Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Mengharap Masa Depan Yang Lebih Baik

SENIN, 01 MEI 2017 | 08:19 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

BERBAGAI pihak menganggap kemenangan Anies pada pilkada Jakarta 2017 sebagai malapetaka toleransi dan pluralisme Indonesia.

Sepenuhnya dapat dimengerti bahwa anggapan tersebut merupakan ungkapan kekecewaan mereka yang mengharapkan bukan Anies yang menang.

Maka marilah kita telaah pada kenyataan mengenai apakah memang kemenangan Anies pada pilkada Jakarta 2017 merupakan malapetaka toleransi dan pluralisme Indonesia.  


Berdasar quick qount , mayoritas warga Jakarta memilih Anies sebagai gubernur Jakarta masa bakti 2017-2022. Memang alasan memilih Anies beranekaragam namun para pemilih Anies dapat diyakini TIDAK ingin merusak  toleransi dan pluralisme. Tidak perlu diselenggarakan jajak pendapat tentang apakah toleransi dan pluralisme rusak akibat Anies menang sebab mayoritas warga Jakarta yang memilih Anies pasti menjawab “tidak”.  

Melihat kenyataan bahwa yang tergabung dalam barisan pendukung Anies adalah umat Islam, Buddha, Hindu, Nasrani rasanya mustahil mereka mendukung Anies apabila sang mantan Mendikbud seorang yang intoleran. Citra Bhinneka Tunggal Ika justru tampak jelas pada keanekaragaman latar belakang suku, etnis, ras, sosial, politik dan agama pada barisan pendukung Anies.  
Tuduhan bahwa mereka yang tidak memilih Basuki Tjahaja Purnama yang kebetulan warga keturunan adalah intoleran bahkan rasis, juga tidak relevan sebab Anies Baswedan kebetulan juga warga keturunan.

Saya pribadi mencoba mawas diri terkait apakah benar kekalahan Basuki Tjahaja Purnama yang kebetulan sesama agama dan etnis dengan diri saya merupakan malapetaka intoleransi dan pluralisme bangsa Indonesia. Berdasar mawas pengalaman pribadi saya sendiri, saya berani menyimpulkan bahwa setelah Anies menang sama sekali tidak ada perubahan terjadi pada lingkungan kehidupan saya pribadi.

Sahabat-sahabat beda suku, ras, sosial dan agama dengan diri saya tetap besahabat dengan diri saya. Saya tetap bersahabat dengan sahabat-sahabat saya yang masuk daftar orang terkaya di Indonesia, sementara di sisi lain saya juga tetap bersahabat dengan sahabat-sahabat saya yang masuk daftar rakyat tergusur di Indonesia.  Di mal termewah mau pun di kampung terkumuh tidak ada yang memanggil saya “Cina”.

Suasana Bhinneka-Tunggal-Ika dengan segala ketidak-sempurnaannya masih tetap lestari hadir di persada Nusantara yang tampaknya tidak peduli siapa menang pilkada. Meski saya berseberang pendapat dengan Basuki Tjahaja Purnama dalam kebijakan menggusur rakyat namun saya sependapat dengan beliau dalam imbauan yang diungkap pada pidato penutup  pilkada Jakarta 2017.

Saya sependapat dengan imbauan Basuki agar kita melupakan apa saja yang telah terjadi pada masa kampanye demi bersama lebih memusatkan perhatian ke apa yang akan terjadi pada masa setelah pilkada Jakarta 2017.

Marilah kita lebih memusatkan perhatian kita pada apa yang akan dilakukan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta masa bakti 2017-2022. Marilah kita bersama memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa untuk berkenan menganugerahkan kekuatan lahir-batin kepada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno agar mau dan mampu gigih berjuang menepati janji-janji yang telah mereka berikan pada masa kampanye kepada rakyat Jakarta yang telah terbukti memilih mereka berdua menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang wajib gigih berjuang melakukan pembangunan kota Jakarta selaras dengan hukum, HAM, Agenda Pembangunan Berkelanjutan, Kontrak Politik Joko Widodo dengan rakyat miskin Jakarta, sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. AMIN.[***]

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya