Berita

Foto/Net

On The Spot

Pedagang Takut Kehilangan Pelanggan, Untung Kecil Tak Apa

Bawang Putih Dijual Rp 34 Ribu Per Kilogram
SELASA, 16 MEI 2017 | 09:55 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menjelang bulan Ramadan, bawang putih mengalami penurunan harga. Sebelumnya, bawang putih sempat menyentuh harga Rp 65 ribu per kilogram (kg).

Beberapa pekan terakhir, Ahmad, pedagang bawang di Pasar Induk Kramat Jati, Kramat Jati, Jakarta Timur merasakan sulitnya menjual barang dagan­gannya. Penyebabnya, harga yang cukup tinggi, terutama bawang putih.

Setelah beberapa waktu naik, Sabtu lalu, Ahmad mulai menu­runkan harga jual bawang putih, yang sempat menembus angka Rp 65 ribu per kg di beberapa tempat. Dia mulai menjual Rp 34 ribu per kg.

Sambil menunggu pembeli mampir ke lapaknya, Ahmad sibuk membereskan barang-barang dagangannya. Dia memi­lah-milah dan menempatkan bawang-bawang tersebut ber­dasarkan jenis-jenisnya.

Lapak Ahmad berada di Los G, Nomor 87. Di bagian paling kanan los dagangannya, dia menempatkan bawang merah, sedangkan di sebelahnya, dia meletakkan bawang putih.

Bawang-bawang tersebut ditempatkan di beberapa nampan bulat yang terbuat dari anyaman bambu. Pekerjaannya memilah belum berhenti. Beberapa kar­ung bawang merah dari berbagai jenis, masih menunggu untuk dipilahnya.

Tak lama, seorang calon pem­beli menghampiri lapak Ahmad. Nurhayati, calon pembeli itu langsung memilih-milih bawang putih yang hendak dibelinya. Hari itu, Ahmad menjual bawang putih miliknya dengan harga Rp 34 ribu per kg.

Setelah tawar menawar, peda­gang dan calon pembeli itu pun melakukan transaksi. Nurhayati membeli 5 kg bawang putih dan 5 kg bawang merah dari lapak Ahmad.

Menanggapi kenaikan har­ga beberapa waktu terakhir, Ahmad mengatakan, kemung­kinan karena pasokan impor yang berkurang. Kenaikan harga pun sempat membuatnya cemas kehilangan pelanggan.

Sebelum turun pekan lalu, menurut Ahmad, di tingkat peda­gang eceran di area Pasar Induk Kramat Jati, bawang putih kuali­tas paling bagus dijual seharga Rp 58 ribu. "Pernah saya jual Rp 60 ribu saja pada kabur, enggak ada yang mau. Akhirnya saya jual Rp 58 ribu," ucapnya.

Akibat tingginya harga, Ahmad mengaku hanya mampu meraup untung kecil dari pen­jualan bawang putih. Awalnya, dia bisa meraih keuntungan per karung sebesar Rp 100 ribu, na­mun akibat tingginya harga, dia hanya mampu meraih untung Rp 50 ribu per karung.

Penurunan harga bawang putih pun diakui pedagang lain­nya, Murti. Kata dia, penurunan harga pastinya menggembira­kan konsumen. Apalagi penu­runan terjadi jelang Ramadan. "Penurunan harga enggak buat pedagang rugi. Masih ada untung. Buat konsumen juga senang kan," kata Murti.

Wanita asal Klaten, Jawa Tengah itu, mengaku, di sisi lain khawatir jika penurunan harga jenis bawang putih hanya bersifat sementara. "Bisa saja cuma seminggu, begitu masuk bulan puasa akan naik lagi. Soalnya, harga sayuran juga pada naik," ujarnya.

Menurutnya, soal perbedaan harga komoditas bawang, jenis bawang merah dan bawang putih tergantung dari pasokan. "Kalau di Brebes kosong, pasti naik. Begitu juga sebaliknya," jelasnya.

Distributor bawang putih lainnya, Srimpit mengatakan, harga eceran bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati berada da­lam posisi Rp 36 ribu per kg. Sedangkan bawang putih dijual kepada sesama distributor seharga Rp 32 ribu per kg, dan kepada para agen seharga Rp 34 per kg.

Pedagang lainnya, Ade men­gaku, harga bawang putih men­jelang puasa biasanya bergerak stabil. Namun, tahun ini ber­beda. "Biasanya mah harga bawang putih standar walaupun mau puasa, tapi cuma tahun ini saja yang naik," jelasnya.

Dia menuturkan, harga bawang putih sempat dijual sebesar Rp 55 ribu dari sebelumnya Rp 35 ribu per kg. Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya. "Itu karena ada bandar yang menimbun atau mungkin juga pasokan impor bawang putih dari China dan Korea berkurang. Jadi, harga impornya mahal, termasuk ke pedagang eceren," tuturnya.

Turunnya harga bawang putih mengejutkan beberapa konsumen. Elvi, pembeli bawang putih menilai, biasanya harga barang kebutuhan jelang Ramadan selalu naik. "Kaget banget, biasanya kan jelang Ramadan apa-apa selalu naik. Apalagi minggu-minggu kemarin, harganya sempat tinggi banget," katanya.

Elvi berharap, pemerintah ce­pat turun tangan mengantisipasi kenaikan harga, seperti bawang putih ini. "Mudah-mudahan yang lainnya cepat turun deh, soalnya ini kan kebutuhan se­hari-hari," tuturnya.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono mengatakan, sebelumnya di Kementerian Perdagangan sudah ada kesepakatan dengan para importir bawang putih agar mereka siap menyediakan pasokan. "Sudah didrop lima kontainer tambahan dari paso­kan biasanya. Para importir me­nyiapkan kurang lebih 9.070 ton dan terus mendorong pasokan ke pasar-pasar yang ditetapkan Kemendag," bebernya.

Spudnik juga optimis, harga bawang putih bisa terus turun. "Karena di China juga sudah mulai terjadi penurunan harga dan sudah memasuki masa panen," tutupnya.
 
Latar Belakang
Harga Jual Tak Boleh Lebih Dari Rp 38 Ribu Per Kilo


Jelang Ramadan, Kementerian Pertanian memasok sem­bilan ribu ton bawang putih ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, akhir pekan lalu. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan, pasokan ini bisa mencukupi hingga usai Lebaran.

"Kami tidak mau ada harga bawang putih di atas Rp 38 ribu, makanya kami guyur dengan sembilan ribu ton di Pasar Induk Kramat Jati," kata Amran.

Amran menyatakan, opera­si pasar akan dilakukan oleh Kementan jika harga sudah mu­lai tinggi. Namun, pemerintah juga tidak mau terlalu sering, karena dikhawatirkan bisa mem­buat harga terlalu jatuh.

Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Setyo Wasisto mengata­kan, akan menindak tegas peda­gang yang terindikasi melakukan kartel bawang putih.

"Nah, ini yang dipantau Kementan, bawang putih memang harganya kurang baik, ada ke­naikan sedikit dari sekitar Rp 40 ribu, tapi dengan operasi pasar ini sekitar Rp 32 ribu," ujar dia.

Berdasarkan data Kementan, setiap tahunnya Indonesia mengimpor bawang putih sebesar 400 ribu ton. Saat ini, lebih dari 90 persen kebutuhan bawang putih di dalam negeri dipenuhi dari impor.

Menurut Kepala Sub Bidang Sayuran Daun Direktorat Hortikultura Kementan, Gabriella Susilowati, China merupakan pemasok bawang putih terbesar ke Indonesia. Untuk diketahui, impor sayuran termasuk bawang putih pada 2015 mencapai US$ 468,62 juta dengan volume 642,55 juta ton.

Tingginya impor bawang putih ini bukan tanpa sebab. Impor ko­moditas tersebut mulai marak ketika Indonesia bergabung di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Saat itu, bawang putih asal negara lain termasuk China menyerbu pasar Indonesia dan mematikan usaha bawang putih petani lokal karena harganya jatuh.

"Akibat kita menandatan­gani WTO, harga bawang putih lokal anjlok karena mulai dis­erbu bawang putih impor dari negara lain yang bentuknya besar-besar. Bawang putih kita kan kecil. Kadang tuh kita suka tidak berpikir panjang tanpa persiapan di lapangan. Akhirnya susah nih membangkitkan lagi tanaman bawang putih," kata Susilowati.

Dia menceritakan, kondisi per­tanian bawang putih di Indonesia semakin miris karena para petani sudah enggan menanam bawang putih. Padahal, Kementerian Pertanian sudah mengalokasikan anggaran untuk pengemban­gan 1.000 hektare (ha) tana­man bawang putih di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun lalu.

"Saya khawatir tidak akan ter­capai target penanaman 1.000 ha bawang putih tahun ini, karena memang petani tidak mau, agak takut menanam bawang putih. Jadi kita kekurangan lokasi un­tuk penanaman bawang putih. Uang Rp 30 juta per ha seper­tinya balik ke negara," tegas Susilowati. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

Survei INSTRAT: RK-Suswono Unggul Jelang Pencoblosan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Eksaminasi Kasus Mardani Maming, Pakar Hukum: SK Bupati Tidak Melanggar UU

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Isran-Hadi Tingkatkan Derajat Wanita Kalimantan Timur

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:43

Maroko Bantah Terlibat dalam Putusan Pengadilan Uni Eropa Soal Perjanjian Pertanian dan Perikanan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:25

FKDM Komitmen Netral di Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:21

Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki Jadi Moderator Debat Perdana Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:18

Aliansi Rakyat Indonesia Ajak Warga Dunia Dukung Kemerdekaan Palestina

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:58

Serangan Israel di Masjid Gaza Bunuh 18 Orang

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:49

Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Peran Ekonomi Rakyat

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:28

Pertemuan Prabowo-Megawati Tak Perlu Didorong-dorong

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:18

Selengkapnya