Berita

Publika

Ramadhan Dan Revolusi

MINGGU, 28 MEI 2017 | 06:56 WIB

RAMADHAN tak hanya bulan bagi umat Islam namun bulan ini merupakan milik bangsa Indonesia. 1436 H bangsa Indonesia melalui Soekarno-Hatta menyatakan diri sebagai negara merdeka.

Negara berdaulat yang mengatur dirinya sendiri, sebuah revolusi yang di kemudian hari mendapat rintangan dari penjajah.

Dalam literatur Islam kita dapati pula perang Badar terjadi di bulan Ramadhan. Sebuah perang fenomenal bagi Umat Islam yang sukses mengalahkan diri sendiri sekaligus musuh Islam. Secara kuantitas pasukan Islam kalah banyak namun secara kualitas pasukan Islam mampu menjadi pemenang.


Dua peristiwa penting itu memiliki kesamaan, memperjuangkan sesuatu. Bila berkaca pada peristiwa tersebut berarti Ramadhan bukan bermalasan akan tetapi malah sebagai bulan perjuangan. Bila demikian Ramadhan bukan saatnya menghentikan segala bentuk perlawanan atas ketidakbenaran yang sedang terjadi. Ramadhan bukan bulan kita melemahkan perjuangan akan tetapi sebaliknya.

Saat ini bangsa Indonesia seperti zaman VOC berkuasa secara ekonomi dan politik. Negara tak lagi punya kuasa terhadap kelompok kapitalis, negara dipaksa taat aturan yang menguntungkan kapitalis. Hal itu tak boleh terus menerus terjadi.

Rencana pembangunan Meikarta oleh pengusaha seolah meniadakan negara dalam konteks ekonomi. Proyek reklamasi Jakarta Utara seolah siapapun memiliki uang boleh menikmati tanah air bangsa Indonesia.

Konstitusi Indonesia diamandemen empat kali sejak 1999 hingga 2002 juga dilatar belakangi keinginan kelompok kapitalis. Mereka mampu menyuap hati nurani politisi diparlemen dan eksekutif. Sangar mencengangkan akan tetapi itulah realitas yang sedang dialami bangsa Indonesia hari ini.

Rasanya tak ada keputusan pemerintah yang tak didahului oleh keinginan kelompok pemodal. Mulai urusan kebijakan moneter hingga harus kemana beli senjata perangpun harus sesuai keinginan para mafia ekonomi, negara layaknya  piaran konglomerat.

Bila pemerintah mencoba melawan nasibnya akan seperti Soekarno dan Soeharto, rakyat sepertinya hanya ikut arus para pemodal melalui media propaganda mereka. Amandemen yang merugikan sangat jarang dipublikasikan sehingga rakyat lambat sadar.

Skenario itu masih berlanjut hingga kini, bagi kapitalis keuntungan secara ekonomi adalah hal utama, mereka tak peduli yang lain. Sementara politisi yang fakir iman dan lemah nasionalisme akan dijadikan kuda tunggangan mereka.

Banyak politisi yang kita anggap bersih dan berani ternyata hanya bagian sandiwaranya untuk memikat massa. Semua bisa dibeli, soal harga akan disesuaikan andil politisi bagi kapitalis. Selain itu mereka memiliki media massa yang selalu menggiring opini rakyat Indonesia.

Sejauh ini mereka sukses berbuat apapun dengan uang yang mereka miliki. Visi bangsa Indonesia mereka yang tentukan dibalik meja, mereka pula yang tentukan kapan Indonesia damai dan kapan kita saling mencaci.

Hari-hari ke depan adalah ketidakpastian, sebagian rakyat Indonesia enggan berkomentar, bahkan cenderung cuek atas apa yang sedang terjadi pada negaranya. Sebagian mencoba peduli akan tetapi selalu memiliki niat ganda, ujung ceritanya kita paham, kekuasaan sementara.

Ramadhan harus kita jadikan sebagai bulan revolusi. Bangsa Indonesia pertama sekali harus sadar bahwa kapitalis telah berkuasa. Artinya bangsa Indonesia harus mampu mengalahkan dirinya sendiri dengan tidak tergoda berbuat curang apapun profesi yang sedang dijalani.

Sebagaimana Ramadhan mengajarkan, bangsa Indonesia harus siap menahan lapar demi kedaulatan negerinya. Mengapa menahan lapar, harus diakui bahwa kapitalis hari ini menguasai segala aspek kehidupan termasuk ekonomi Indonesia.

Insan bertaqwa yang diinginkan Alqur'an adalah manusia yang mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan. Karenanya dalam konteks revolusi bangsa Indonesia harus menjadi pribadi amar makruf nahi munkar sehingga bukan hanya menghindari perbuatan tercela akan tetapi mencegah serta melawan perbuatan tercela.

Bila peran itu berani diambil setiap anak bangsa maka tidak ada kekuatan didunia ini yang akan mampu melawan bangsa Indonesia. Kapitalis dengan sendirinya akan patuh dan akan ikut aturan main bangsa ini. Uang harus diposisikan sebagai alat bukan tujuan, jabatan sebagai kendaraan bukan tujuan.

Ramadhan menjadi bulan revolusi bukan utopia akan tetapi realitas yang belum mau kita nyatakan karena ketidakinginkan kita.[***]


Don Zakiyamani
Pondok Kemuning, Langsa Lama, Aceh


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya