanpa kekerasan dan tanpa peperangan.

Para sufi dari Timur Tengah atau pun para pedagang dari India Selatan (Gujarat) memperkenalkan agama Islam dengan cara-cara yang luwes dan bersahaja. Sehingga menerbitkan perasaan simpati dari masyarakat saat itu yang beragama Hindu mau pun Budha, juga bagi mereka yang belum memiliki agama atau animisme.

Kemudian karena ketertarikan memahami ajaran agama Islam yang menawarkan kedamaian serta jalinan persaudaraan dan gotongroyong, membuat masyarakat Nusantara mulai menjadi penganut Islam.

Dalam situasi tersebut, para pendakwah waktu itu dengan sangat cerdas menunjukkan sikap kompromi kepada budaya lokal yang sebelumnya dipengaruhi agama Hindu mau pun Budha.

Contohnya Sunan Kalijaga, menyampaikan dakwahnya melalui media wayang kulit. Sunan Binang dengan gamelan dan nyanyian-nyanyian yang sarat dengan nasehat dan pesan moral.

Alhasil dalam kurun waktu beberapa abad, Islam pun menjadi agama mayoritas di Indonesia. Bahkan saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. [bersambung/***]

Penulis adalah pemerhati isu-isu keamanan dan pertahanan. Tinggal di Bandung. Tulisan ini adalah bagian pertama dari empat bagian tulisan.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya